materi tentang tirani matahari terbit
17 matahari terbit setiap pagi (tradisi ini sangat ditentang oleh orang Islam, 18. karena menyembah pada matahari) 19. Seinendan: Organisasi pemuda semi militer pada usia 14-22 tahun 20. Shi (Syi): Kota praja 21. Shu (Syu): Daerah karesidenan 22. Shihobu: Departemen Kehakiman zaman Jepang 23. Tirani: Bentuk tindakan atau kekuasaan yang
Bab4 : Tirani matahari terbit A. Menganalisis awal pemerintahan saudara tua B. Menganalisis organisasi pergerakan masa pendudukan Jepang C. Menganalisis pengerahan dan penindasan versus perlawanan D. Dampak kedatangan saudara tua dalam berbagai kehidupan Bab 5 : Indonesia merdeka A. Dari rengasdengklok hingga pegangsaan timur
Tidakluput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Yunus: 61) Itulah berbagai firman Allah SWT mengenai petunjuk soal alam semesta.
Rangkumhal penting mengenai materi dibawah ini. 07:48. February 19, 2021. Proses Islamisasi dan Silang Budaya Nusantara. Bab 3 Sejarah Indonesia, silahkan pelajari dan dengarkan materinya. Tirani Matahari Terbit. Silahkan dengarkan dan di akhir video ada 1 pertanyaan kemudian jawab kumpulkan di kolom tugas. 17:04. January 15, 2021.
Garisedar matahari ini antara 23,5 LU sampai 23,5 LS. Perbedaan titik jatuh matari diantara lintang tersebut akan berdampak pada variasi musim terutama di belahan bumi bagian utara dan selatan. Nah di K 13 ini anak harus bisa memahami tentang gerak semu harian dan tahunan matahari secara paripurna. Baca juga: Memahami prinsip geografi
Application Of Single Phase Induction Motor. BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Jepang menjajah Indonesia selama 3 tahun yang dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada saat Indonesia merdeka. Tentara Jepang mendarat pertama kali pada tanggal 11 Januari 1942 yang diawali dengan menguasai daerah-daerah penghasil minyak, seperti Tarakan, Balikpapan serta beberapa daerah di Kalimantan lainnya. Pada tanggal 1 Maret 1942, Jepang berhasil mendarat di tiga tempat di Jawa, yaitu di daerah Banten, Indramayu, dan Bojonegoro. Tentara Jepang kemudian menyerbu pos tentara-tentara Belanda serta mengalahkannya. Pada 8 Maret 1942, Belanda akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Jepang yang ditandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Kalijati oleh Belanda. Setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, Jepang mulai menyusun strategi penjajahan untuk menguasai Indonesia. Pada awalnya, kedatangan Jepang di Indonesia disambut baik oleh bangsa Indonesia karena Jepang dianggap telah membebaskan penderitaaan rakyat Indonesia yang diakibatkan oleh Belanda. Selanjutnya Jepang menerapkan sistem Pemerintahan Militer yang bersifat sementara sampai nantinya disempurnakan dengan penambahan Pemerintahan Sipil. Selain itu, Jepang juga membentuk organisasi sipil, serta organisasi militer dan semimiliter. Jepang kemudian mulai menerapkan kebijakan ekonomi perang serta Romusha yang sangat merugikan bangsa Indonesia. Hal ini yang mengakibatkan rakyat Indonesia muak lalu melakukan perlawanan kepada Jepang. Berdasarkan data penelusuran yang telah kami kaji, ada beberapa hal yang menarikmengenai pembahasan dari tema ini. Maka dari itu, saya selaku penulis membuat makalah yang berjudul “MASA PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA TAHUN 1942-1945”. Judul makalah ini sengaja dipilih karena baik untuk menambah wawasan kita mengenai penjajahan Jepang sewaktu di Indonesia. Rumusan Masalah 1. Mengapa Jepang datang dan menjajah bangsa Indonesia? 2. Apa saja yang dilakukan Jepang sewaktu berada di Indonesia? 3. Apa saja perlawanan rakyat Indonesia terhadap tentara Jepang? Tujuan 1. Mengetahui alasan Jepang datang dan menjajah bangsa Indonesia. 2. Mengetahui apa saja yang dilakukan Jepang sewaktu berada di Indonesia. 3. Mengetahui apa saja perlawanan rakyat Indonesia terhadap tentara Jepang. BAB II PEMBAHASAN Latar belakang kedatangan Jepang ke Indonesia Sejak Pearl Harbour dibom oleh tentara angkatan udara Jepang pada 8 Desember 1941, Jepang terus melancarkan serangan ke angkatan laut Amerika Serikat di wilayahPasifik. Jepang membutuhkan amunisi tambahan untuk kebutuhan perang mereka, sehingga mereka segera mencari dan menduduki beberapa daerah-daerah yang kaya akan sumber daya seperti bahan mentah, hasil pertanian serta memiliki tenaga manusia yang besar untuk menopang kebutuhan industri dan perang, salah satunya di wilayah Indonesia. Pada tanggal 11 Januari 1942 dibawah pimpinan Mayjen Shizuo Sakaguchi, Jepang menyerbu dan berhasil menguasai pangkalan-pangkalan minyak di daerah Tarakan dan Balikpapan. Selanjutnya, Jepang melanjutkan invasinya di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Sumatra dan Jawa. Untuk menghadapi gerak invasi tentara jepang di kawasan Asia Tenggara, Belanda membentuk Komando Gabungan Tentara Serikat yang disebut ABDACOM American British Dutch Australian Command yang bermarkas di daerah Lembang. Pergerakan tersebut dikomandani oleh Jenderal Sir Archibald Percival Wavell. Kemudian Letnan Jenderal Ter Poorten diangkat sebagai panglima perang tentara Hindia-Belanda. Dalam upaya menguasai Jawa, terjadilah pertempuran di Laut Jawa antara tentara Belanda dan Jepang. Dalam pertempuran ini beberapa kapal beserta pasukan Belanda berhasil ditenggelamkan oleh tentara Jepang. Sisa-sisa pasukan serta kapal Belanda yang lolos terus melarikan diri menuju Australia. Akhirnya, pasukan Jepang yang dipimpin oleh Jenderal Imamura berhasil mendarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan dilakukan di tiga tempat berbeda, yaitu di daerah Banten, Eretan Wetan-Indramayu, dan di sekitar Bojonegoro. Selanjutnya tentara-tentara Jepang mulai menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara Belanda di Jawa. Hasilnya, pada tanggal 5 Maret 1942 ibukota Batavia jatuh ke tangan Jepang. Kota-kota lain seperti Bogor juga berhasil dikuasai oleh Jepang. Akhirnya, pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas nama komandan pasukan tentara Hindia-Belanda menyerah tanpa syarat dan menandatangani Perjanjian Kalijati di Subang, Jawa Barat. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Kalijati tersebut, maka berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia serta menandai dimulainya pemerintahan baru dibawah kekuasaan Jepang. Pada saat orang-orang Jepang datang ke Indonesia, mereka sangat disambut baik oleh masyarakat Indonesia, terutama orang-orang Jawa. Hal tersebut dikarenakan masyarakat pada saat itu menganggap bahwa kedatangan tentara Jepang di Indonesia telah membebaskan mereka terhadap kekuasaan Belanda yang telah menyiksa mereka berabad-abad lamanya. Selain itu, kedatangan Jepang di Indonesia juga sesuai dengan isi Ramalan Jayabaya. Pihak Jepang juga mendapatkan banyak simpati dari rakyat Indonesia karena Jepang telah melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan hati rakyat Indonesia, seperti mendirikan Gerakan Tiga A 3A dengan slogannya yaitu Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia. Selain itu, Jepang juga memperkenankan pengibaran bendera Merah Putih bersama bendera Jepang Hinomaru, membolehkan memperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama lagu kebangsaan Jepang Kimigayo, membebaskan para tokoh pemimpin bangsa Indonesia yang diasingkan oleh Belanda, serta melarang penggunaan bahasa Belanda dan mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam percakapan resmi disamping bahasa Jepang. Adapun tujuan Jepang melakukan propaganda tersebut adalah untuk membuat masyarakat pribumi Indonesia menerima didirikannya pemerintahan militer, untuk mengarahkan kebijakan-kebijakan pemerintah militer agar dapat menghapuskan pengaruh-pengaruh barat di kalangan rakyat Jawa dan memobilisasi rakyat Jawa agar Jepang mendapatkan kemenangan ketika melakukan Perang Asia Timur Raya. Kedatangan bangsa Jepang dengan segala propagandanya tersebut sebenaranya adalah mimpi buruk bangsa Indonesia yang mengharapkan terbebas dari belenggu penjajahan justru malah lebih menyengsarakan rakyat Indonesia dengan tindakan-tindakan oleh pemerintah dan bala tentara Jepang yang seenaknya mengatur dan memperkerjakan bangsa Indonesia tanpa memandang belas kasihan. Hal-hal yang dilakukan Jepang selama berada di Indonesia Untuk menjalankan propagandanya untuk menguasai Indonesia serta memenangkan Perang Asia Pasifik, pemerintah Jepang melakukan beberapa hal, diantaranya A. Membentuk Pemerintahan Militer Untuk memperlancar kekuasaan pendudukan militernya, maka timbulah pemikiran dari Markas Besar Tentara Jepang agar penduduk di daerah pendudukan termasuk Indonesia dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran. Oleh karena itu, pemerintah Jepang mengeluarkan Osamu Seireiyang berisi a. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala kekuasaan yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa. b. Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia-Belanda tetap diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan Jepang. c. Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintah militer Jepang. Berikut adalah susunan pemerintahan militer Jepang di Asia Tenggara termasuk Indonesia adalah sebagai berikut a. Gunshireikan Panglima Terntara Gunshireikan atau Saiko Shikikan adalah panglima tertinggi/pucuk pimpinan militer tentara Jepang di kawasan Asia Tenggara. Berpusat di kota Saigon, Vietnam. b. Gunseikan kepala pemerintahan militer Gunseikan adalah pelaksana sehari-hari pemerintahan militer Jepang di Indonesia. Kantor pusat pemerintahan militer ini disebut Gunseikanbu. Di lingkungan Gunseikanbu terdapat lima bu semacam departmen. Kelimabu tersebut ialah 1. Somobu Departemen Dalam Negeri 2. Zaimubu Departemen Keuangan 3. Sangvobu Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan 4. Kotsubu Departemen Lalu Lintas 5. Shihobu Departemen Kehakiman c. Gunseibu Gunseibu ialah koordinator pemerintahan yang bertugas memulihkan ketertiban dan keamanan. B. Membentuk Pemerintahan Sipil Jepang juga membentuk Pemerintahan Sipil untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang bersifat kemiliteran. C. Membentuk Organisasi Sipil Selain membentuk pemerintahan, Jepang juga membentuk beberapa organisasi-organisasi. Pada tanggal 20 Maret 1942, Pemerintah Militer Jepang mengeluarkan UU Nomor 3 Tahun 1942 yang isinya 1. Membubarkan semua organisasi pergeakan nasional yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. 2. Melarang semua aktivitas politik rakyat Indonesia. 3. Rakyat Indonesia hanya boleh aktif pada organisasi-organisasi yang didirikan Jepang. Untuk mengawasi pelaksanaan UU tersebut, Jepang membentuk Kempetai polisi militer yang bertugas untuk mengawasi dan menghukum bagi siapa saja yang melanggar pelaksanaan UU tersebut. Dibawah ini adalah contoh dari organisasi sipil yang dibentuk Jepang 1. Gerakan 3A Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari rakyat Indonesia, Jepang membentuk sebuah perkumpulan yang dinamakan Gerakan Tiga A yang dibentuk pada tanggal 29 Maret 1942. Perkumpulan ini memiliki tiga semboyan, yaitu Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Pemimpin Asia. Gerakan ini dipimpin oleh Mr. Syamsuddin. Namun, gerakan ini lama kelamaan kurang mendapat tanggapan dari rakyat Indonesia. Akhirnya pada tanggal 16 April 1943, gerakan ini dibubarkan. 2. Pusat Tenaga Rakyat PUTERA Setelah gagal menjalankan propaganda Gerakan 3A, kemudian Jepang berusaha mengajak tokoh-tokoh nasionalis untuk menggerakkan seluruh rakyat. Empat Serangkai, yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansyur, dipercaya untuk memimpin gerakan tersebut. Tujuan PUTERA adalah untuk membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan oleh Belanda. Namun sebenarnya, gerakan ini bertujuan untuk memikat rakyat Indonesia agar mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk membantu jepang dalam Perang Asia Timur Raya. PUTERA pada awal berdirinya mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Gerakan tersebut telah berhasil mempersiapkan rakyat secara mental bagi kemerdekaan Indonesia. Melalui rapat-rapat dan media massa, pengaruh PUTERA semakin meluas. Hal ini dimanfaatkan oleh pemimpin-pemimpin nasionalis untuk mempersiapkan ke arah kemerdekaan. Hal ini tentu membuat Jepang merasa khawatir. Pada akhirnnya pada tahun 1944 gerakan PUTERA resmi dibubarkan oleh Jepang. 3. MIAI dan MASYUMI Berbeda dengan pemerintah Belanda dulu yang cenderung anti terhadap umat Islam, Jepang lebih ingin bersahabat dengan umat Islam di Indonesia. Jepang memerlukan kekuatan Islam yang besar untuk membantu melawan tentara sekutu. Oleh karena itu, pemerintah Jepang memutuskan untuk mengaktifkan kembali organisasi MIAI yang sebelumnya telah dibekukan oleh Belanda. Organisasi ini diketuai oleh Wondoamiseno serta dibantu oleh Mas Mansur sebagai ketua muda dan Taufiqurrahman sebagai penasehat. Dengan demikian, diharapkan MIAI dapat digerakkan kembali sehingga umat Islam di Indonesia dapat dimobilisasi untuk keperluan militer. Adapun tugas dan tujuan MIAI adalah a. Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat b. Mengharmoniskan Islam dengan tuntunan perkembangan zaman c. Ikut membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI membuat program yang lebih menitikberatkan pada program-program yang bersifatsosio-religius. Secara khusus program-program itu diwujudkan melalui rencana a. Pembangunan masjid Agung di Jakarta b. Mendirikan Uuniversitas c. Membentuk baitulmal MIAI kemudian terus mengembangkan diri di tengah-tengah ketidakcocokan dengan kebijakan dasar Jepang. MIAI menjadi tempat pertukaran pikiran dan pembangunan kesadaran umat Islam agar tidak terjebak dalam perangkap kebijakan Jepang yang semata-mata hanya untuk memenangkan perang Asia Timur Raya. Pada bulan Mei 1943, MIAI berhasil membentuk Majelis Pemuda yang diketahui oleh Ir. Sofwan dan juga membentuk Majelis Keputrian yang dipimpin oleh Siti Nurjanah. Bahkan dalam mengembangkan aktivitasnya, MIAI juga menerbitkan majalah yang disebut “Suara MIAI”. Arah perkembangan MIAI ini perlahan-lahan mulai dipahami oleh Jepang. MIAI ternyata tidak memberi kontribusi terhadap Jepang. Hal tersebut tidak sesuai dengan harapan sehingga pada November 1943 MIAI dibubarkan oleh Jepang. Sebagai penggantinya, Jepang membentuk MASYUMI Majelis Syura Muslimin Indonesia yang diketuai oleh Hasyim Asy’ari dan Wahid Hasyim sebagai wakil. Tujuan dari organisasi ini intinya hampir sama dengan MIAI, sedangkan kegiatannya antara lain a. Bergerak dalam kegiatan Baitul Mal dan Peringatan Hari Besar Islam baik di perkotaan maupun di pedesaan b. Membentuk badan perjuangan dengan nama Hizbullah/Tentara Allah pada tanggal 14 September 1944 di Jakarta yang diketuai oleh Zainul Arifin. c. Bersama-sama dengan golongan nasionalis sekuler membentuk tentara PETA Pembela Tannah Air pada tanggal 3 Oktober 1944. Masyumi kemudian semakin maju dan warna politiknya semakin jelas. Masyumi berkembang menjadi wadah untuk bertukar pikiran antara tokoh-tokoh Islam dan sekaligus menjadi tempat penampung keluh kesah rakyat. Masyumi menjadi organisasi massa yang pro rakyat. Dengan demikian Masyumi telah menjadi organisasi pejuang yang membela rakyat. 4. Jawa Hokokai Pada tahun 1944, situasi mulai berbalik. Jepang yang biasanya selalu menang dalam pertempuran, perlahan tentara Jepang mulai dapat dikalahkan tentara Sekutu di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan kedudukan Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Jendral Kumaikici Harada membentuk organisasi baru yang diberi nama Jawa Hokokai Himpunan Kebaktian Jawa. Untuk menghadapi situasi perang tersebut, Jepang membutuhkan persatuan dan kesatuan segenap rakyat baik lahir maupun batin. Rakyat diharapkan rela memberikan darma baktinya kepada pemerintah Jepang demi kemenangan perang. Kebaktian yang dimaksud mencangkup tiga hal, yaitu mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan suatu tindakan dengan bukti. Susunan dan kepemimpinan organisasi Jawa Hokokai langsung dipegang oleh orang Jepang, karena Jawa Hokokai adalah organisasi resmi dari pemerintah. Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai adalah sebagai berikut a. Melaksanakan segala tindakan dengan nyata demi pemerintah Jepang b. Memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat persaudaraaan c. Memperkokoh pembelaan tanah air D. Membentuk organisasi militer dan semimiliter Sesuai dengan strategi pemerintahan militer Jepang yang berusaha mengerahkan rakyat Indonesia, terutama dari kalangan pemuda, maka Jepang mulai membentuk organisasi militer dan semimiliter untuk melatih para pemuda. Tujuannya agar memperoleh tenaga cadangan yang cukup untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya. Berikut adalah macam-macam organisasi militer dan semimiliter yang dibentuk Jepang a. Organisasi Semimiliter 1. Seinendan Seinendan Korps Pemuda adalah organisasi para pemuda yang berusia 14-22 tahun yang difungsikan sebagai barisan cadangan yang mengamankan garis belakang. Seinendan bertujuan mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Namun bagi Jepang Seinendan bertujuan untuk mendapatkan tenaga cadangan guna memperkuat usaha mencapai kemenangan dalam Perang Asia Timur Raya. 2. Seinentai dan Gakutotai Seinentai adalah organisasi barisan pelajar yang diperuntukan bagi pelajar sekolah dasar. Sedangkan Gakutotai adalah organisasi barisan pelajar yang diperuntukan bagi pelajar sekolah lanjutan. Tujuannya untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. 3. Keibodan Keibodan merupakan organisasi semimiliter yang anggotanya para pemuda berusia 25-35 tahun. Ketentuan utama untuk masuk Keiboidan adalah mereka yang berbadan sehat dan berkelakuan baik. Pembentukan Keiboidan ini bertujuan untuk membantu tugas para polisi, seperti menjaga lalu lintas atau pengamanan desa. 4. Fujinkai Fujinkai adalah organisasi himpunan wanita yang diperuntukan wanita yang berusia diatas 15 tahun. Fujinkai bertugas di garis belakang untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan kursus-kursus. 5. Barisan Pelopor Barisan Pelopor adalah organisasi yang beranggotakan para pemuda, baik terpelajar maupun yang berpendidikan rendah, atau bahkan tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Uniknya, pemipin dari organisasi ini berasal dari golongan nasionalis, yaitu Ir. Soekarno, yang dibantu oleh Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo. Tujuan Barisan Pelopor adalah menumbuhakan kesadaran yang mendalam di kalangan rakyat untuk memenuhi kewajiban dan membangun persaudaraan untuk seluruh rakyat dalam rangka mempertahankan tanah air Indonesia. 6. Kaikyo Seinen Teishinti Kaikyo Seinen Teishinti/Hizbullah/Tentara Allah dibentuk pada tanggal 15 Desember 1944. Hizbullah adalah pasukan cadangan dan sukarelawan dari pemuda-pemuda Islam. Hizbullah diketuai oleh Zainul Arifin. Rata rata anggotanya berusia 17-25 tahun. Mereka dilatih secara kemiliteran dan dipusatkan di Cibarusa, Bogor. Tugas pokok dan tujuan dibentuknya Hizbullah antara lain a. Sebagai tentara cadangan, dengan tugas 1. Melatih diri, jasmani, maupun rohani 2. Membantu tentara Dai Nippon 3. Menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh 4. Menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan perang b. Sebagai pemuda Islam, dengan tugas 1. Menyebarkan agama Islam 2. Memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama 3. Membela agama dan umat Isam Indonesia b. Organisasi Militer 1. Heiho Heiho Pasukan Pembantu adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Syarat-syarat untuk menjadi tentara Heiho antara lain yaitu berumur 18-25 tahun, berbadan sehat, berkelakuan baik, dan berpendidikan minimal sekolah dasar. Heiho merupakan pasukan yang terintegrasi dengan pasukan militer Jepang, baik angkatan darat, angkatan laut, termasuk kepolisian. Meskipun Heiho terintegrasi dengan militer Jepang, tidak seorangpun anggota Heiho dari pemuda Indonesia yang berpangkat perwira. Pangkat perwira hanya untuk militer Jepang. Tujuan Heiho adalah membantu tentara Jepang secara langsung dalam Perang Asia Timur Raya, baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Kegiatannya antara lain membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu perang tentara Jepang di medan perang. Oleh karena itu, banyak anggota Heiho yang ikut perang melawan tentara Sekutu di Kalimantan, Papua, bahkan sampai ke Birma. 2. Pembela Tanah Air PETA Keinginan Jepang untuk melindungi Indonesia dari tentara Sekutu dengan dibantu pasukan Heiho ternyata masih kurang memadai. Jepang berusaha agar ada pasukan yang secara konkret mempertahankan Indonesia. Oleh karena itu, Jepang berencana membentuk pasukan militer lain untuk mempertahankan tanah air Indonesia. Akhirnya, pada tanggal 3 Oktober 1943 secara resmi dibentuklah PETA. Berdirinya PETA ternyata disambut hangat oleh kalangan pemuda Indonesia. PETA merupakan pasukan yang berdiri sendiri lepas dari struktur militer Jepang. Tujuannya adalah untuk membela dan mempertahankan Indonesia dari serangan Sekutu. Selain membentuk organisasi-organisasi seperti yang tertera diatas, selama pendudukan Jepang di Indonesia pemerintah Jepang juga menerapkan kebijakan-kebijakan dalam mengerahkan semua kekuatan yang ada di Indonesia yang berakibat rakyat Indonesia menjadi sengsara. Beberapa kebijakan tersebut adalah sebagai berikut a. Kebijakan Ekonomi Perang Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, Jepang menerapkan konsep “Ekonomi Perang”. Artinya, semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk menopang kegiatan perang Asia Timur Raya. Pada saat Belanda membumihanguskan objek-objek vital yang berada di Indonesia, keadaan ekonomi di Indonesia menjadi lumpuh pada saat itu. Akibatnya, kehidupan ekonomi Indonesia sepenuhnya berubah dari keadaan normal menjadi ekonomi perang. Untuk menerapkan pelaksanaan ekonomi perang, pemerintah militer Jepang mengambil kebijakan-kebijakan sebagai berikut 1. Melakukan rehabilitasi sarana ekonomi, seperti jembatan, jalan raya, alat-alat produksi, transportasi, serta telekomunikasi 2. Semua objek vital dan alat-alat produksi dikuasai oleh Jepang dan dibawah pengawasan yang sangat ketat 3. Mengeluarkan beberapa peraturan yang berfungsi sebagai kontrol terhadap kegiatan ekonomi perang termasuk ditetapkannya peraturan pengendalian kenaikan harga. Bagi mereka yang melanggar akan dijatuhi hukuman berat. Sedangkan langkah yang dilakukan Pemerintah Militer Jepang untuk mengembangkan ekonomi perang yaitu a. Dalam bidang perdagangan Jepang memutuskan hubungan dagang dengan Eropa. Dalam rangka penerapan ekonomi perang, Jepang tak perlu mendagangkan hasil perkebunan yang laku di pasaran dunia, seperti tebu, tembakau, teh, dan kopi. Maka Jepang menghentikan penanaman jenis tanaman tersebut karena dianggap kurang berguna bagi usaha perang. Pelaksanaannya diserahkan kepada lembaga yang disebut Saibai Kigyo Kanrikodan yang bertugas untuk mengawasi adanya pelanggaran terhadap larangan tersebut. b. Dalam bidang perkebunan Jepang mengembangkan jenis tanaman yang berguna untuk kepentingan perang, seperti 1. Tanaman Jarak Tanaman jarak berfungsi sebagai bahan baku minyak pelumas peralatan mesin-mesin militer, termasuk pelumas mesin pesawat terbang. 2. Tanaman Kina Tanaman kina berfungsi sebagai obat untuk penyakit malaria, sebab wabah malaria pada saat itu banyak menyerang dan melemahkan tentara Jepang. c. Dalam bidang pangan Meningkatkan kegiatan penanaman untuk menghasilkan bahan pangan terutama beras dan jagung untuk mendukung kebutuhan pangan prajurit Jepang. Jepang juga mengeluarkan beberapa ketentuan yang sangat ketat yang terkait dengan produksi padi, yaitu sebagai berikut 1. Pemerintahan militer Jepang memiliki hak monopoli dalam mengatur produksi, pungutan dan penyaluran padi serta menentukan harganya. 2. Penggiling dan pedagang padi tidak boleh beroperasi sendiri, harus diatur oleh Kantor Pengelolaan Pangan. 3. Para petani harus menjual hasil produksi padinya kepada pemerintah sesuai dengan kuota yang telah ditentukan dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah Jepang. d. Dalam bidang transportasi Untuk menambah persediaan kapal, J membuka industri kapal angkut dari kayu. Jepang juga membuka pabrik mesin, paku, kawat, serta baja pelapis granat. b. Pengendalian di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Jepang mulai membatasi kegiatan pendidikan. Jumlah sekolah dikurangi secara drastis. Jumlah sekolah dasar menurun dari menjadi buah. Sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20 buah. Jumlah tenaga pengajar murid pun menurun secara signifikan. Hal ini dikarenakan pemerintah Jepang lebih berorientasi pada kemiliteran untuk kepentingan Perang Asia Timur Raya dibanding pendidikan. Banyak guru-guru serta tenaga pengajar yang dipekerjakan sebagai pegawai untuk membantu pemerintah militer Jepang, bahkan murid-murid juga dipaksa untuk masuk organisasi semimiliter. Para pelajar harus menghormati budaya dan adat istiadat Jepang. Mereka juga harus melakukan kegiatan kerja bakti. Kegiatan kerja bakti itu meliputi pengumpulan bahan-bahan perang, penanaman bahan pangan, penanaman pohon jarak, perbaikan jalan, dan lain sebagainya. Mereka harus benar-benar menjalankan semangat Jepang Nippon Seishin. Para pelajar juga harus menyanyikan lagu Kimigayo, menghormati benderaHinomaru, serta melakukan seikerei. c. Pengerahan Romusha Untuk menopang Perang Asia Timur Raya, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia. Tenaga kerja inilah yang disebut Romusha. Romusha adalah kerja paksa untuk membangun sarana dan prasarana militer Jepang dalam rangka memenangkan Perang Asia Timur Raya. Pantia yang bertugas disebut Romukyokai yang ada di setiap daerah. Strategi penerapan romusha oleh Jepang antara lain 1. Pengerahan tenaga kerja romusha mula-mula dilakukan secara sukarela dengan mempropagandakan Romusha dengan istilah “Kerja Bakti”, “Kerja Gotong Royong”, dan lain-lain 2. Untuk menarik simpati rakyat, Jepang melakukan propaganda dengan cara membentuk “Barisan Romusha” dengan menampilkan tokoh-tokoh pemimpin rakyat. 3. Melancarkan kampanye bahwa romusha adalah “Prajurit Ekonomi” atau “Pahlawan Pekerja”, mereka bukan kuli melainkan pekerja yang melaksanakan tugas suci dan mulia untuk angkatan perang Jepang. Namun dalam kenyataannya, rakyat Indonesia yang menjadi romusha diperlakukan tidak senonoh tanpa mengenal peri kemanusiaan. Mereka dipaksa bekerja sejak pagi hingga malam, tanpa makan dan pelayanan yang cukup, padahal mereka melakukan pekerjaan kasar yang sangat memerlukan banyak asupan makanan dan Istirahat. Mereka hanya beristirahat pada malam hari. Kesehatan mereka tidak terurus. Banyak diantara mereka yang kelaparan bahkan sakit dan mati akibat penindasan Jepang. Perlawanan rakyat Indonesia terhadap tentara Jepang Rakyat Indonesia lama kelamaan semakin muak terhadap perlakuan Jepang dengan segala propaganda dan daya tipunya. Jepang seringkali bertindak sewenang-wenang. Maka rakyat Indonesia banyak yang menyatakan perlawanan terhadap Jepang. Berikut adalah contoh beberapa perlawanan rakyat terhadap tirani Jepang 1. Perlawanan Rakyat Aceh Saat Jepang mulai mengobarkan perang untuk mengusir kolonialis Eropa dari Asia, tokoh-tokoh pejuang Aceh mengirim utusan ke pemimpin perang Jepang untuk membantu usaha mengusir Belanda dari Aceh. Negosiasi dimulai pada tahun 1940. Setelah beberapa rencana pendaratan dibatalkan, akhirnya pada 9 Februari 1942 kekuatan militer Jepang mendarat di wilayah Ujong Batee, Aceh Besar. Kedatangan mereka disambut oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh dan masyarakat umum. Masuknya Jepang ke Aceh membuat Belanda terusir secara permanen dari tanah Aceh. Awalnya Jepang bersikap baik dan hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh Aceh, dan menghormati kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat pun tidak segan untuk membantu dan ikut serta dalam program-program pembangunan Jepang. Namun ketika keadaan sudah membaik, pelecehan terhadap masyarakat Aceh khususnya kaum perempuan mulai dilakukan oleh personel tentara Jepang. Rakyat Aceh yang beragama Islam pun mulai diperintahkan untuk membungkuk ke arah matahari terbit di waktu pagi, sebuah perilaku yang sangat bertentangan dengan akidah Islam. Karena itu pecahlah perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh daerah Aceh. 2. Perlawanan di Singaparna Dengan adanya kependudukan militer Jepang di Indonesia ternyata telah menimbulkan perlawanan dari rakyat Indonesia. Perlawanan kepada militer Jepang telah terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Adanya perlawanan rakyat terhadap pihak Jepang disebabkan pemerintahan Jepang telah belaku sewenang- wenang. Adapun salah satu perlawanan rakyat Indonesia kepada pihak Jepang yaitu berasal dari Jawa Barat. Perlawanan rakyat Jawa Barat khususnya rakyat Singaparna telah dipimpin oleh K. H. Zainal Mustafa. K. H. Zainal Mustafa merupakan seorang pemimpin pesantren Sukamnah di Singaparna, Tasikmalaya Jawa Barat. Perihal yang melatarbelakangi perlawanan rakyat di daerah Singaparna adalah karena pihak militer Jepang telah memaksa masyarakat Singaparna untuk melakukan Seikeirei. Apakah Anda tahu apa itu Seikeirei ? Yah, Seikeirei merupakan suatu upacara penghormatan kepada kaisar Jepang yang telah dianggap dewa yaitu dengan cara membungkukan badan ke arah timur laut atau Tokyo. Pemaksaan Jepang kepada rakyat Singaparna untuk melakukan upacara Seikeirei telah membuat masyarakat geram, hal tersebut ditambah lagi dengan adanya larangan dari K. H. Zainal Mustafa pemimpin pondok pensantren untuk masyarakat agar tidak melakukan Seikeirei karena perbuatan tersebut sama saja perbuatan yang mempersekutukan Tuhan. Dengan melihat upaya masyarakat untuk tetap menolak kebijakan Jepang tesebut, militer Jepang pun mengambil tindakan tegas. Tindakan tegas yang dimakud adalah militer Jepang telah mengirimkan pasukannya pada tanggal 25 Februari 1944 untuk menyerang daerah Sukamnah dan untuk menangkap K. H. Zainal Mustafa. Karena serangan yang mendadak yang telah dilakukan oleh militer Jepang , maka perang antara dua pihak tersebut tidak dapat dihindarkan lagi. Namun, peperangan tersebut dimenangkan oleh pihak Jepang. Hingga pada akhirnya, pihak Jepang berhasil menangkap rakyat Singaparna dan mereka pun dimasukkan ke dalam tahanan di daerah Tasikmalaya dan dipindahkan lagi ke Jakarta. Kemudian untuk, pemimpin pesantren, K. H. Zainal Mustafa telah dijatuhi hukuman mati dan ia pun dimakamkan di Ancol , tetapi sekarang makamnya telah dipindahkan ke daerah Singaparna. 3. Perlawanan di Indramayu Perlawanan rakyat Indramayu terjadi di desa Kaplongan pada bulan April 1944. Kemudian pada bulan Juli, muncul pula perlawanan di Desa Cidempet. Perlawanan tersebut terjadi karena rakyat merasa tertindas dengan adanya penarikan hasil panen padi yang sangat memberatkan. Rakyat yang baru saja memanen padi harus langsung dibawa ke balai desa. Setelah itu, pemilik mengajukan permohonan kembali untuk mendapat sebagian padi hasil panennya. Rakyat pun tidak terima dengan cara-cara Jepang yang demikian. Mereka bersemboyan “lebih baik mati melawan Jepang daripada mati kelaparan”. Setelah kejadian tersebut, maka peperangan terjadi. Namun, rakyat tidak mampu melawan kekuatan Jepang yang didukung dengan tentara yang terlatih serta peralatan yang memadai. Rakyat Indramayu pun kalah dalam peperangan tersebut. 4. Perlawanan Peta Blitar PETA singkatan dari "Pembela Tanah Air" adalah bentukan junta militer pendudukan Kekaisaran Jepang di Indonesia yang didirikan pada bulan Oktober 1943. Tentara-tentara PETA mendapatkan pelatihan militer dari tentara Kekaisaran Jepang, tetapi berbeda dengan tentara-tentara HEIHO yang ikut bertempur bersama tentara-tentara Jepang di berbagai medan tempur Asia seperti Myanmar, Thailand, dan Filipina. Tentara PETA belum pernah mengalami pengalaman tempur. Shodancho Supriyadi, Shodancho Muradi, dan rekan-rekannya adalah lulusan angkatan pertama pendidikan komandan peleton PETA di Bogor. Mereka lantas dikembalikan ke daerah asalnya untuk bertugas di bawah Daidan Batalyon Blitar. Nurani para komandan muda itu tersentuh dan tersentak melihat penderitaan rakyat Indonesia yang diperlakukan bagaikan budak oleh tentara Jepang. Kondisi Romusha, yakni orang-orang yang dikerahkan untuk bekerja paksa membangun benteng-benteng di pantai sangat menyedihkan. Banyak yang tewas akibat kelaparan dan terkena berbagai macam penyakit tanpa diobati sama sekali. Para prajurit PETA juga geram melihat kelakuan tentara-tentara Jepang yang suka melecehkan harkat dan martabat wanita-wanita Indonesia. Para wanita ini pada awalnya dijanjikan akan mendapatkan pendidikan di Jakarta, namun ternyata malah menjadi pemuas nafsu seksual para tentara Jepang. Selain itu, ada aturan yang mewajibkan tentara PETA memberi hormat kepada serdadu Jepang, walaupun pangkat prajurit Jepang itu lebih rendah daripada anggota PETA. Harga diri para perwira PETA pun terusik dan terhina. Perlawanan pun dimulai. Pada tanggal 14 Februari 1945 dini hari, yang ditandai dengan tembakan mortir oleh Giyuhei Katam dan Giyuhei Tukiman. Kemudian markas kempetaidi kota Blitar diserang. Karena yang melawan adalah pasukan PETA, Jepang menjadi sangat khawatir, oleh sebab itu bala tentara Jepang segera dikerahkan untuk menyerbu para pejuang. Maka terjadilah pertempuran sengit antara tentara PETA melawan serdadu-serdadu Jepang. Dalam pertempuran tersebut kedua belah pihak menderita korban banyak. Tetapi sayang sekali pertempuran yang dilakukan oleh pasukan PETA itu mengalami kegagalan. Karena situasi dan kondisi pada saat itu memang belum matang. Kerja sama pasukan PETA yang berada di lain daerah belum ada dan belum perlawanan itu belum di dukung oleh rakyat, sedangkan kekuatan bala tentara Jepang cukup besar. Akhirnya para pejuang dapat ditangkap dan diadili di Pengadilan Tentara Jakarta. Di pengadilan, sebagian besar anggota PETA dijatuhi hukuman penjara. Enam orang pembantu utama Shodanco Supriyadi dijatuhi hukuman mati, sementara Shodanco Supriyadi sendiri dianggap hilang. Banyak orang yang mengira bahwa Supriyadi telah tertangkap oleh Jepang dan dibunuh secara diam-diam. Meski jasadnya tidak diketahui rimbanya, namun Supriyadi tetaplah pahlawan. Maka dari itu, Supriyadi dianugerahi gelar Pahlawan PETA oleh pemerintah. 5. Perlawanan rakyat Kalimantan Perlawanan rakyat di tanah Kalimantan dipimpin oleh Pang Puma. Pang Puma dan pengikutnya melancarkan perlawanan terhadap Jepang dengan taktik perang gerilya. Meskipun berjumlah sedikit, tetapi dengan bantuan rakyat yang militant dan dengan memanfaatkan keuntungan alam yang berupa rimba belantara, sungai, rawa, dan daerah yang sulit ditempuh, perlawanan berkobar dengan sengitnya. Namun, di kalangan penduduk juga berkeliaran mata-mata Jepang yang berasal dari Kalimantan itu sendiri. Yang lebih parah, para mata-mata juga tak segan-segan menangkap rakyat, melakukan penganiayaan, hingga pembunuhan. Adanya mata-mata inilah yang sering membuat perlawanan pejuang Indonesia dapat dikalahkan oleh Jepang. Demikian perlawanan rakyat yang dipimpin Pang Suma akhirnya mengalami kegagalan. 6. Perlawanan di Tanah Irian Gerakan perlawanan yang terkenal di Papua adalah Gerakan Koreri, yang berpusat di Biak dengan pemimpinnya bernama L. Rumkorem. Biak merupakan pusat pergolakan untuk melawan pendudukan Jepang. Rakyat Irian memiliki semangat juang pantang menyerah, sekalipun Jepang sangat kuat sedangkan rakyat hanya menggunakan peralatan seadanya untuk melawan Jepang. Rakyat irian terus melakukan perlawanan di berbagai tempat. Mereka tidak memiliki rasa takut. Padahal jika ada rakyat yang tertangkap, Jepang tak segan-segan memberikan hukuman pancung di depan umum. Namun, rakyat irian tak gentar dengan semua itu. Mereka menggunakan taktik perang gerilya. Jepang pun kewalahan menghadapi keberanian dan taktik gerilya orang-orang Irian. Akhirnya, Jepang tidak mampu bertahan dan kemudian meninggalkan tanah Irian. BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. Latar belakang kedatangan Jepang ke Indonesia Kedatangan Jepang ke Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu a. Indonesia kaya akan bahan-bahan mentah, seperti minyak bumi dan batubara b. Kebutuhan Jepang akan bahan perang, serta cadangan logistik c. Wilayah Indonesia mengasilkan banyak produksi pertanian dan peternakan yang dibutuhkan untuk memnuhi kebutuhan perang Jepang d. Indonesia memiliki tenaga manusia dalam jumlah besar untuk membantu perang Jepang 2. Hal-hal yang dilakukan Jepang selama menjajah Indonesia 1. Membentuk Pemerintahan Militer 2. Membentuk Pemerintahan Sipil 3. Membentuk Organisasi Sipil, diantaranya a. Gerakan Tiga A b. Pusat Tenaga Rakyat PUTERA c. Jawa Hokokai d. MIAI dan Masyumi 4. Membentuk Organisasi Militer dan Semimiliter a. Organisasi Militer 1. Heiho 2. Pembela Tanah Air PETA b. Organisasi Semimiliter 1. Seinendan 2. Seinentai dan Gakutotai 3. Fujinkai 4. Keibodan 5. Barisan Pelopor 6. Hizbullah 5. Menerapkan Kebijakan Ekonomi Perang 6. Pengendalian di bidang pendidikan dan kebudayaan 7. Penerapan Romusha kerja paksa 3. Macam-macam perlawanan rakyat Indonesia terhadap Jepang 1. Perlawanan di Aceh 2. Perlawanan di Singaparna 3. Perlawanan di Indramayu 4. Perlawanan PETA di Blitar 5. Perlawanan di Kalimantan 6. Perlawanan di Tanah Irian Saran Kita sebagai pemuda Indonesia wajib menghormati jasa para pahlawan yang lebih dulu meninggalkan kita. Hargailah mereka yang telah mengorbankan jiwa dan raganya serta berjuang mati-matian demi meraih kemerdekaan yang dapat kita rasakan pada masa kini. Walaupun sekarang Indonesia sudah merdeka, sebagai penerus bangsa kita masih harus berjuang demi kemajuan negeri ini. Kita harus berterima kasih kepada para pahlawan cukup dengan cara belajar dengan sungguh-sungguh demi kejayaan tanah air tercinta ini. Daftar Rujukan Modul Bahan Ajar Sejarah kelas XI Semester Genap Sejarah Indonesia kelas XI Semester Genap
Selamat datang di kelas 11 semester 2 guys! Bagaimana setengah tahun pembelajaran kemarin? Semoga kamu masih semangat dan jangan pernah bosen untuk belajar Sejarah Indonesia ya! Nah, hari ini kita akan melanjutkan materi Sejarah Indonesia kelas 11 bab 5 mengenai Tirani Matahari Terbit. Siapa itu Tirani Matahari Terbit? Yuk, langsung simak ulasannya di bawah ini ya. Kedatangan “saudara tua” sebagaimana Jepang menyebut dirinya, mula-mula disambut dengan penuh harapan, tetapi kemudian mengecewakan rakyat. Meskipun demikian, pendudukan Jepang membuka sejarah baru bagi Imran,“Perang Pasifik, dan Jatuhnya Rezim Kolonial Belanda” dalam Taufik Abdullah dan Lapian ed, 2012 A. Kedatangan Jepang ke Indonesia 1. Masuknya Jepang ke Indonesia Sejak pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan Perang Jepang pada 8 Desember 1941, serangan terus dilancarkan terhadap angkatan laut Amerika Serikat di Pasifik. Serangan-serangan itu seolah-olah tak dapat dibendung oleh Amerika Serikat. 2. Sambutan Rakyat Indonesia Kedatangan Jepang di Indonesia pada awalnya disambut dengan senang hati oleh rakyat Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang dipandang dapat membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan Belanda. Sikap simpatik bangsa Indonesia terhadap Jepang antara lain juga dipengaruhi oleh kepercayaan ramalan Jayabaya. 3. Pembentukan Pemerintahan Militer Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima Tomi Shudan untuk Sumatra. Pusatnya di militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas Asamu Shudan untuk Jawa dan militer Angkatan Laut, yaitu Armada Selatan Kedua untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. 4. Pemerintahan Sipil Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang bersifat militer, Jepang juga mengembangkan pemerintahan sipil. Pada bulan Agustus 1942, pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem pemerintahan, antara lain dengan mengeluarkan UU No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No. 28 tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi. B. Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang 1. Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan a. Gerakan Tiga A Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang membentuk sebuah perkumpulan yang dinamakan Gerakan Tiga A 3A. Perkumpulan ini dibentuk pada tanggal 29 Maret 1942. Sesuai dengan namanya, perkumpulan ini memiliki tiga semboyan, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. b. Pusat Tenaga Rakyat Putera “Gerakan Tiga A” dinilai gagal oleh Jepang. Kemudian Jepang berusaha mengajak tokoh pergerakan nasional untuk meningkatkan kerja sama. Jepang kemudian mendirikan organisasi pemuda, c. Majelis Islam A’la Indonesia MIAI dan Majelis Syura Muslimin Masyumi Berbeda dengan pemerintah Hindia Belanda yang cenderung anti terhadap umat Islam, Jepang lebih ingin bersahabat dengan umat Islam di Indonesia. Jepang sangat memerlukan kekuatan umat Islam untuk membantu melawan Sekutu. Oleh karena itu, sebuah organisasi Islam MIAI yang cukup berpengaruh pada masa pemerintah kolonial Belanda, mulai dihidupkan kembali oleh pemerintah pendudukan Jepang. Pada tanggal 4 September 1942 MIAI diizinkan aktif kembali. d. Jawa Hokokai Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik, tentara Sekutu dapat mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan kedudukan Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kumaikici Harada membentuk organisasi baru yang diberi nama Jawa Hokokai Himpunan Kebaktian Jawa. Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai sebagai berikut melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah Jepangmemimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat persaudaraan, danmemperkokoh pembelaan tanah air 2. Organisasi Semi Militer a. Pengerahan Tenaga Pemuda Kelompok pemuda memegang peranan penting di Indonesia, apalagi melihat jumlahnya yang cukup besar. Menurut penilaian Jepang, para pemuda apalagi yang tinggal di daerah perdesaan, belum terpengaruh oleh alam pikiran Barat. Mereka secara fisik cukup kuat, semangat, dan pemberani. b. Organisasi Seinendan Seinendan Korps Pemuda adalah organisasi para pemuda yang berusia 14-22 tahun. Pada awalnya, anggota Seinendan orang pemuda dari seluruh Jawa. Tujuan dibentuknya Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. c. Keibodan Organisasi Keibodan Korps Kewaspadaan merupakan organisasi semimiliter yang anggotanya para pemuda yang berusia antara 25-35 tahun. Ketentuan utama untuk dapat masuk Keibodan adalah mereka yang berbadan sehat dan berkelakuan baik. d. Barisan Pelopor Pada pertengahan tahun 1944, diadakan rapat Chuo-Sangi-In Dewan Pertimbangan Pusat. e. Hizbullah Pada tanggal 7 September 1944, PM Jepang, Kaiso mengeluarkan janji tentang kemerdekaan untuk Indonesia. Sementara keadaan di medan perang, Jepang mengalami berbagai kekalahan. 3. Organisasi Militer a. Heiho Heiho Pasukan Pembantu adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. b. PETA Sekalipun tidak dapat dilepaskan dari rasa ketakutan akan adanya serangan Sekutu, Jepang berusaha agar Indonesia dapat dipertahankan dari serangan Sekutu. Heiho sebagai pasukan yang terintegrasi dengan pasukan Jepang masih dipandang belum memadai. Jepang masih berusaha agar ada pasukan yang secara konkret mempertahankan Indonesia. Sehingga, terbentuklah PETA Pembela Tanah Air. C. Pengerahan dan Penindasan Versus Perlawanan 1. Ekonomi Perang Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan konsep “Ekonomi perang”. Artinya, semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk menopang kegiatan perang. Perlu dipahami bahwa sebelum memasuki PD II, Jepang sudah berkembang menjadi negara industri dan sekaligus menjadi kelompok negara imperialis di Asia. 2. Pengendalian di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Jepang mulai membatasi kegiatan pendidikan. Jumlah sekolah juga dikurangi secara drastis. Jumlah sekolah dasar menurun dari menjadi buah. Sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20 buah. Kegiatan perguruan tinggi boleh dikatakan macet. Jumlah murid sekolah dasar menurun 30% dan jumlah siswa sekolah lanjutan merosot sampai 90%. 3. Pengerahan Romusa Berbagai kebijakan dan tindakan Jepang seperti disebutkan di atas telah membuat penderitaan rakyat. Rakyat petani tidak dapat berbuat banyak kecuali harus tunduk kepada praktik-praktik tirani Jepang. 4. Perang Melawan Sang Tirani Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian berubah menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada pemerintah Kolonial Belanda. Jepang seringkali bertindak sewenangwenang. Rakyat tidak bersalah ditangkap, ditahan, dan disiksa. Kekejaman itu dilakukan oleh kenpetai polisi militer Jepang. Aceh Angkat SenjataPerlawanan di SingaparnaPerlawanan di IndramayuRakyat Kalimantan Angkat SenjataPerlawanan Rakyat Irian BaratPeta di Blitar Angkat Senjata D. Drama Akhir Sang Tirani 1. Akibat Pendudukan Jepang di Indonesia a. Bidang Politik Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan penggunaan bahasa Jepang. b. Keadaan Sosial-Budaya dan Ekonomi Guna membiayai Perang Pasifik, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia. Mereka dikerahkan untuk membuat benteng-benteng pertahanan. Mula-mula tenaga kerja dikerahkan dari Pulau Jawa yang padat penduduknya. c. Pendidikan Pada masa pendudukan Jepang, keadaan pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Pendidikan tingkat dasar hanya satu, yaitu pendidikan enam tahun. Dalam bidang birokrasi, dengan dikeluarkannya UU no. 27 tentang Aturan Pemerintah Daerah dan UU No. 28 tentang Aturan Pemerintah Syu dan Tokubetshu Syi, maka berakhirlah pemerintahan sementara 2. Janji Kemerdekaan Pada tahun 1944, Jepang terdesak, Angkatan Laut Amerika Serikat berhasil merebut kedudukan penting Kepulauan Mariana, sehingga jalan menuju Jepang semakin terbuka. Jenderal Hideki Tojo pun kemudian digantikan oleh Jenderal Kuniaki Kaiso sebagai perdana menteri. 3. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI BPUPKI kemudian dibubarkan setelah tugas-tugasnya selesai. Selanjutnya dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI pada 7 Agustus 1945. Badan itu beranggotakan 21 orang. Mereka terdiri dari 12 orang wakil dari Jawa, tiga orang wakil dari Sumatra, dan dua orang dari Sulawesi dan masing-masing satu orang dari Kalimantan, Sunda Kecil, Maluku, dan golongan penduduk Cina, ditambah enam orang tanpa izin dari pihak Jepang. Daftar Pustaka Sardiman AM, dan Amurwani Dwi Lestariningsih. 2017. Sejarah Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK. Jakarta Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
Tirani Matahari Terbit Masuknya Jepang Ke Indonesia - Sebelumnya admin telan membagikan artikel sebelumnya yang membahas tentang Membangun Jati Diri Keindonesiaan. Dan untuk lebih jelasnya, langsung saja anda menyimak penjelasan di bawah ini, penuh dengan kesungguhan dan perhatian khusus. Kedatangan “saudara tua” sebagaimana Jepang menyebut dirinya, mula-mula disambut dengan penuh harapan, tetapi kemudian mengecewakan rakyat. Meskipun demikian, pendudukan Jepang membuka sejarah baru bagi Indonesia Amrin Imran,“Perang Pasifik, dan Jatuhnya Rezim Kolonial Belanda” dalam Taufik Abdullah dan Lapian ed, 2012. Tirani Matahari Terbit Masuknya Jepang Ke Indonesia Anda tentu mengenal merk kendaraan bermotor “Yamaha”, “Honda,” dan “Toyota”. Apa yang kamu bayangkan jika mendengar sebutan Yamaha, Honda, dan Toyota. Dari mana asal produk-produk tersebut? Ya, tentu kamu tidak asing dengan negara asal produk-produk tersebut, yakni Jepang, atau sohor dengan nama Negeri Matahari Terbit. Produk-produk itu cukup merajai pasar kendaraan bermotor di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Bahkan penjualan produk sepeda motor merk Yamaha dan Honda mengalami peningkatan jumlah pembelian yang signifikan setiap tahunnya. Gambaran fakta ini menunjukkan secara ekonomis begitu besar pengaruh dan dominasi Jepang di Indonesia. Dominasi produk-produk Jepang di Indonesia sudah berlangsung cukup lama, terutama sejak Orde Baru. Bahkan pernah mendapat protes dari para mahasiswa tahun 1974, sehingga memunculkan peristiwa “Malari”. Apa kamu tahu istilah “Malari”? cari jawabnya! Berbicara mengenai dominasi ekonomi Jepang di Indonesia, sebenarnya secara historis kita sudah memiliki pengalaman pahit pada saat negeri kita dijajah Jepang tahun 1942 - 1945. Secara ekonomis kekayaan negeri kita dikuras untuk kepentingan Jepang demi memenangkan Perang Asia Timur Raya. Pengalaman sejarah semestinya dapat menjadi pelajaran dalam menyikapi perkembangan pengaruh ekonomi Jepang sekarang ini Kamu bisa menunjukkan beberapa peninggalan penjajahan Jepang yang sampai sekarang masih dapat kita saksikan? Contoh peninggalan jaman penjajahan Jepang yang masih bisa disaksikan antara lain Gua Jepang. Pernahkah kamu mendengar cerita atau bahkan mengunjungi dan melihat Gua Jepang? Ya, Gua Jepang atau sering juga disebut dengan Lubang Jepang, di beberapa daerah di Indonesia hampir dapat dijumpai gua peninggalan masa pendudukan Jepang itu. Misalnya, di Bukittinggi, Sulawesi Utara, Papua, Bali, dan tempat-tempat lain. Di Bukittinggi, Gua Jepang saat ini digunakan sebagai tempat wisata sejarah. Pada masa pendudukan Jepang, Gua Jepang digunakan sebagai benteng perlindungan tentara Jepang dari serangan musuh. Gua itu dibangun dengan mengerahkan tenaga kerja murah, yang kemudian dikenal dengan istilah kerja paksa, atau Romusa. Meskipun masa pendudukan Jepang hanya berlangsung singkat, tetapi memberi dampak yang penting dalam perjalanan sejarah bangsa. Propaganda Jepang mengenai tata pemerintahan baru, keberpihakan sebagai sesama bangsa Asia, dan janji akan kemerdekaan, memberi harapan bagi rakyat Indonesia. Kendati sempat dirusak oleh pemerintah Jepang yang represif, terutama dengan adanya program romusa, dorongan dan gerakan untuk mencapai kemerdekaan tetap digencarkan oleh kaum pergerakan secara terang-terang-terangan maupun “bawah tanah” Taufik Abdullah dan Lapian, ed 2012. Nah, bagaimana kisah pendudukan Jepang selama sekitar tahun di Indonesia? Pada uraian berikut akan dibahas mengenai kedatangan Jepang, perkembangan organisasi pergerakan, dan reaksi rakyat Indonesia terhadap kekejaman Jepang. Uraian tersebut akan dibahas melalui bab “Tirani Matahari Terbit”. Istilah tirani’ digunakan untuk menggambarkan tindakan otoriter dan kekejaman Jepang, sedangkan istilah matahari terbit’ digunakan untuk penamaan bagi tentara Jepang. Sebab, posisi negara Jepang jika dilihat dari Indonesia, terletak di arah timur atau sama dengan arah saat matahari terbit, sehingga Negara Jepang disebut Negara Matahari Terbit. A. Menganalisis Awal Pemerintahan “Saudara Tua” Gambar di atas, terkait dengan peristiwa pengeboman Pearl Harbour yang menunjukkan kemenangan Jepang terhadap Sekutu pada PD II dalam peristiwa Perang Pasifik. Peristiwa itu telah membuka jalan bagi Jepang untuk memasuki negara di Asia, termasuk Indonesia. Sementara di bawahnya berkaitan dengan gambaran mengenai cara tentara Jepang memasuki kota-kota penting di Indonesia. Perlu dipahami bahwa “rentetan kemenangan yang dicapai tentara Jepang sejak melancarkan Perang Pasifik membuka pintu bagi mereka untuk menduduki tanah Hindia Belanda”. Kedatangan “saudara tua”, sebagaimana Jepang menyebut dirinya, mula-mula disambut dengan penuh harapan, tetapi kemudian mengecewakan rakyat. Walaupun demikian, pendudukan Jepang membuka sejarah baru bagi Indonesia”. Nah, sejarah baru yang bagaimana? Sebelum memahami sejarah baru yang dimaksudmu perlu memahami terlebih dulu mengenai bagaimana tentara Jepang itu datang dan kemudian menguasai Indonesia. Ikutilah uraian penjelasan tersebut melalui subbab “Kedatangan Saudara Tua”. 1. Penguasaan Kepulauan Indonesia Sejak pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan udara Jepang pada 8 Desember 1941, serangan terus dilancarkan ke angkatan laut Amerika Serikat di Pasifik. Kemenangan pasukan Jepang seolah-olah tak dapat dikendalikan dan pasukan itu berturut-turut menghancurkan basis militer Amerika. Selain itu, serangan Jepang juga diarahkan ke Indonesia. Serangan terhadap Indonesia muncul dari utara dan timur. Serangan terhadap Indonesia tersebut bertujuan untuk mendapatkan cadangan logistik dan bahan industri perang, seperti minyak tanah, timah, dan aluminium. Sebab, persediaan minyak di Indonesia diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan Jepang selama Perang Pasifik. Pada Januari 1942, Jepang mendarat di Indonesia melalui Ambon dan seluruh Maluku. Meskipun pasukan KNIL Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger dan pasukan Australia berusaha menghalangi, tapi kekuatan Jepang tidak dapat dibendung. Daerah Tarakan di Kalimantan Timur kemudian dikuasai oleh Jepang bersamaan dengan Balikpapan 12 Januari 1942. Jepang kemudian menyerang Sumatera setelah berhasil memasuki Pontianak. Bersamaan dengan itu Jepang melakukan serangan ke Jawa Februari 1942. Pada tanggal 1 Maret 1942, kemenangan tentara Jepang dalam Perang Pasifik menunjukkan kemampuan Jepang dalam mengontrol wilayah yang sangat luas, yaitu dari Burma sampai Pulau Wake. Setelah daerah-daerah di luar Jawa dikuasai, Jepang memusatkan perhatiannya untuk menguasai tanah Jawa sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. Untuk menghadapi gerak invasi tentara Jepang, Belanda pernah membentuk Komando Gabungan Tentara Serikat yang disebut ABDACOM American British Dutch Australian Command yang bermarkas di Lembang. Panglima dari pergerakan tersebut bernama Jenderal Sir Archhibald. Kemudian Letnan Jenderal Ter Poorten diangkat sebagai panglima perang tentara Hindia Belanda. Sementara itu, Gubernur Jenderal Carda Tjarda pada bulan Februari 1942 sudah mengungsi ke Bandung. Dalam upaya menguasai Jawa, telah terjadi pertempuran di Laut Jawa, yaitu antara tentara Jepang dengan Angkatan Laut Belanda di bawah Laksamana Karel Doorman. Dalam pertempuran ini Laksamana Karel Doorman dan beberapa kapal Belanda berhasil ditenggelamkan oleh tentara Jepang. Sisa-sisa pasukan dan kapal Belanda yang berhasil lolos terus melarikan diri menuju Australia. Sementara itu, Jenderal Imamura dan pasukannya mendarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan itu dilaksanakan di tiga tempat, yakni di Banten dipimpin oleh Jenderal Imamura sendiri. Kemudian pendaratan di Eretan Wetan-Indramayu dipimpin oleh Kolonel Tonishoridan pendaratan di sekitar Bojonegoro dikoordinir oleh Mayjen Tsuchihashi. Tempat-tempat tersebut memang tidak diduga oleh Belanda. Untuk menghadapi pasukan Jepang, sebenarnya Sekutu sudah mempersiapkan diri, yaitu antara lain berupa tentara gabungan ABDACOM, ditambah satu kompi Akademi Militer Kerajaan dan Korps Pendidikan Perwira Cadangan di Jawa Barat. Di Jawa Tengah, telah disiapkan empat batalion infanteri, sedangkan di Jawa Timur terdiri tiga batalion pasukan bantuan Indonesia dan satu batalion marinir, serta ditambah dengan satuan-satuan dari Inggris dan Amerika. Meskipun demikian, tentara Jepang mendarat di Jawa dengan jumlah yang sangat besar, sehingga pasukan Belanda tidak mampu memberikan perlawanan. Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara Belanda di Jawa. Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang terus bergerak ke selatan dan menguasai kota Buitenzorg Bogor. Dengan mudah kota-kota di Jawa yang lain juga jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas nama komandan pasukan Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang yang diwakili Jenderal Imamura. Penandatanganan ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Dengan demikian berakhirlah penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian Indonesia berada di bawah pendudukan tentara Jepang. Gubernur Jenderal Tjarda ditawan. Namun Belanda segera mendirikan pemerintahan pelarian exile government di Australia di bawah pimpinan Van Mook. Menyimak dari gerakan tentara Jepang untuk menguasai Indonesia berlangsung begitu cepat itu memang menarik. Hal ini ada kaitannya dengan perkembangan sebelumnya. Sejak Jepang atau negeri Sakura atau negeri Matahari Terbit berkembang menjadi negara industri dan tampil sebagai imperialis, Jepang mulai membutuhkan daerah-daerah baru. Salah satu daerah baru yang dimaksud adalah Indonesia. Keinginan Jepang untuk menguasai Indonesia karena Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri Jepang. Di samping itu, juga terdorong oleh ajaran yang berkaitan dengan Shintoisme, khususnya tentang Hakko ichiu, yakni ajaran tentang kesatuan keluarga umat manusia. Ajaran ini diterjemahkan bahwa Jepang sebagai negara maju bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan keluarga umat manusia dengan memajukan dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Ajaran Hakko ichiu diperkuat oleh keterangan antropolog yang menyatakan bahwa bangsa Jepang dan Indonesia serumpun. Untuk merealisasikan keinginannya itu maka sebelum gerakan tentara Jepang itu datang ke Indonesia, Jepang sudah mengirim para spionase untuk datang ke Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya. 2. Selamat Datang “Saudara Tua” Kedatangan Jepang di Indonesia disambut dengan senang hati oleh rakyat Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang dipandang dapat membebaskan dari kekuasaan Belanda. Di mana-mana terdengar ucapan “banzai-banzai” selamat datang-selamat datang. Sementara itu, pihak tentara Jepang terus melakukan propaganda-propaganda untuk terus menggerakkan dukungan rakyat Indonesia. Setiap kali Radio Tokyo memperdengarkan Lagu Indonesia Raya, di samping Lagu Kimigayo. Bendera yang berwarna Merah Putih juga boleh dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang Hinomaru. Melalui siaran radio, juga dipropagandakan bahwa barang-barang buatan Jepang itu menarik dan murah harganya, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk membelinya. Simpati dan dukungan rakyat Indonesia itu nampaknya juga karena perilaku Jepang yang sangat membenci Belanda. Di samping itu, diperkuat pula dengan berkembangnya kepercayaan tentang Ramalan Jayabaya. Tentara Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajahan bangsa Barat. Jepang juga akan membantu memajukan rakyat Indonesia. Melalui program Pan-Asia Jepang akan memajukan dan menyatukan seluruh rakyat Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang menegaskan kembali bahwa Jepang tidak lain adalah “saudara tua”, jadi Jepang dan Indonesia sama. Bahkan untuk meneguhkan progandanya tentang Pan-Asia, Jepang berusaha membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”. 3. Pembentukan Pemerintahan Militer Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara Jepang agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran termasuk semimiliter. Oleh karena itu, pemerintah Jepang di Indonesia kemudian membentuk pemerintahan militer. Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer. a. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima Tomi Shudan untuk Sumatera. Pusatnya di Bukittinggi. b. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas Asamu Shudan untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan pemerintah militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut Dai Ni Nankenkantai. c. Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu Armada Selatan Kedua untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di Makassar. Pembagian administrasi semacam itu tentu juga terkait dengan perbedaan kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap daerah di Indonesia, baik dari segi militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan yang sangat penting waktu itu masih diberlakukan pemerintahan sementara. Hal ini berdasarkan Osamu Seirei Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16. Di dalam undang-undang itu antara lain berisi ketentuan sebagai berikut. a. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala kekuasaan yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa. b. Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan Jepang. c. Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer Jepang. Adapun susunan pemerintahan militer Jepang tersebut adalah sebagai berikut. a. Gunshirekan panglima tentara yang kemudian disebut dengan Seiko Shikikan panglima tertinggi sebagai pucuk pimpinan. Panglima tentara yang pertama dijabat oleh Jenderal Hitoshi Imamura. b. Gunseikan kepala pemerintahan militer yang dirangkap oleh kepala staf. Kepala staf yang pertama adalah Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Kantor pusat pemerintahan militer ini disebut Gunseikanbu. Di lingkungan Gunseikanbu ini terdapat empat bu semacam departemen dan ditambah satu bu lagi, sehingga menjadi lima bu. Adapun kelima bu itu adalah sebagai berikut. Somobu Departemen Dalam Negeri. Zaimubu Departemen Keuangan. Sangvobu Departemen Perusahaan, Industri dan Kerajinan Tangan atau urusan Perekonomian. Kotsubu Departemen Lalu Lintas. Shihobu Departemen Kehakiman. c. Gunseibu koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan ketertiban dan keamanan atau semacam gubernur yang meliputi. Jawa Barat pusatnya di Bandung. Jawa Tengah pusatnya di Semarang. Jawa Timur pusatnya di Surabaya. Ditambah dua daerah istimewa Kochi yakni Yogyakarta dan Surakarta. Di dalam pemerintahan itu, Jepang juga membentuk kesatuan Kempetai Polisi Militer. Di samping susunan pemerintahan tersebut, juga ditetapkan lagu kebangsaan yang boleh diperdengarkan hanyalah Kimigayo. Padahal sebelum tentara Jepang datang di Indonesia, Lagu Indonesia Raya sering diperdengarkan di radio Tokyo. Pada awal pendudukan ini, secara kultural Jepang juga mulai melakukan perubahan-perubahan. Misalnya, untuk petunjuk waktu harus digunakan tarikh Sumera tarikh Jepang, menggantikan tarikh itu tarikh Masehi 1942 sama dengan tahun 2602 Sumera. Setiap tahun mulai tahun 1942 rakyat Indonesia harus merayakan Hari Raya Tencosetsu hari raya lahirnya Kaisar Hirohito. Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang penggunakan bahasa Belanda dan mewajibkan penggunakan bahasa Jepang. 4. Pemerintahan Sipil Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang bersifat militer, Jepang juga mengembangkan pemerintahan sipil. Pada bulan Agustus 1942, pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem pemerintahan, antara lain dengan mengeluarkan UU No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No. 28 tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi. Dengan UU tersebut, pemerintahan akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28 ini, pemerintahan daerah yang tertinggi adalah shu karesidenan. Seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi Surakarta, dibagi menjadi daerah-daerah shu karesidenan, shi kotapraja, ken kabupaten, gun kawedanan, son kecamatan, dan ku desa/kelurahan. Seluruh Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu. Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki kekuasaan seperti gubenur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan legislatif dan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu oleh Cokan Kanbo Majelis Permusyawaratan Shu. Setiap Cokan Kanbo ini memiliki tiga bu bagian, yakni Naiseibu bagian pemerintahan umum, Kaisaibu bagian ekonomi, dan Keisatsubu bagian kepolisian. Pemerintah pendudukan Jepang juga dapat membentuk sebuah kota yang dianggap memiliki posisi sangat penting sehingga menjadi daerah semacam daerah swatantra otonomi. Daerah ini ini disebut tokubetsushi kota istimewa, yang posisi dan kewenangannya seperti shu yang berada langsung di bawah pengawasan gunseikan. Sebagai contoh adalah Kota Batavia, sebagai Batavia Tokubetsushi di bawah pimpinan Tokubetu shico. SIMPUL SEJARAH Setelah berhasil melakukan pengeboman Pearl Harbour tahun 1941, gerakan Jepang menuju Asia, termasuk ke Indonesia tidak bisa terbendung. Jepang berhasil menguasai Kepulauan Indonesia dengan cepat dan merata. Masuk dan kedatangan tentara Jepang disambut baik oleh rakyat Indonesia karena dipandang sebagai kekuatan pembebas. Jepang kemudian membentuk pemerintahan militer yang diperkuat dengan pemerintahan sipil. B. Menganalisis Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang Album Pahlawan Bangsa Banyak organisasi pergerakan yang dibentuk pada zaman Jepang. Sama seperti organisasi-organisasi pergerakan pada umumnya, yaitu organisasi yang bersifat semimiliter dan militer. Berikut ini akan dipaparkan tentang perkembangan organisasi pergerakan di zaman pendudukan Jepang. Ada satu perkembangan yang berbeda apabila kita memahami perkembangan organisasi pergerakan antara zaman kolonial Belanda dengan era pendudukan Jepang. Pada masa kolonial Belanda umumnya organisasi pergerakan yang muncul dan berkembang diprakarsai oleh para pejuang rakyat Indonesia, tetapi pada zaman Jepang banyak organisasi atau perkumpulan yang berdiri diprakarsai oleh Jepang, sementara para tokoh Indonesia mencoba memanfaatkan organisasi itu untuk kepentingan perjuangan. Hal ini juga tampak berhubungan dengan perkembangan padangan sikap para tokoh Indonesia dalam menghadapi pendudukan Jepang. Banyak di antara para tokoh Indonesia yang mencoba memanfaatkan masa pendudukan Jepang untuk melanjutkan perjuangan menuju kemerdekaan. Mereka mengambil sikap dan strategi bekerja sama dengan Jepang. Sebagai contoh, pada masa pendudukan Jepang Sukarno bersedia bekerjasama dengan Jepang. Faktor penyebabnya adalah adanya kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905. Sementara, Moh. Hatta dan Syahrir yang dikenal antifasisme, semestinya menentang Jepang, namun keduanya menyusun strategi yang saling melengkapi. Moh. Hatta mengambil sikap kooperatif dengan Jepang, sementara Syahrir akan menyusun “gerakan bawah tanah” gerakan rahasia. Syahrir yang radikal dan bergerak di “bawah tanah”, mendapat dukungan dari tokoh-tokoh lain, seperti Cipto Mangunkusumo dan mantan anggota PNI Baru, Amir Syarifudin. Padahal Amir Syarifudin dikenal sebagai sosok yang bersikap anti-Jepang. Bahkan Amir Syarifudin dimanfaatkan oleh Belanda untuk menyusun gerakan perlawanan terhadap Jepang. Untuk ini Amir Syarifudin telah menerima sejumlah uang dari seorang pejabat Belanda Van der Plas, sebagai imbalan. Sedangkan terhadap umat Islam, Jepang berusaha sekuat tenaga untuk mendekatinya. Sebab, umat Islam dinilai secara mayoritas anti peradaban Barat, sehingga diharapkan menjadi kekuatan besar dan mau membantu Jepang dalam menghadapi Sekutu. Sukarno dan Moh. Hatta bergabung dalam mengambil sikap kooperatif dengan Jepang. Langkah tersebut diambil semata-mata demi tujuan yang lebih penting, yakni kemerdekaan. Bahkan kedua tokoh ini juga mengusulkan agar segera dibentuk organisasi politik, karena setelah Jepang berkuasa di Indonesia, semua organisasi politik yang pernah berkembang di zaman Hindia Belanda dibubarkan. 1. Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan a. Gerakan Tiga A Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang membentuk sebuah perkumpulan yang dinamakan Gerakan Tiga A 3A. Perkumpulan ini dibentuk pada tanggal 29 Maret 1942. Sesuai dengan namanya, perkumpulan ini memiliki tiga semboyan, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Sebagai pimpinan Gerakan Tiga A, bagian propaganda Jepang Sedenbu telah menunjuk bekas tokoh Parindra Jawa Barat yakni Mr. Syamsuddin sebagai ketua dengan dibantu beberapa tokoh lain seperti K. Sutan Pamuncak dan Moh. Saleh. Jepang berusaha agar perkumpulan ini menjadi wadah propaganda yang efektif. Oleh karena itu, di berbagai daerah dibentuk komite-komite. Sejak bulan Mei 1942, perhimpunan itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat melalui media massa. Di dalam Gerakan Tiga A juga dibentuk subseksi Islam yang disebut “Persiapan Persatuan Umat Islam”. Subseksi Islam dipimpin oleh Abikusno Cokrosuyoso. Ternyata sekalipun dengan berbagai upaya, Gerakan Tiga A ini kurang mendapat simpati dari rakyat. Gerakan Tiga A hanya berumur beberapa bulan saja. Jepang menilai perhimpunan itu tidak efektif. Bulan Desember 1942 Gerakan Tiga A dinyatakan gagal. Mengapa “Gerakan Tiga A” ini dinyatakan gagal oleh Jepang, kira-kira apa alasannya? b. Pusat Tenaga Rakyat “Gerakan Tiga A” telah gagal. Kemudian Jepang berusaha mengajak tokoh pergerakan nasional untuk melakukan kerjasama. Jepang kemudian mendirikan organisasi pemuda, Pemuda Asia Raya di bawah pimpinan Sukardjo Wiryopranoto. Organisasi itu juga tidak mendapat sambutan rakyat. Jepang kemudian membubarkan organisasi itu. Dukungan rakyat terhadap Jepang memang tidak seperti awal kedatangannya. Hal ini sangat mungkin juga karena sikap dan tindakan Jepang yang berubah. Seperti telah disinggung di depan, Jepang mulai melarang pengibaran bendera Merah Putih dan yang boleh dikibarkan hanya bendera Hinomaru serta mengganti Lagu Indonesia Raya dengan lagu Kimigayo. Jepang mulai membiasakan mengganti kata-kata banzai selamat datang dengan bakero bodoh. Masyarakat mulai tidak simpati terhadap Jepang.“Saudara tua” tidak seperti yang mereka janjikan. Sementara perkembangan Perang Asia Timur Raya mulai tidak menggembirakan. Kekalahan Jepang di berbagai medan pertempuran telah menimbulkan rasa tidak percaya dari rakyat. Oleh karena itu, Jepang harus segera memulihkan keadaan. Jepang harus dapat bekerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis terkemuka, antara lain Sukarno dan Moh. Hatta. Karena Sukarno masih ditahan di Padang oleh pemerintah Hindia Belanda, maka segera dibebaskan oleh Jepang. Tanggal 9 Juli 1942 Sukarno sudah berada di Jakarta dan bergabung dengan Moh. Hatta. Jepang berusaha untuk menggerakkan seluruh rakyat melalui tokoh-tokoh menggerakkan rakyat. Bulan Desember 1942 dibentuk panitia persiapan untuk membentuk sebuah organisasi massa. Kemudian Sukarno, Hatta, Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara dipercaya untuk membentuk gerakan baru. Gerakan itu bernama Pusat Tenaga Rakyat Putera dibentuk tanggal 16 April 1943. Mereka kemudian disebut sebagai empat serangkai. Sebagai ketua panitia adalah Sukarno. Tujuan Putera adalah untuk membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan oleh Belanda. Menurut Jepang, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia guna membantu Jepang dalam perang. Di samping tugas di bidang propaganda, Putera juga bertugas memperbaiki bidang sosial ekonomi. Menurut struktur organisasinya, Putera memiliki pimpinan pusat dan pimpinan daerah. Pimpinan pusat dikenal sebagai Empat Serangkai. Kemudian pimpinan daerah dibagi, sesuai dengan tingkat daerah, yakni tingkat syu, ken, dan gun. Putera juga mempunyai beberapa penasihat yang berasal dari orang-orang Jepang. Mereka adalah S. Miyoshi, G. Taniguci, Iciro Yamasaki, dan Akiyama. Putera pada awal berdirinya, cepat mendapatkan sambutan dari organisasi massa yang ada. Misalnya dari Persatuan Guru Indonesia; Perkumpulan Pegawai Pos Menengah; Pegawai Pos Telegraf Telepon, dan Radio; serta Pengurus Besar Istri Indonesia di bawah pimpinan Maria Ulfah Santoso. Dari kalangan pemuda terdapat sambutan dari organisasi Barisan Banteng dan dari pelajar terdapat sambutan dari organisasi Badan Perantaraan Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport Indonesia juga bergabung ke dalam Putera. Putera pun berkembang dan bertambah kuat. Sekalipun di tingkat daerah tidak berkembang baik, namun Putera telah berhasil mempersiapkan rakyat secara mental bagi kemerdekaan Indonesia. Melalui rapat-rapat dan media massa, pengaruh Putera semakin meluas. Perkembangan Putera akhirnya menimbulkan kekhawatiran di pihak Jepang. Oleh karena, Putera telah dimanfaatkan oleh pemimpin-pemimpin nasionalis untuk mempersiapkan ke arah kemerdekaan, tidak digunakan sebagai usaha menggerakkan massa untuk membantu Jepang, maka pada tahun 1944 Putera dinyatakan bubar oleh Jepang. c. MIAI dan Masyumi Berbeda dengan pemerintah Hindia Belanda yang cenderung anti terhadap umat Islam, Jepang lebih ingin bersahabat dengan umat Islam di Indonesia. Jepang sangat memerlukan kekuatan umat Islam untuk membantu melawan Sekutu. Oleh karena itu, sebuah organisasi Islam MIAI yang cukup berpengaruh yang dibekukan oleh pemerintah kolonial Belanda, mulai dihidupkan kembali oleh pemerintah pendudukan pada tanggal 4 September 1942 MIAI diizinkan aktif kembali. Dengan demikian diharapkan MIAI segera dapat digerakkan sehingga umat Islam di Indonesia dapat dimobilisasi untuk keperluan perang. Dengan diaktifkannya kembali MIAI, maka MIAI menjadi organisasi pergerakan yang cukup penting di zaman pendudukan menjadi tempat bersilaturakhim, menjadi wadah tempat berdialog, dan bermusyawarah untuk membahas berbagai hal yang menyangkut kehidupan umat, dan tentu saja bersinggungan dengan perjuangan. MIAI senantiasa menjadi organisasi pergerakan yang cukup diperhitungkan dalam perjuangan membangun kesatuan dan kesejahteraan umat. Semboyan yang terkenal adalah “berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah berpecah belah”.Dengan demikian pada masa pendudukan Jepang, MIAI berkembang pusatnya semula di Surabaya kemudian pindah ke Jakarta. Adapun tugas dan tujuan MIAI waktu itu adalah Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masya rakat Indonesia Mengharmoniskan Islam dengan tuntutan perkembangan zaman. Ikut membantu Jepang dalam Perang AsiaTimur Raya Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI membuat program yang lebih menitikberatkan pada program-program yang bersifat khusus program-program itu akan diwujudkan melalui rencana 1 pembangunan masjid Agung di Jakarta, 2 mendirikan universitas, dan 3 membentuk baitulmal. Dari ketiga program ini yang mendapatkan lampu hijau dari Jepang hanya program yang ketiga. MIAI terus mengembangkan diri di tengah-tengah ketidakcocokan dengan kebijakan dasar Jepang. MIAI menjadi tempat pertukaranpikiran dan pembangunan kesadaran umat agar tidak terjebak pada perangkap kebijakan Jepang yang semata-mata untuk memenangkan perang Asia Timur Raya. Pada bulan Mei 1943, MIAI berhasil membentuk Majelis Pemuda yang diketuai oleh Ir. Sofwan dan juga membentuk Majelis Keputrian yang dipimpin oleh Siti Nurjanah. Bahkan dalam mengembangkan aktivitasnya, MIAI juga menerbitkan majalah yang disebut “Suara MIAI”. Keberhasilan program baitulmal, semakin memperluas jangkauan perkembangan MIAI. Dana yang terkumpul dari program tersebut semata-mata untuk mengembangkan organisasi dan perjuangan di jalan Allah, bukan untuk membantu Jepang. Arah perkembangan MIAI ini mulai dipahami oleh Jepang. MIAI tidak memberi konstribusi terhadap Jepang. Hal tersebut tidak sesuai dengan harapan Jepang sehingga pada November 1943 MIAI dibubarkan. Sebagai penggantinya, Jepang membentuk Masyumi Majelis Syura Muslimin Indonesia. Harapan dari pembentukan majelis ini adalah agar Jepang dapat mengumpulkan dana dan dapat menggerakkan umat Islam untuk menopang kegiatan perang Asia Timur Raya. Ketua majelis ini adalah Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh Mas Mansur dan Wahid Hasyim. Orang yang diangkat menjadi penasihat dalam majelis ini adalah Ki Bagus Hadikusumo dan Abdul Wahab. Masyumi sebagai induk organisasi Islam, anggotanya sebagian besar dari para ulama. Dengan kata lain, para ulama dilibatkan dalam kegiatan pergerakan politik. Masyumi cepat berkembang, di setiap karesidenan ada cabang Masyumi. Oleh karena itu, Masyumi berhasil meningkatkan hasil bumi dan pengumpulan perkembangannya, tampil tokoh-tokoh muda di dalam Masyumi antara lain Moh. Natsir, Harsono Cokroaminoto, dan Prawoto Mangunsasmito. Perkembangan ini telah membawa Masyumi semakin maju dan warna politiknya semakin jelas. Masyumi berkembang menjadi wadah untuk bertukar pikiran antara tokoh-tokoh Islam dan sekaligus menjadi tempat penampungan keluh kesah rakyat. Masyumi menjadi organisasi massa yang pro rakyat, sehingga menentang keras adanya romusa. Masyumi menolak perintah Jepang dalam pembentukannya sebagai penggerak romusa. Dengan demikian Masyumi telah menjadi organisasi pejuang yang membela rakyat. Sikap tegas dan berani di kalangan tokoh-tokoh Islam itu akhirnya dihargai Jepang. Sebagai contoh, pada suatu pertemuan di Bandung, ketika pembesar Jepang memasuki ruangan, kemudian diadakan acara seikerei sikap menghormati Tenno Heika dengan membungkukkan badan sampai 90 derajat ke arah Tokyo ternyata ada tokoh yang tidak mau melakukan seikerei, yakni Abdul Karim Amrullah ayah Hamka. Akibatnya, muncul ketegangan dalam acara itu. Namun, setelah tokoh Islam itu menyatakan bahwa seikerei bertentangan dengan Islam, sebab sikapnya seperti orang Islam rukuk waktu sholat. Menurut orang Islam rukuk hanya semata-mata kepada Tuhan dan menghadap ke kiblat. Dari alasan itu, akhirnya orang-orang Islam diberi kebebasan untuk tidak melakukan seikerei. Jawa Hokokai Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik, tentara Sekutu dapat mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan kedudukan Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kumaikici Harada membentuk organisasi baru yang diberinama Jawa Hokokai Himpunan Kebaktian Jawa. Untuk menghadapi situasi perang tersebut, epang membutuhkan persatuan dan semangat segenap rakyat baik lahir maupun batin. Rakyat diharapkan mem berikan darma baktinya terhadap pemerintah demi kemenangan perang. Kebaktian yang dimaksud memuat tiga hal 1 mengorbankan diri, 2 mempertebal persaudaraan, dan 3 melaksanakan suatu tindakan dengan bukti. Susunan dan kepemimpinan organisasi Jawa Hokokai berbeda dengan Putera. Jawa Hokokai benar-benar organisasi resmi pemerintah. Oleh karena itu, pimpinan pusat Jawa Hokokai sampai pimpinan daerahnya langsung dipegang oleh orang Jepang. Pimpinan pusat dipegang oleh Gunseikan, sedangkan penasihatnya adalah Ir. Sukarno dan Hasyim Asy’ari. Di tingkat daerah syu/shu dipimpin oleh Syucokan/Shucokandan seterusnya sampai daerah ku oleh Kuco, bahkan sampai gumi di bawah pimpinan Gumico. Dengan demikian,Jawa Hokokai memiliki alat organisasi sampai ke desa-desa, dukuh,bahkan sampai tingkat rukun tetangga Gumi atau Tonari Gumi. Tonari Gumi dibentuk untuk mengorganisasikan seluruh penduduk dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 10 - 20 keluarga. Para kepala desa dan kepala dukuh atau ketua RT bertanggung jawab atas kelompok masing-masing. Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai antara lain sebagai berikut Melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerin- tah Jepang. Memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan se mangat persaudaraan. Memperkokoh pembelaan tanah air. Jawa Hokokai adalah organisasi pusat yang anggota-anggotanya terdiri atas bermacam-macam hokokai himpunan kebaktian sesuai dengan bidang profesinya. Misalnya Kyoiku Hokokai kebaktian para pendidik guru-guru dan Isi Hokokai wadah kebaktian para dokter. Jawa Hokokai juga mempunyai anggota istimewa, seperti Fujinkai organisasi wanita, dan Keimin Bunka Shidosho Pusat Kebudayaan. Di dalam membantu memenangkan perang, Jawa Hokokai telah berusaha antara lain dengan pengerahan tenaga dan memobilisasi potensi sosial ekonomi, misalnya dengan penarikan hasil bumi, sesuai dengan target yang di tentukan. Organisasi Jawa Hokokai ini tidak berkembang di luar Jawa, sehingga Golongan nasionalis di luar Jawa kurang mendapatkan wadah. Penguasa di luar Jawa seperti di Sumatra berpendapat bahwa di Sumatra terdapat banyak suku, bahasa, dan adat istiadat, sehingga sulit dibentuk organisasi yang besar dan memusat, kalau ada hanya lokal di tingkat daerah saja. Dengan demikian, organisasi Jawa Hokokai ini juga dapat berkembang sesuai yang diinginkan Jepang. 2. Organisasi-organisasi Militer dan Semimiliter Sesuai dengan sifat pemerintahan militer, Jepang berusaha mengerahkan rakyat Indonesia, terutama para pemuda melalui berbagai macam organisasi yang bersifat semimiliter dan juga yang bersifat militer. a. Pengerahan Tenaga Pemuda Kelompok pemuda memegang peranan penting di Indonesia, apalagi melihat jumlahnya yang cukup besar. Menurut penilaian Jepang, para pemuda apalagi yang tinggal di daerah pedesaan, belum terpengaruh oleh alam pikiran Barat. Mereka secara kuat, semangat, dan pemberani. Oleh karena itu, perlu dikerahkan untuk membantu memperkuat posisi Jepang dalam menghadapi perang. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka para pemuda dijadikan sasaran utama bagi propaganda Jepang. Dengan“Gerakan Tiga A” serta semboyan Jepang, Indonesia sama saja, Jepang saudara tua, tampaknya cukup menarik bagi kalangan pemuda. Pernyataan Jepang tentang persamaan, dinilai sebagai suatu perubahan baru dari keadaan di masa Belanda yang begitu diskriminatif. Sebelum secara resmi Jepang membentuk organisasi-organisasi semimiliter, Jepang telah melatih para pemuda untuk menjadi pemuda yang disiplin, memiliki semangat juang tinggi seishin, dan berjiwa ksatria bushido yang dengan sifat pemuda yang energik, maka yang ditekankan kepada para pemuda adalah seishin semangat dan bushido jiwa satria. Selain itu, juga dikembangkan jiwa disiplin dan menghilangkan rasa rendah diri. Salah satu cara untuk menanamkan nilat-nilai tersebut kepada kaum muda adalah dengan pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan khusus. Pendidikan umum, seperti sekolah rakyat sekolah dasar dan sekolah menengah. Sedangkan pendidikan khusus adalah latihan-latihan yang diadakan oleh yang diadakan Jepang, antara lain BPAR Bari san Pemuda Asia Raya.Wadah ini digunakan untuk menanamkan semangat Jepang. BPAR diadakan dari tingkat pusat di Jakarta. Kemudian di daerah-daerah dibentuk Komite Penginsafan Pemuda, yang anggota-anggotanya terdiri atas unsur kepanduan. Bentuk komite seperti ini sifatnya lokal dan disesuaikan dengan situasi daerah masing-masing. Barisan Pemuda Asia Raya tingkat pusat diresmikan pada tanggal 11 Juni 1942 dengan pimpinan dr. Slamet Sudibyo dan Saleh. Sebenarnya, BPAR bagian dari Gerakan Tiga A. Program latihan di BPAR diadakan dalam jangka waktu tiga bulan dan jumlah peserta tidak dibatasi. Semua pemuda boleh masuk mengikuti latihan. Di dalam latihan-latihan tersebut ditekankan pentingnya semangat dan keyakinan, mengingat mereka akan menjadi pimpinan para pemuda. Selain BPAR, Jepang juga membentuk wadah latihan yang disebut San A Seinen Kutensho di bawah Gerakan Tiga A, yang diprakarsai oleh dan Wakabayashi. Di dalam San A Seinen Kurensho latihan diadakan selama satu setengah bulan. Latihan-latihannya bersifat khusus, yakni ditujukan kepada para pemuda yang sudah pernah aktif di dalam organisasi, misalnya kepanduan. Di samping latihan-latihan yang berkaitan dengan kedisiplinan dan semangat, pemuda juga diajari mengenai pengetahuan-pengetahuan praktis seperti memasak, merawat rumah, serta berkebun. Selain itu, pemuda juga diajari bahasa Jepang. Pada tahap pertama pelatihan, telah dilatih sebanyak 250 orang. Meskipun telah dibentuk San A Seinen Kutensho, perkumpulan kepanduan juga masih diadakan, misalnya “Perkemahan Kepanduan Indonesia” Perkindo yang diadakan di Jakarta. Gerakan kepanduan merupakan wadah yang cukup baik untuk membina kader yang penuh semangat dan disiplin. Perkumpulan ini pernah dikunjungi oleh Gunseikan dan tokoh Empat Serangkai dari Putera. b. Organisasi Semimiliter Seinendan Seinendan Korps Pemuda adalah organisasi para pemuda yang berusia 14-22 tahun. Pada awalnya, anggota Seinendan orang pemuda dari seluruh dibentuknya Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Bagi Jepang, untuk mendapatkan tenaga cadangan guna memperkuat usaha mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya, perlu diadakannya pengerahan kekuatan pemuda. Oleh karena itu, Jepang melatih para pemuda atau para remaja melalui oraganisasi Seinendan. Dalam hal ini seinendan difungsikan sebagai barisan cadangan yang mengamankan garis belakang. Pengkordinasian kegiatan Seinendan ini diserahkan kepada penguasa setempat. Misalnya di daerah tingkat syu, ketuanya syucokan sendiri. Begitu juga di daerah Latihan Seinendan Chudancho Latief Hendraningrat sedang memberikan pelajaran ken, ketuanya kenco sendiri dan seterusnya. Untuk memperbanyak jumlah Seinendan, Jepang juga menggerakkan Seinendan bagian putri yang disebut Josyi pada masa akhir pendudukan Jepang, jumlah Seinendan itu mencapai sekitar pemuda. Tokoh-tokoh Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan antara lain,Sukarni dan Latif Hendraningrat. Keibodan Organisasi Keibodan Korps Kewaspadaan merupakan organisasi semimiliter yang anggotanya para pemuda yang berusia antara 25-35 tahun. Ketentuan utama untuk dapat masuk keibodan adalah mereka yang berbadan sehat dan berkelakuan baik. Apabila dilihat dari usianya, para anggota Keibodan sudah lebih matang dan siap untuk membantu Jepang dalam keamanan dan ketertiban. Pembentukan Keibodan ini memang dimaksudkan untuk membantu tugas polisi, misalnya menjaga lalu lintas dan pengamanan desa. Untuk itu anggota Keibodan juga dilatih kemiliteran. Pembina Keibodan adalah Departemen Kepolisian Keimubu dan di daerah syu shu dibina oleh Bagian Kepolisian Keisatsubu. Di kalangan orang-orang Cina juga dibentuk Keibodan yang dinamakan Kakyo Keibotai. Untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan Keibodan maka Jepang mengadakan program latihan khusus untuk para kader. Latihan khusus tersebut diselenggarakan di sekolah Kepolisian di Sukabumi. Jangka waktu latihan tersebut selama satu bulan. Mereka dibina secara khusus dan diawasi secara langsung oleh para polisi Jepang. Mereka tidak boleh terpengaruh oleh kaum nasionalis. Organisasi Seinendan dan Keibodan dibentuk di daerah-daerah seluruh Indonesia, meskipun namanya berbeda-beda. Misalnya di Sumatra disebut Bogodan dan di Kalimantan disebut Borneo Konan Kokokudan. Jumlah anggota Seinendan diperkirakan mencapai dua juta orang dan Keibodan mencapai sekitar satu juta anggota. Di samping Seinendan dan Keibodan, pada bulan Agustus 1943 juga dibentuk Fujinkai Perkumpulan Wanita. Anggotanya minimal harus berusia 15 tahun. Fujinkai bertugas di garis belakang untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan kursus-kursus. Ketika situasi perang semakin memanas, Fujinkai ini juga diberi latihan militer sederhana, bahkan pada tahun 1944 dibentuk “Pasukan Srikandi”. Organisasi sejenis juga dibentuk untuk usia murid SD yang disebut Seinentai barisan murid sekolah dasar, kemudian dibentuk Gakukotai barisan murid sekolah lanjutan. Barisan Pelopor Pada pertengahan tahun, diadakan rapat Chuo-Sangi-In Dewan Pertimbangan Pusat. Salah satu keputusan rapat tersebut adalah merumuskan cara untuk menumbuhkan keinsyafan dan kesadaran yang mendalam di kalangan rakyat untuk memenuhi kewajiban dan membangun persaudaraan untuk seluruh rakyat dalam rangka mempertahankan tanah airnya dari serangan musuh. Sebagai wujud konkret dari kesimpulan rapat itu maka pada tanggal 1 November 1944, Jepang membentuk organisasi baru yang dinamakan “Barisan Pelopor”.Melalui organisasi ini diharapkan adanya kesadaran rakyat untuk berkembang, sehingga siap untuk membantu Jepang dalam mempertahankan semimiliter “Barisan Pelopor” ini tergolong unik karena pemimpinnya adalah seorang nasionalis, yakni Ir. Sukarno, yang dibantu oleh Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo. Organisasi “Barisan Pelopor” berkembang di daerah perkotaan. Organisasi ini mengadakan pelatihan militer bagi para pemuda, meskipun hanya menggunakan peralatan yang sederhana, seperti senapan kayu dan bambu runcing. Di samping itu, mereka juga dilatih bagaimana menggerakkan massa, memperkuat pertahanan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat. Keanggotaan dari Barisan Pelopor ini mancakup seluruh pemuda, baik yang terpelajar maupun yang berpendidikan rendah, atau bahkan tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Keanggotaan yang heterogen ini justru diharapkan menimbulkan semangat solidaritas yang tinggi, sehingga timbul ikatan emosional dan semangat kebangsaan yang tinggi. Barisan Pelopor ini berada di bawah naungan Jawa Hokokai. Anggotanya mencapai orang. Di dalam Barisan Pelopor ini, dibentuk Barisan Pelopor Istimewa yang anggotanya dipilih dari asrama-asrama pemuda yang terkenal. Anggota Barisan Pelopor Istimewa berjumlah 100 orang, di antaranya ada Supeno, Aidit, Johar Nur, dan Asmara Hadi. Ketua Barisan Pelopor Istimewa adalah Sudiro. Barisan Pelopor Istimewa berada di bawah kepemimpinan para nasionalis,sehingga berkembang pesat. Dengan adanya organisasi ini, semangat nasionalisme dan rasa persaudaraan di lingkungan rakyat Indonesia menjadi berkobar. Hizbullah Pada tanggal 7 September 1944, PM Jepang, Kaiso mengeluarkan janji tentang kemerdekaan untuk Indonesia. Sementara keadaan di medan perang, Jepang mengalami berbagai kekalahan. Jepang mulai merasakan berbagai kesulitan. Keadaan tersebut memicu Jepang untuk menambah kekuatan yang telah ada. Jepang merencanakan untuk membentuk pasukan cadangan khusus dan pemuda-pemuda Islam sebanyak orang. Rencana Jepang untuk membentuk pasukan khusus Islam tersebut, cepat tersebar di tengah masyarakat. Rencana ini segera mendapat sambutan positif dari tokoh-tokoh Masyumi, sekalipun motivasinya berbeda. Begitu pula para pemuda Islam lainnya,mereka menyambut dengan penuh antusias. Bagi Jepang, pasukan khusus Islam itu digunakan untuk membantu memenangkan perang, tetapi bagi Masyumi pasukan itu digunakan untuk persiapan menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia. Berkaitan dengan hal itu maka para pemimpin Masyumi mengusulkan kepada Jepang untuk membentuk pasukan sukarelawan yang khusus terdiri atas pemuda-pemuda Islam. Oleh karena itu, pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan Hizbullah Tentara Allah yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishinti. Tugas pokok Hizbullah adalah sebagai berikut a. Sebagai tentara cadangan dengan tugas melatih diri, jasmani maupun rohani dengan segiat-giatnya, membantu tentara Dai Nippon, menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh, dan menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan perang. b. Sebagai pemuda Islam, dengan tugas menyiarkan agama Islam, memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama, dan membela agama dan umat Islam Indonesia. Untuk mengoordinasikan program dan kegiatan Hizbullah, maka dibentuk pengurus pusat Hizbullah. Ketua pengurus pusat Hizbullah adalah KH. Zainul Arifin, dan wakilnya adalah Moh. Roem. Anggota pengurusnya antara lain, Prawoto Mangunsasmito, Kiai Zarkasi, dan Anwar Cokroaminoto. Setelah itu, dibuka pendaftaran untuk anggota Hizbullah. Pada tahap pertama pendaftaran melalui Syumubu kantor Agama. Setiap karesidenan diminta mengirim 25 orang pemuda Islam, rata-rata mereka para pemuda berusia 17-25 tahun. Berdasarkan usaha tersebut, terkumpul 500 orang pemuda. Para anggota Hizbullah ini kemudian dilatih secara kemiliteran dan dipusatkan di Cibarusa, Bogor, Jawa Barat. Pada tanggal 28 Februari 1945, latihan secara resmi dibuka oleh pimpinan tentara Jepang. Pembukaan latihan ini dihadiri oleh pengurus Masyumi, seperti KH. Hasyim Asyari, Wahid Hasyim, dan Moh. Natsir. Dalam pidato pembukaannya, pimpinan tentara Jepang menegaskan bahwa para pemuda Islam dilatih agar menjadi kader dan pemimpin barisan Hizbullah. Tujuannya adalah agar para pemuda dapat mengatasi kesukaran perang dengan hati tabah dan iman yang teguh. Para pelatihnya berasal dari komandan-komandan Peta dan di bawah pe ngawasan perwira Jepang, Kapten Yanagawa Moichiro pemeluk Islam, yang kemudian menikah dengan seorang putri dari Tasik. Latihan dilakukan di Cibarusa selama tiga setengah bulan. Program latihannya di samping keterampilan fisik kemiliteran, juga dalam bidang mental rohaniah. Keterampilan fisik kemiliteran dilatih oleh para komandan Peta, sedangkan bidang mental kerohanian dilatih oleh Mustafa Kamil bidang kekebalan, Mawardi bidang tauhid, Abdul Halim bidang politik, dan Kiai Tohir Basuki bidang sejarah. Sementara itu, sebagai ketua asrama adalah Zainul Arifin. Ternyata latihan di Cibarusa telah berhasil membina kader-kader pejuang yang militan. Pelatihan itu juga menumbuhkan semangat nasionalisme para kader Hizbullah. Setelah selesai pelatihan, mereka kembali ke daerah masing-masing untuk membentuk cabang-cabang Hizbullah beserta program pelatihannya. Dengan demikian, berkembanglah kekuatan Hizbullah di berbagai daerah. Para anggota Hizbullah menyadari bahwa tanah Jawa adalah pusat pemerintahan tanah air Indonesia maka harus dipertahankan. Apabila Jawa yang merupakan garis terdepan diserang musuh, Hizbullah akan mempertahankan dengan penuh semangat. Semangat ini tentu pada hakikatnya bukan karena untuk membantu Jepang, tetapi demi tanah air Indonesia. Jika Barisan Pelopor disebut sebagai organisasi semimiliter di bawah naungan Jawa Hokokai, maka Hizbullah merupakan organisasi semimiliter berada di bawah naungan Masyumi. 3. Organisasi Militer a. Heiho Heiho Pasukan Pembantu adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Syarat-syarat untuk menjadi tentara Heiho antara lain 1 umur 18-25 tahun, 2 berbadan sehat, 3 berkelakuan baik, dan 4 berpendidikan minimal sekolah dasar. Tujuan pembentukan Heiho Latihan militer dalam Heiho adalah membantu tentara Jepang. Kegiatannya antara lain, membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu perang tentara Jepang di medan perang. Sebagai contoh, banyak anggota Heiho yang ikut perang melawan tentara Serikat di Kalimantan, Irian, bahkan ada yang sampai ke Birma. Organisasi Heiho lebih terlatih di dalam bidang militer dibanding dengan organisasi-organisasi lain. Kesatuan Heiho merupakan bagian integral dari pasukan Jepang. Mereka sudah dibagi-bagi menurut kompi dan dimasukkan ke kesatuan Heiho menurut daerahnya,di Jawa menjadi bagian Tentara ke-16 dan di Sumatera menjadi bagian Tentara ke-25. Selain itu, juga sudah terbagai menjadi Heiho bagian angkatan darat, angkatan laut, dan juga bagian Kempeitei kepolisian. Dalam Heiho, telah ada pembagian tugas, misalnya bagian pemegang senjata antipesawat, tank, artileri, dan pengemudi. Sejak berdiri sampai akhir pendudukan Jepang, diperkirakan jumlah anggota Heiho mencapai sekitar orang dan sebagian besar sekitar berasal dari Jawa. Namun,dari sekian banyak anggota Heiho tidak seorang pun yang berpangkat perwira, karena pangkat perwira hanya untuk orang Jepang. b. Peta Sekalipun tidak dapat dilepaskan dari rasa ketakutan akan adanya serangan Sekutu, Jepang berusaha agar Indonesia dapat dipertahankan dari serangan Sekutu. Heiho sebagai pasukan yang terintegrasi dengan pasukan Jepang masih dipandang belum memadai. Jepang masih berusaha agar ada pasukan yang secara konkret mempertahankan Indonesia. Oleh karena itu, Jepang berencana membentuk pasukan untuk mempertahankan tanah air Indonesia yang disebut Pasukan Pembela Tanah Air Peta. Jepang berupaya mempertahankan Indonesia dari serangan Sekutu secara sungguh-sungguh. Hal ini bisa saja didasari oleh rasa was-was yang makin meningkat karena situasi di medan perang yang bertambah sulit sehingga di samping Heiho, Jepang juga membentuk organisasi Peta Pembela Tanah Air. Peta adalah organisasi militer. Karena itu, para anggota Peta juga mendapatkan latihan kemiliteran. Mula-mula yang ditugasi untuk melatih anggota Peta adalah seksi khusus dari bagian intelijen yang disebut Tokubetsu Han. Bahkan sebelum ada perintah pembentukan Peta, bagian Tokuhetsu Han sudah melatih para pemuda Indonesia untuk tugas intelijen. Latihan tugas intelijen dipimpin oleh Yanagawa. Latihan ini kemudian berkembang secara Pelatihan calon tentara Peta sistematis dan terprogram. Penyelenggaraannya berada di dalam Seinen Dojo Panti Latihan Pemuda yang terletak di Tangerang. Mula-mula anggota yang dilatih hanya 40 orang dari seluruh Jawa. Pada akhir latihan angkatan ke-2 di Seinen Dojo, keluar perintah dari Panglima tentara Jepang Letnan Jenderal Kumaikici Harada untuk membentuk Tentara “Pembela Tanah Air”Peta. Berkaitan dengan itu, Gatot Mangkuprojo diminta untuk mengajukan rencana pembentukan organisasi Tentara Pembela Tanah Air. Akhirnya, pada tanggal 3 Oktober 1943 secara resmi berdirilah Peta. Berdirinya Peta ini berdasarkan peraturan dari pemerintah Jepang yang disebut Osamu Seinendan, nomor 44. Berdirinya Peta ternyata mendapat sambutan hangat di kalangan pemuda. Banyak di antara para pemuda yang tergabung dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi anggota Peta. Anggota Peta yang bergabung berasal dari berbagai golongan di dalam masyarakat. Peta sudah mengenal adanya pangkat yang berbeda-beda dalam organisasi, misalnya daidanco komandan batalion, cudanco komandan kompi, shodanco komandan peleton, bundanco komandan regu, dan giyuhei prajurit sukarela. Pada umumnya, para perwira yang menjadi komandan batalion atau daidanco dipilih dari kalangan tokoh-tokoh masyarakat atau orang-orang yang terkemuka, misalnya pegawai pemerintah, pemimpin agama, politikus, dan penegak hukum. Untuk cudanco dipilih dari mereka yang sudah bekerja, tetapi pangkatnya masih rendah, misalnya guru-guru sekolah. Shodanco dipilih dari kalangan pelajar sekolah lanjutan. Adapun budanco dan giyuhei dipilih dari para pemuda tingkat sekolah dasar. Untuk mencapai tingkat perwira Peta, para anggota harus mengikuti pendidikan khusus. Pertama kali pendidikan itu dilaksanakan di Bogor dalam lembaga pelatihan yang diberi nama Korps Latihan Pemimpin Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa Jawa Boei Giyugun Kanbu Kyoikutai. Setelah menyelesaikan pelatihan, mereka ditempatkan di berbagai daidan batalion yang tersebar di Jawa, Madura, dan Bali. Menurut struktur organisasi kemiliteran, Peta tidak secara resmi ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang, hal ini memang berbeda dengan Heiho. Peta dimaksudkan sebagai pasukan gerilya yang membantu melawan apabila sewaktu-waktu terjadi serangan dari pihak musuh. Jelasnya, Peta bertugas membela dan mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan Sekutu. Dalam kedudukannya di struktur oraganisasi militer Jepang, Peta memiliki kedudukan yang lebih bebas/fleksibel dan dalam hal kepangkatan ada orang Indonesia yang sampai mencapai perwira. Oleh karena itu, banyak di antara berbagai lapisan masyarakat yang tertarik untuk menjadi anggota Peta. Sampai akhir pendudukan Jepang, anggota Peta ada sekitar orang di Jawa dan sekitar orang di Sumatra. Di Sumatra namanya lebih terkenal dengan Giyugun prajurit-prajurit sukarela. Orang-orang Peta inilah yang akan banyak berperan di bidang ketentaraan di masa-masa berikutnya. Beberapa tokoh terkenal di dalam Peta, antara lain Supriyadi dan Sudirman. SIMPUL SEJARAH Organisasi pergerakan di zaman pendudukan Jepang berdiri karena prakarsa Jepang. Ada organisasi yang kooperatif, tetapi ada gerakan bawah tanah. Organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan misalnya Gerakan Tiga A, Putera, Jawa Hokokai. Organisasi bersifat militer dan semimiliter antara lain Seinendan, Keibodan, Barisan Pelopor, Heiho, dan Peta. C. Menganalisis Pengerahan dan Penindasan Versus Perlawanan Pengerahan romusa yang sedang bekerja Di balik senyum manis dan propaganda yang menjanjikan, ternyata Jepang bertindak kejam. Jepang telah mengerahkan semua potensi dan kekuatan yang ada untuk menopang perang yang sedang mereka hadapi untuk melawan Sekutu. Jepang juga menguras aset kekayaan yang dimiliki Indonesia untuk memenangkan perang dan melanjutkan industri di negerinya. Nah, uraian berikut akan membahas mengenai kebijakan dan tindakan Jepang dalam mengerahkan semua kekuatan yang ada di Indonesia dan juga kekejaman Jepang dalam berbagai bentuk kerja paksa, serta kebijakan-kebijakan lain yang menyakitkan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, wajar jika kemudian muncul berbagai perlawanan. 1. Ekonomi Perang Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan konsep “Ekonomi perang”. Artinya, semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk menopang kegiatan perang. Perlu dipahami bahwa sebelum memasuki PD II, Jepang sudah berkembang menjadi negara industri dan sekaligus menjadi kelompok negara imperialis di Asia. Oleh karena itu, Jepang melakukan berbagai upaya untuk memperluas wilayahnya. Sasaran utamanya antara lain Korea dan Indonesia. Dalam bidang ekonomi, Indonesia sangat menarik bagi Jepang. Sebab Indonesia merupakan kepulauan yang begitu kaya akan berbagai hasil bumi, pertanian, tambang, dan lain-lainnya. Kekayaan Indonesia tersebut sangat cocok untuk kepentingan industri Jepang. Indonesia juga dirancang sebagai tempat penjualan produk-produk industrinya. Meletusnya PD II pada hakikatnya merupakan wujud konkret dari ambisi dan semangat imperialisme masing-masing negara untuk memperluas daerah kekuasaannya. Oleh karena itu, pada saat berkobarnya PD II, Indonesia benar-benar menjadi sasaran perluasan pengaruh kekuasaan Jepang. Bahkan, Indonesia kemudian menjadi salah satu benteng pertahanan Jepang untuk membendung gerak laju kekuatan tentara Serikat dan melawan kekuatan Belanda. Setelah berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengambil kebijakan dalam bi dang ekonomi yang sering disebut self help. Hasil perekonomian di Indonesia dijadikan modal untuk mencukupi kebutuhan pemerintahan Jepang yang sedang berkuasa di Indonesia. Kebijakan Jepang itu juga sering disebut dengan Ekonomi Perang. Untuk lebih jelasnya perlu dilihat bagaimana tindakan-tindakan Jepang dalam bidang ekonomi di Indonesia. Pada waktu Jepang mendarat di Indonesia pada tahun 1942, ternyata tentara Hindia Belanda telah membumihanguskan objek-objek vital yang ada di Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar Jepang mengalami kesulitan dalam upaya menguasai Indonesia. Akibat dari pembumihangusan itu, keadaan perekonomian di Indonesia menjadi lumpuh pada awal pendudukan Jepang. Sehubungan dengan keadaan tersebut, langkah pertama yang diambil Jepang adalah melakukan pengawasan dan perbaikan prasarana ekonomi. Beberapa prasarana seperti jembatan, alat transportasi, telekomunikasi, dan bangunan-bangunan diperbaiki. Kemudian beberapa peraturan yang mendukung program pengawasan kegiatan ekonomi dikeluarkan termasuk ditetapkannya peraturan pengendalian kenaikan harga. Bagi mereka yang melanggar, akan dijatuhi hukuman berat. Sementara itu, bidang perkebunan di masa Jepang mengalami kemunduran. Hal ini berkaitan dengan kebijakan Jepang yang memutuskan hubungan dengan Eropa yang merupakan pusat perdagangan dunia. Karena tidak perlu memperdagangkan hasil perkebunan yang laku di pasaran dunia, seperti tebu gula, tembakau, teh, dan kopi, maka Jepang tidak lagi mengembangkan jenis tanaman tersebut. Bahkan tanah-tanah perkebunan diganti menjadi tanah pertanian sesuai dengan kebutuhan Jepang. Tanah-tanah itu diganti dengan tanaman padi untuk menghasilkan bahan makanan dan bahan-bahan lain yang sangat dibutuhkan, misalnya jarak. Tanaman jarak waktu itu sangat dibutuhkan karena dapat digunakan sebagai minyak pelumas mesin-mesin, termasuk mesin pesawat terbang. Tanaman kina juga sangat dibutuhkan, yaitu untuk membuat obat antimalaria, sebab penyakit malaria sangat mengganggu dan melemahkan kemampuan tempur para prajurit. Pabrik obat yang sudah ada di Bandung sejak zaman Belanda terus dihidupkan. Tanaman tebu di Jawa juga mulai dikurangi. Pabrik-pabrik gula sebagian besar mulai ditutup. Penderesan getah karet di Sumatra mulai dihentikan. Tanaman-tanaman tembakau, teh, dan kopi di berbagai tempat dikurangi. Oleh karena itu, pada masa Jepang ini, hasil-hasil perkebunan sangat menurun. Produksi karet juga turun menjadi seperlimanya produksi tahun 1941. Pada tahun 1943 produksi teh turun menjadi sepertiganya dari zaman Hindia Belanda. Beberapa pabrik tekstil juga mulai ditutup karena pengadaan kapas dan benang begitu sulit. Dalam bidang transportasi, Jepang merasakan kekurangan kapal-kapal. Oleh karena itu, Jepang terpaksa mengadakan industri kapal angkut dari kayu. Jepang juga membuka pabrik mesin, paku, kawat, dan baja pelapis granat, tetapi semua usaha itu tidak berkembang lancar karena kekurangan suku cadang. Kebutuhan pangan untuk menopang perang semakin meningkat, sehingga kegiatan penanaman untuk menghasilkan bahan pangan terus ditingkatkan. Dalam hal ini, organisasi Jawa Hokokai giat melakukan kampanye untuk meningkatkan usaha pengadaan pangan terutama beras dan jagung. Tanah pertanian baru, bekas perkebunan dibuka untuk menambah produksi beras. Di Sumatra Timur, daerah bekas perkebunan yang luasnya ribuan hektar ditanami kembali sehingga menjadi daerah pertanian baru. Di tanah Karo juga dibuka lahan pertanian baru dengan menggunakan tenaga para tawanan. Di Kalimantan dan Sulawesi juga dibuka tanah pertanian baru untuk menambah hasil beras. Untuk kepentingan penambahan lahan pertanian ini, Jepang melakukan penebangan hutan secara liar dan besar-besaran. Di Pulau Jawa dilakukan penebangan hutan secara liar sekitar hektar. Penebangan hutan secara liar dan berlebihan tersebut mengakibatkan hutan menjadi gun dul, sehingga timbullah erosi dan banjir pada musim penghujan. Penebangan hutan secara liar tersebut juga berdampak pada berkurangnya sumber mata air. Dengan demikian, sekalipun tanah pertanian semakin luas, tetapi kebutuhan pangan tetap tidak tercukupi. Keadaan ini semakin menambah beban bagi pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia. Untuk mengatasi keadaan ini kemudian pemerintah pendudukan Jepang mengeluarkan beberapa ketentuan yang sangat ketat yang terkait dengan produksi padi. Padi berada langsung di bawah pengawasan pemerintah Jepang. Hanya pemerintah Jepang yang berhak mengatur untuk produksi, pungutan dan penyaluran padi serta menentukan harganya. Dalam kaitan ini Jepang telah membentuk badan yang diberi nama Shokuryo Konri Zimusyo Kantor Pengelolaan Pangan. Penggiling dan pedagang padi tidak boleh beroperasi sendiri, harus diatur oleh Kantor Pengelolaan Pangan. Para petani harus menjual hasil produksi padinya kepada pemerintah sesuai dengan kuota yang telah ditentukan dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah Jepang. Begitu juga padi harus diserahkan ke penggilingan padi yang sudah ditunjuk pemerintah Jepang. Dalam hal ini, berlaku ketentuan hasil keseluruhan produksi, petani berhak 40%, kemudian 30% disetor kepada pemerintah melalui penggilingan yang telah ditunjuk, dan 30% sisanya untuk persiapan bibit dengan disetor ke lumbung desa. Dalam rangka mengendalikan kebijakan di bidang ekonomi, maka semua objek vital dan alat-alat produksi dikuasai oleh Jepang dan di bawah pengawasan yang sangat ketat. Pemerintah Jepang juga mengeluarkan peraturan untuk menjalankan perekonomian di bidang perkebunan. Perkebunan-perkebunan diawasi dan dipegang sepenuhnya oleh pemerintah Jepang. Banyak perkebunan yang dirusak dan diganti dengan tanaman yang sesuai untuk keperluan biaya perang. Rakyat dilarang menanam tebu dan membuat gula. Beberapa perusahaan swasta Jepang yang menangani pabrik gula adalah Meiji Seito Kaisya. 2. Pengendalian di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Jepang mulai membatasi kegiatan pendidikan. Jumlah sekolah juga dikurangi secara drastis. Jumlah sekolah dasar menurun dari menjadi buah. Sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20 buah. Kegiatan perguruan tinggi boleh dikatakan macet. Jumlah murid sekolah dasar menurun 30% dan jumlah siswa sekolah lanjutan merosot sampai 90%. Begitu juga tenaga pengajarnya mengalami penurunan secara signifikan. Muatan kurikulum yang diajarkan juga dibatasi. Mata pelajaran bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran utama, sekaligus sebagai bahasa pengantar. Kemudian, bahasa Jepang menjadi mata pelajaran wajib di sekolah. Para pelajar harus menghormati budaya dan adat istiadat Jepang. Mereka juga harus melakukan kegiatan kerja bakti kinrohosyi. Kegiatan kerja bakti itu meliputi, pengumpulan bahan-bahan untuk perang, penanaman bahan makanan, penanaman pohon jarak, perbaikan jalan, dan pembersihan asrama. Para pelajar juga harus mengikuti kegiatan latihan jasmani dan kemiliteran. Mereka harus benar-benar menjalankan semangat Jepang Nippon Seishin. Para pelajar juga harus menyanyikan lagu Kimigayo, menghormati bendera Hinomaru dan melakukan gerak badan taiso serta seikerei. Akibat keputusan pemerintah Jepang tersebut, membuat angka buta huruf menjadi meningkat. Oleh karena itu, pemuda Indonesia mengadakan program pemberantasan buta huruf yang dipelopori oleh Putera. Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa kondisi pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang mengalami pendidikan itu juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah Jepang yang lebih berorientasi pada kemiliteran untuk kepentingan pertahanan Indonesia dibandingkan pendidikan. Banyak anak usia sekolah yang harus masuk organisasi semimiliter sehingga banyak anak yang meninggalkan bangku Jepang, pelaksanaan pendidikan bagi rakyat Indonesia bukan untuk membuat pandai, tetapi dalam rangka untuk pembentukan kader-kader yang memelopori program Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Oleh karena itu, sekolah selalu menjadi tempat indoktrinasi kejepangan. 3. Pengerahan Romusa Berbagai kebijakan dan tindakan Jepang seperti disebutkan di atas telah membuat penderitaan rakyat. Rakyat petani tidak dapat berbuat banyak kecuali harus tunduk kepada praktik-praktik tirani Jepang. Penderitaan rakyat ini semakin dirasakan dengan adanya kebijakan untuk pengerahan tenaga romusa. Kamu tahu apa yang dimaksud dengan romusa? Coba cari jawabnya! Perlu diketahui bahwa untuk menopang Perang Asia Timur Raya, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja dari kerja inilah yang kemudian kita kenal dengan romusa. Mereka dipekerjakan di lingkungan terbuka, misalnya di lingkungan pembangunan kubu-kubu pertahanan, jalan raya, lapangan udara. Pada awalnya, tenaga kerja dikerahkan di Pulau Jawa yang padat penduduknya, kemudian di kota-kota dibentuk barisan romusa sebagai sarana propaganda. Desa-desa diwajibkan untuk menyiapkan sejumlah tenaga romusa. Panitia pengerahan tersebut disebut Romukyokai, yang ada di setiap daerah. Rakyat yang dijadikan romusa pada umumnya adalah rakyat yang bertenaga kasar. Pada awalnya, rakyat Indonesia melakukan tugas romusa secara sukarela, sehingga Jepang tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh tenaga. Sebab, rakyat sangat tertarik dengan propaganda tentara Jepang sehingga rakyat rela membantu untuk bekerja apa saja tanpa digaji. Oleh karena itu, di beberapa kota pernah terdapat beberapa romusa yang sifatnya sementara dan sukarela. Romusa sukarela terdiri atas para pegawai yang bekerja tidak digaji selama satu minggu di suatu tempat yang penting. Salah satu contoh ada rombongan dari Jakarta dipimpin oleh Sukarno. Para pekerja sukarela ini bekerja dalam suasana yang disebut “Pekan Perjuangan Mati-Matian”. Akan tetapi lama-kelamaan karena kebutuhan yang terus meningkat di seluruh kawasan Asia Tenggara, pengerahan tenaga yang bersifat sukarela ini oleh pemerintah Jepang diubah menjadi sebuah keharusan dan paksaan. Rakyat Indonesia yang menjadi romusa itu diperlakukan dengan tidak senonoh, tanpa mengenal peri kemanusiaan. Mereka dipaksa bekerja sejak pagi hari sampai petang, tanpa makan dan pelayanan yang cukup, padahal mereka melakukan pekerjaan kasar yang sangat memerlukan banyak asupan makanan dan istirahat. Mereka hanya dapat beristirahat pada malam hari. Kesehatan mereka tidak terurus. Tidak jarang di antara mereka jatuh sakit bahkan mati kelaparan. romusa sedang bekerja Untuk menutupi kekejamannya dan agar rakyat merasa tidak dirugikan, sejak tahun 1943, Jepang melancarkan kampanye dan propaganda untuk menarik rakyat agar mau berangkat bekerja sebagai romusa. Untuk mengambil hati rakyat, Jepang memberi julukan mereka yang menjadi romusa itu sebagai “Prajurit Ekonomi” atau “Pahlawan Pekerja”. Para romusa itu diibaratkan sebagai orang-orang yang sedang menunaikan tugas sucinya untuk memenangkan perang dalam Perang Asia Timur Raya. Pada periode itu sudah sekitar tenaga romusa dikirim ke luar Jawa, bahkan sampai ke luar negeri seperti ke Birma, Muangthai, Vietnam, Serawak, dan Malaya. Sebagian besar dari mereka ada yang kembali ke daerah asal, ada yang tetap tinggal di tempat kerja, tetapi kebanyakan mereka mati di tempat kerja. Bagaimana dampak dari kebijakan dan tindakan Jepang tersebut? Yang jelas penderitaan rakyat tidak berkurang tetapi justru semakin bertambah. Kehidupan rakyat benar-benar menyedihkan. Bahan makanan sulit didapatkan karena banyak petani yang menjadi pekerja romusa. Gelandangan di kota-kota besar makin tumbuh sumbur, seperti di kota Surabaya, Jakarta, Bandung, dan Semarang. Tidak jarang mereka mati kelaparan di jalanan atau di bawah jembatan. Penyakit kudis menjangkiti masyarakat. Pasar gelap tumbuh di kota-kota besar. Akibatnya, barang-barang keperluan sulit didapatkan dan semakin sedikit jumlahnya. Masyarakat hidup dalam kesulitan. Uang yang dikeluarkan Jepang tidak ada jaminannya, bahkan mengalami inflasi yang parah. Bahan-bahan pakaian sulit didapatkan, bahkan masyarakat menggunakan karung goni sebagai bahan pakaian mereka. Obat-obatan juga sangat sulit didapatkan. Penderitaan rakyat Indonesia semakin tidak tertahankan. 4. Perang Melawan Tirani Jepang Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian berubah menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada pemerintah Kolonial Belanda. Jepang seringkali bertindak sewenang-wenang. Rakyat tidak bersalah ditangkap, ditahan, dan disiksa. Kekejaman itu dilakukan oleh kempetai polisi militer Jepang. Pada masa pendudukan Jepang banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu oleh Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan, ternyata hanya dipaksa untuk melayani para kempetai. Para gadis dan perempuan itu disekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai wanita penghibur. Kamp-kamp itu dapat kita temukan di Solo, Semarang, Jakarta, dan Sumatra Barat. Kondisi itu menambah deretan penderitaan rakyat di bawah kendali penjajah Jepang. Oleh karena itu, wajar kalau kemudian timbul berbagai perlawanan. a. Aceh Angkat Senjata Salah satu perlawanan terhadap Jepang di Aceh adalah perlawananan rakyat yang terjadi di Cot Plieng yang dipimpin oleh Abdul Jalil. Abdul Jalil adalah seorang ulama muda, guru mengaji di daerah Cot Plieng, Provinsi Aceh. Karena melihat kekejaman dan kesewenangan pemerintah pendudukan Jepang, terutama terhadap romusa, maka rakyat Cot Plieng melancarkan perlawanan. Abdul Jalil memimpin rakyat Cot Plieng untuk melawan tindak penindasan dan kekejaman yang dilakukan pendudukan Jepang. Di Lhokseumawe, Abdul Jalil berhasil menggerakkan rakyat dan para santri di sekitar Cot Plieng. Gerakan Abdul Jalil ini di mata Jepang dianggap sebagai tindakan yang sangat membahayakan. Oleh karena itu, Jepang berusaha membujuk Abdul Jalil untuk berdamai. Namun, Abdul Jalil bergeming dengan ajakan damai itu. Karena Abdul Jalil menolak jalan damai, pada tanggal 10 November 1942, Jepang mengerahkan pasukannya untuk menyerang Cot Plieng. Kemudian, pertempuran berlanjut hingga pada tanggal 24 November 1942, saat rakyat sedang menjalankan ibadah salat subuh. Karena diserang, maka rakyat- pun dengan sekuat tenaga melawan. Rakyat dengan bersenjatakan pedang dan kelewang, bertahan bahkan dapat memukul mundur tentara Jepang. Serangan tentara Jepang diulang untuk yang kedua kalinya, tetapi dapat digagalkan oleh rakyat. Kekuatan Jepang semakin ditingkatkan. Kemudian, Jepang melancarkan serangan untuk yang ketiga kalinya dan berhasil menghancurkan pertahanan rakyat Cot Plieng, setelah Jepang membakar masjid. Banyak rakyat pengikut Abdul Jalil yang terbunuh. Dalam keadaan terdesak, Abdul Jalil dan beberapa pengikutnya berhasil meloloskan diri ke Buloh Blang Ara. Beberapa hari kemudian, saat Abdul Jalil dan pengikutnya sedang menjalankan sholat, mereka ditembaki oleh tentara Jepang sehingga Abdul Jalil gugur sebagai pahlawan bangsa. Dalam pertempuran ini, rakyat yang gugur sebanyak 120 orang dan 150 orang luka-luka, sedangkan Jepang kehilangan 90 orang prajuritnya. Kebencian rakyat Aceh terhadap Jepang semakin meluas sehingga muncul perlawanan di Jangka Buyadi bawah pimpinan perwira Gyugun Abdul Hamid. Dalam situasi perang yang meluas ke berbagai tempat, Jepang mencari cara yang efektif untuk menghentikan perlawanan Abdul Hamid. Jepang menangkap dan menyandera semua anggota keluarga Abdul Hamid. Dengan berat hati akhirnya Abdul Hamid mengakhiri perlawanannya. Berikutnya perlawanan rakyat berkobar di Pandrah Kabupaten Bireuen. Perlawanan disebabkan oleh masalah penyetoran padi dan pengerahan tenaga romusa. Kerja paksa yang diadakan Jepang terlalu memakan waktu pajang sehingga para petani hampir tidak memiliki kesempatan untuk menggarap sawah. Di samping itu, Jepang menancapi bambu runcing di sawah-sawah dengan maksud agar tidak dapat digunakan Sekutu untuk mendaratkan pasukan payungnya. Tindakan Jepang itu sangat merugikan rakyat. Dan yang memberatkan lagi, Jepang juga memaksa rakyat untuk menyerahkan hasil panennya sebanyak 50 – 80%. b. Perlawanan di Singaparna Singaparna merupakan salah satu daerah di wilayah Jawa Barat, yang rakyatnya dikenal sangat religius dan memiliki jiwa patriotik. Rakyat Singaparna sangat anti terhadap dominasi asing. Oleh karena itu, rakyat Singaparna sangat benci terhadap pendudukan Jepang, apalagi ketika mengetahui perilaku pemerintahan Jepang yang sangat kejam. Kebijakan-kebijakan Jepang yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat, banyak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam—ajaran yang banyak dianut oleh masyarakat Singaparna. Atas dasar pandangan dan ajaran Islam, rakyat Singaparna melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Jepang. Perlawanan itu juga dilatarbelakangi oleh kehidupan rakyat yang semakin menderita. Pengerahan tenaga romusa dengan paksa dan di bawah ancaman ternyata sangat mengganggu ketenteraman rakyat. Para romusa dari Singaparna dikirim ke berbagai daerah di luar Jawa. Mereka umumnya tidak kembali karena menjadi korban keganasan alam maupun akibat tindakan Jepang yang tidak mengenal perikemanusiaan. Mereka banyak yang meninggal tanpa diketahui di mana kuburnya. Selain itu, rakyat juga diwajibkaan menyerahkan padi dan beras dengan aturan yang sangat menjerat dan menindas rakyat, sehingga penderitaan terjadi di mana-mana. Kemudian secara khusus rakyat Singaparna di bawah Kiai Zainal Mustafa menentang keras untuk melakukan seikeirei. Itulah sebabnya rakyat Singaparna mengangkat senjata melawan Jepang. Kiai Zainal Mustafa Perlawanan meletus pada bulan Februari, 1944. Perlawanan dipimpin oleh Kiai Zainal Mustafa, seorang ajengan di Sukamanah, Singaparna. Ia adalah pendiri Pesantren Sukamanah. Pendiri pesantren Sukamanah ini tidak mau kerja sama dengan Jepang. Ia sangat menentang kebijakan-kebijakan Jepang yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Bahkan Zainal Mustafa secara diam-diam telah membentuk “Pasukan Tempur Sukamanah” yang dipimpin oleh ajengan Najminudin. Kiai Zainal Mustafa memulai pertempuran pada salah satu hari Jumat di bulan Februari 1944. Sebelum perang itu dimulai, ada beberapa utusan dari kepolisian Tasikmalaya dan beberapa orang Indonesia yang ingin mengadakan perundingan dengan Zainal Mustafa. Namun, polisi Jepang itu dilucuti senjatanya dan ditahan oleh pengikut Zainal Mustafa. Kemudian ada seorang polisi yang disuruh kembali ke Tasikmalaya untuk melaporkan yang baru saja terjadi dan menyampaikan ultimatum dari Kiai Zainal Mustafa kepada pihak Jepang agar besok segera memerdekakan Jawa dan jika tidak, maka akan terjadi pertempuran yang akan mengancam keselamatan orang-orang Jepang. Hari berikutnya datang kembali rombongan utusan Jepang ke Sukamanah untuk mengadakan kembali perundingan dengan Zainal Mustafa, akan tetapi utusan Jepang itu bersikap congkak dan sombong untuk menunjukkan bahwa Jepang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan lebih kuat. Hal ini menyulut kemarahan pengikut Zainal Mustafa, sehingga utusan Jepang itu pun dilucuti senjatanya dan ditangkap bahkan ada yang dibunuh, sementara ada juga yang berhasil melarikan diri. Setelah kejadian ini, Jepang mengirimkan pasukan ke Sukamanah, yang terdiri dari 30 orang kempetai dan 60. orang polisi negara istimewa tokubetsu keisatsu dari Tasikmalaya dan Garut. Pertempuran terjadi lebih kurang satu jam di kampung Sukamanah. Pihak rakyat menyerang dengan mempergunakan pedang dan bambu runcing yang diikuti dengan teriakan takbir. Zainal Mustafa dengan pengikutnya bertempur mati-matian untuk menghadapi gempuran dari pihak Jepang. Karena jumlah pasukan yang lebih besar dan peralatan senjata yang lebih lengkap, tentara Jepang berhasil mengalahkan pasukan Zainal Mustafa. Dalam pertempuran ini banyak berguguran para pejuang Indonesia. Kiai Zainal Mustafa ditangkap Jepang bersama gurunya Kiai Emar. Selanjutnya Kiai Zainal Mustafa bersama 27 orang pengikutnya diangkut ke Jakarta. Pada tanggal 25 Oktober 1944, mereka dihukum mati. Sementara Kiai Emar disiksa oleh polisi Jepang dan akhirnya meninggal. c. Perlawanan di Indramayu Perlawanan terhadap kekejaman Jepang juga terjadi di daerah Indramayu. Latar belakang dan sebab-sebab perlawanan itu tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Singaparna. Para petani dan rakyat Indramayu pada umumnya hidup sangat sengsara. Jepang telah bertindak semena-mena terhadap para petani Indramayu. Mereka harus menyerahkan sebagian besar hasil padinya kepada Jepang. Tentu kebijakan ini sangat menyengsarakan rakyat. Begitu juga kebijakan untuk mengerahkan tenaga romusa juga terjadi di Indramayu, sehingga semakin membuat rakyat menderita. Perlawanan rakyat Indramayu antara lain terjadi di Desa Kaplongan, Distrik Karangampel pada bulan April 1944. Kemudian pada bulan Juli, muncul pula perlawanan rakyat di Desa Cidempet, Kecamatan Lohbener. Perlawanan tersebut terjadi karena rakyat merasa tertindas dengan adanya kebijakan penarikan hasil padi yang sangat memberatkan. Rakyat yang baru saja memanen padinya harus langsung dibawa ke balai desa. Setelah itu, pemilik mengajukan permohonan kembali untuk mendapat sebagian padi hasil panennya. Rakyat tidak dapat menerima cara-cara Jepang yang demikian. Rakyat protes dan melawan. Mereka bersemboyan “lebih baik mati melawan Jepang daripada mati kelaparan”. Setelah kejadian tersebut, maka terjadilah perlawanan yang dilancarkan oleh rakyat. Namun, sekali lagi rakyat tidak mampu melawan kekuatan Jepang yang didukung dengan tentara dan peralatan yang lengkap. Rakyat telah menjadi korban dalam membela bumi tanah airnya. d. Rakyat Kalimantan Angkat Senjata Perlawanan rakyat terhadap kekejaman Jepang terjadi di banyak tempat. Begitu juga di Kalimantan, di sana terjadi peristiwa yang hampir sama dengan apa yang terjadi di Jawa dan Sumatra. Rakyat melawan Jepang karena himpitan penindasan yang dirasakan sangat berat. Salah satu perlawanan di Kalimantan adalah perlawanan yang dipimpin oleh Pang Suma, seorang pemimpin Suku Dayak. Pemimpin Suku Dayak ini memiliki pengaruh yang luas di kalangan orang-orang atau suku-suku dari daerah Tayan, Meliau, dan sekitarnya. Pang Suma dan pengikutnya melancarkan perlawanan terhadap Jepang dengan taktik perang gerilya. Mereka hanya berjumlah sedikit, tetapi dengan bantuan rakyat yang militan dan dengan memanfaatkan keuntungan alam —rimba belantara, sungai, rawa, dan daerah yang sulit ditempuh— perlawanan berkobar dengan sengitnya. Namun, harus dipahami bahwa di kalangan penduduk juga berkeliaran para mata-mata Jepang yang berasal dari orang-orang Indonesia sendiri. Lebih menyedihkan lagi, para mata-mata itu juga tidak segan-segan menangkap rakyat, melakukan penganiayaan, dan pembunuhan, baik terhadap orang-orang yang dicurigai atau bahkan terhadap saudaranya sendiri. Adanya mata-mata inilah yang sering membuat perlawanan para pejuang Indonesia dapat dikalahkan oleh penjajah. Demikian juga perlawanan rakyat yang dipimpin Pang Suma di Kalimantan ini akhirnya mengalami kegagalan juga. e. Perlawanan Rakyat Irian Pada masa pendudukan Jepang, penderitaan juga dialami oleh rakyat di Papua. Mereka mendapat pukulan dan penganiayaan yang sering di luar batas kemanusiaan. Oleh karena itu, wajar jika kemudian mereka melancarkan perlawanan terhadap Jepang. Gerakan perlawanan yang terkenal di Papua adalah “Gerakan Koreri” yang berpusat di Biak dengan pemimpinnya bernama L. Rumkorem. Biak merupakan pusat pergolakan untuk melawan pendudukan Jepang. Rakyat Irian memiliki semangat juang pantang menyerah, sekalipun Jepang sangat kuat, sedangkan rakyat hanya menggunakan senjata seadanya untuk melawan. Rakyat Irian terus memberikan perlawanan di berbagai tempat. Mereka juga tidak memiliki rasa takut. Padahal kalau ada rakyat yang tertangkap, Jepang tidak segan-segan memberi hukuman pancung di depan umum. Namun, rakyat Irian tidak gentar menghadapi semua itu. Mereka melakukan taktik perang gerilya. Tampaknya, Jepang cukup kewalahan menghadapi keberanian dan taktik gerilya orang-orang Irian. Akhirnya, Jepang tidak mampu bertahan menghadapi para pejuang Irian tersebut. Jepang akhirnya meninggalkan Biak. Oleh karena itu, dapat dikatakan Pulau Biak ini merupakan daerah bebas dan merdeka yang pertama di Indonesia. Ternyata perlawanan di tanah Irian ini juga meluas ke berbagai daerah, dari Biak kemudian ke Yapen Selatan. Salah seorang pemimpin perlawanan di daerah ini adalah Silas Papare. Perlawanan di daerah ini berlangsung sangat lama bahkan sampai kemudian tentara Jepang dikalahkan Sekutu. Setelah berjuang bergerilya dalam waktu yang sangat lama, rakyat Yape Selatan mendapatkan bantuan senjata dari Sekutu, bantuan senjata itu membantu rakyat Yape Selatan untuk mengalahkan Jepang. Hal tersebut menunjukkan bagaimana keuletan rakyat Irian dalam menghadapi kekejaman pendudukan Jepang. f. Peta di Blitar Angkat Senjata Penderiatan rakyat sangat berat. Tidak ada sedikit pun dari pemerintah pendudukan Jepang yang memikirkan bagaimana hidup rakyat yang ada pada benak Jepang adalah memenangkan perang dan bagaimana mempertahankan Indonesia dari serangan Sekutu. Namun, justru rakyat yang dikorbankan. Penderitaan demi penderitaan rakyat ini mulai terlintas di benak Supriyadi seorang Shodanco Peta yang akhirnya tumbuh kesadaran nasionalnya untuk melawan Jepang. Sebagai komandan Peta, Supriyadi cukup memahami bagaimana penderitaan rakyat akibat penindasan yang dilakukan Jepang. Masalah pengumpulan hasil padi, pengerahan romusa, semua dilakukan secara paksa dengan tanpa memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, sungguh kekejaman yang luar biasa. Hal semacam ini juga dirasakan Supriyadi dan kawan-kawannya di lingkungan Peta. Mereka Daidan Peta di Blitar kerap menyaksikan sikap congkak dan sombong dari para syidokan yang melatih mereka. Para pelatih Jepang sering merendahkan para prajurit bumiputera. Hal ini menambah rasa sakit hati dan sekaligus rasa benci pasukan Supriyadi terhadap pemerintahan Jepang di Indonesia. Penderitaan rakyat itulah yang menimbulkan rencana para anggota Peta di Blitar untuk melancarkan perlawanan terhadap pendudukan Jepang. Rencana perlawanan itu tampaknya sudah bulat tinggal menunggu waktu yang tepat. Dalam perlawanan Peta tersebut, direncanakan akan melibatkan rakyat dan beberapa kesatuan lain Apa pun yang terjadi, Supriyadi dengan teman-temannya sudah bertekad bulat untuk melancarkan serangan terhadap pihak Jepang. Pada tanggal 29 Februari 1945 dini hari, Supriyadi dengan teman-temannya mulai bergerak. Mereka melepaskan tembakan mortir, senapan mesin, dan granat dari daidan, lalu keluar dengan bersenjata lengkap. Setelah pihak Jepang mengetahui adanya gerakan penyerbuan itu, mereka segera mendatangkan pasukan yang semuanya orang Jepang. Pasukan Jepang juga dipersenjatai dengan beberapa tank dan pesawat udara. Mereka segera menghalau para anggota Peta yang mencoba melakuakn perlawanan. Tentara Jepang mulai menguasai keadaan dan seluruh kota Blitar mulai dapat dikuasai. Pimpinan tentara Jepang kemudian menyerukan kepada segenap anggota Peta yang melakukan serangan, agar segera kembali ke induk kesatuan masing-masing. Beberapa kesatuan mulai memenuhi perintah pimpinan tentara Jepang itu. Tetapi mereka yang kembali ke induk pasukannya memenuhi panggilan justru ditangkapi, ditahan, dan disiksa oleh polisi Jepang. Selanjutnya diserukan kepada anak buah Supriyadi agar menyerah dan kembali ke induk lebih setengah dari batalion Supriyadi memenuhi panggilan pasukan yang lain tidak ingin kembali dan tetap setia melakukan perlawanan Peta yang dipimpin oleh Supriyadi. Mereka yang tetap melakukan perlawanan itu antara lain peleton pimpinan Shodanco, Supriyadi, dan Muradi. Mereka membuat pertahanan di lereng Gunung Kawi dan Distrik Pare. Untuk menghadapi perlawanan Peta di bawah pimpinan Supriyadi, Jepang mengerahkan semua pasukannya dan mulai memblokir serta mengepung pertahanan pasukan Peta tersebut. Namun, pasukan Supriyadi tetap bertahan. Mengingat semangat, tekad, dan keuletan pasukan Supriyadi dan Muradi tersebut, maka Jepang mulai menggunakan tipu muslihat. Komandan pasukan Jepang Kolonel Katagiri pura-pura menyerah kepada pasukan Muradi. Kolonel Katagiri kemudian bertukar pikiran dengan anggota pasukan Peta dengan lemah lembut, penuh kesantunan, sehingga hati para pemuda yang telah memuncak panas itu bisa membalik menjadi dingin kembali. Kolonel Katagiri berhasil mengadakan persetujuan dengan mereka. Para pemuda Peta yang melancarkan serangan bersedia kembali ke daidan beserta senjata-senjatanya. Katagiri menjanjikan, bahwa segala sesuatu akan dianggap soal interen daidan, dan akan diurus oleh Daidanco Surakhmad. Mereka akan diterima kembali dan tidak akan dibawa ke depan pengadilan militer. Dengan hasil kesepakatan itu, maka pada suatu hari kira-kira pukul delapan malam Shodanco Muradi tiba bersama pasukannya kembali ke daidan. Di sini sudah berderet barisan para perwira di bawah pimpinan Daidanco Surahmad. Sejenak kemudian Shodanco Muradi maju, lapor kepada Daidanco Surakhmad, bahwa pasukannya telah kembali. Mereka juga menyatakan menyesal atas perbuatan melawan Jepang dan berjanji untuk setia kepada kesatuannya. Mereka tidak menyadari bahwa telah masuk perangkap, karena dari tempat-tempat yang gelap pasukan Jepang telah mengepung mereka. Mereka kemudian dilucuti senjatanya dan ditawan, diangkut ke Markas Kempetai Blitar. Tidak terlalu lama akhirnya perlawanan Peta di Blitar di bawah pimpinan Supriyadi ini dapat dipadamkan. Tokoh-tokoh dan anggota Peta yang ditangkap kemudian diadili di depan Mahkamah Militer Jepang di Jakarta. Setelah melalui beberapa kali persidangan, mereka kemudian dijatuhi hukuman sesuai dengan peranan masing-masing dalam perlawanan itu. Ada yang mendapat pidana mati, ada yang seumur hidup, dan sebagainya. Mereka yang dipidana mati antara lain, dr. Ismail, Muradi, Suparyono, Halir Mangkudijoyo, Sunanto, dan Sudarno. Sementara itu, Supriyadi tidak jelas beritanya dan tidak disebut-sebut dalam pengadilan tersebut. SIMPUL SEJARAH Jepang telah melakukan kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat Indonesia. Salah satunya kebijakan Ekonomi Perang, produk ekonomi yang semua diperuntukkan pemenangan Perang Asia Timur Raya. Pengendalian pendidikan dan kebudayaan yang berdampak pada kemunduran bidang ekonomi, rakyat menjadi bodoh dan banyak buta huruf. Bidang seni dan budaya juga diawasi. D. Dampak Kedatangan Saudara Tua dalam Berbagai Kehidupan Apakah yang terlintas dalam pikiranmu, ketika kamu menanyakan alamat seseorang? Tentu kamu akan menanyakan di jalan apa, di Rukun Tetangga RT dan Rukun Warga RW berapakah orang tersebut tinggal. Selain memudahkan pencarian alamat, apakah sebenarnya fungsi RT dan RW saat ini? Istilah RT dan fungsinya ini diefektifkan pada pendudukan Jepang di Indonesia, tujuannya mematai-matai pribumi untuk kerja romusa. RT dan RW mempunyai peranan yang cukup penting pada masa pendudukan Jepang. Saat itu Jepang membuat suatu kebijakan mengerahkan massa untuk bekerja lebih giat. Kerja itu kemudian menjurus ke arah kerja paksa, atau yang kita kenal dengan romusa. Penderitaan rakyat, kelaparan rakyat ada di berbagai daerah Untuk melaksanakan tugas pengerahan massa dengan baik, maka dibentuklah tonarigumi RT, merupakan organisasi sosial yang efektif untuk mengawasi pengerahan tenaga kerja rakyat. Karena tenaga sepenuhnya disediakan untuk kepentingan Jepang, rakyat sendiri menjadi tidak terurus, ditambah lagi harus melakukan kerja paksa, maka kehidupan rakyat semakin menderita. Coba amati gambar di samping! 1. Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia a. Bidang Politik Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan penggunaan bahasa Jepang. Struktur pemerintahan dibuat sesuai dengan keinginan Jepang, misalnya desa dengan Ku,kecamatan dengan So,kawedanan dengan Gun, kotapraja dengan Syi, kabupaten dengan Ken, dan karesidenan dengan Syu. Setiap upacara bendera dilakukan penghormatan kearah Tokyo dengan membungkukkan badan 90 derajat yang ditujukan pada Kaisar Jepang Tenno Heika. Seperti telah diterangkan di atas bahwa Jepang juga membentuk pemerintahan militer dengan angkatan darat dan angkatan laut. Angkatan darat yang meliputi Jawa-Madura berpusat di Batavia. Sementara itu di Sumatera berpusat di Bukittinggi, angkatan lautnya membawahi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian, sebagai pusatnya di Ujungpandang. Pemerintahan itu berada dibawah pimpinan Panglima Tertinggi Jepang untuk Asia Tenggara yang berkedudukan di Dalat Vietnam. Jepang juga membentuk organisasi-organisasi dengan maksud sebagai alat propaganda, seperti gerakan Tiga A dan Gerakan Putera, tetapi gerakan tersebut gagal dan dimanfaatkan oleh kaum pergerakan sebagai wadah untuk pergerakan nasional. Tujuan utama pemerintah Jepang adalah menghapuskan pengaruh Barat dan menggalang masyarakat agar memihak Jepang. Pemerintah Jepang juga menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh PM Tojo dalam kunjungannya ke Indonesia pada September 1943. Kebijakan politik Jepang yang sangat keras itu membangkitkan semangat perjuangan rakyat Indonesia terutama kaum nasionalis untuk segera mewujudkan cita-cita mereka, yaitu Indonesia merdeka. b. Keadaan Sosial-Budaya dan Ekonomi Untuk membiayai Perang Pasifik, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia. Mereka dikerahkan untuk membuat benteng-benteng pertahanan. Mula-mula tenaga kerja dikerahkan dari Pulau Jawa yang padat penduduknya. Kemudian di kota-kota dibentuk barisan romusa sebagai sarana propaganda. Propaganda yang kuat itu menarik pemuda-pemuda untuk bergabung dengan sukarela. Pengerahan tenaga kerja yang mulanya sukarela lama-lama menjadi paksaan. Desa-desa diwajibkan untuk menyiapkan sejumlah tenaga romusa. Panitia pengerahan disebut dengan Romukyokai, yang ada disetiap daerah. Para pekerja romusa itu diperlakukan dengan kasar dan kejam. Mereka tidak dijamin kehidupannya, kesehatan dan makan tidak diperhatikan. Banyak pekerja romusa yang jatuh sakit dan meninggal. Untuk mengembalikan citranya, Jepang mengadakan propaganda dengan menyebut pekerja romusa sebagai “pahlawan pekerja” atau “prajurit ekonomi”. Mereka digambarkan sebagai sosok yang suci dalam menjalankan tugasnya. Para pekerja romusa itu juga dikirim ke Birma, Muangthai, Vietnam, Serawak, dan Malaya. Saat itu kondisi masyarakat menyedihkan. Bahan makanan sulit didapat akibat banyak petani yang menjadi pekerja romusa. Gelandangan di kota-kota besar seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, dan Semarang semakin tumbuh sumbur. Tidak jarang mereka mati kelaparan di jalanan atau di bawah jembatan. Penyakit kudis menjangkiti masyarakat. Pasar gelap tumbuh di kota-kota besar. Barang-barang keperluan sulit didapatkan dan semakin sedikit jumlahnya. Uang yang dikeluarkan Jepang tidak ada jaminannya, bahkan mengalami inflasi yang parah. Bahan-bahan pakaian sulit didapatkan, bahkan masyarakat menggunakan karung goni sebagai bahan pakaian mereka. Obat-obatan juga sangat sulit didapatkan. Semua objek vital dan alat-alat produksi dikuasai Jepang dan diawasi sangat ketat. Pemerintah Jepang mengeluarkan peraturan untuk menjalankan perekonomian. Perkebunan-perkebunan diawasi dan dipegang sepenuhnya oleh pemerintah Jepang. Banyak perkebunan yang dirusak dan diganti tanamannya untuk keperluan biaya perang. Rakyat dilarang menanam tebu dan membuat gula. Beberapa perusahaan swasta Jepang yang menangani pabrik gula adalah Meiji Seito Kaisya. Masyarakat juga diwajibkan untuk melakukan pekerjaan yang dinilai berguna bagi masyarakat luas, seperti memperbaiki jalan, saluran air, atau menanam pohon jarak. Mereka melakukannya secara bergantian. Untuk mejalankan tugas tersebut dengan baik, maka dibentuklah tonarigumi rukun tetangga untuk memobilisasi massa dengan efektif. Sementara itu, komunikasi di Indonesia mengalami kesulitan baik komunikasi antar pulau maupun komunikasi dengan dunia luar,karena semua saluran komunikasi dikendalikan oleh Jepang. Semua nama-nama kota yang menggunakan bahasa Belanda diganti dengan Bahasa Indonesia, seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor. Sementara itu, untuk mengawasi karya para seniman agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang, maka didirikanlah pusat kebudayaan pada tanggal 1 April 1943 di Jakarta, yang bernama Keimun Bunka Shidosho. Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian berubah menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada pemerintah Kolonial Belanda. Jepang seringkali bertindak sewenang-wenang. Seringkali rakyat yang tidak bersalah ditangkap, ditahan, dan disiksa. Kekejaman itu dilakukan oleh kempetai polisi militer Jepang. Pada masa pendudukan Jepang banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu oleh Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan, tetapi ternyata hanya dipaksa untuk melayani para kompetai. Para gadis dan perempuan tersebut di sekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai wanita penghibur. Kamp-kamp tersebut dapat ditemukan di Solo, Semarang, Jakarta, dan Sumatera Barat. c. Pendidikan Pada masa pendudukan Jepang, keadaan pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Pendidikan tingkat dasar hanya satu, yaitu pendidikan enam tahun. Hal itu sebagai politik Jepang untuk memudahkan pengawasan. Para pelajar wajib mempelajari bahasa Jepang. Mereka juga harus mempelajari adat istiadat Jepang dan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, serta gerak badan sebelum pelajaran dimulai. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar di semua sekolah dan dianggap sebagai mata pelajaran wajib. Sementara itu, Perguruan Tinggi di tutup pada tahun 1943. Beberapa perguruan tinggi yang dibuka lagi adalah Perguruan Tinggi Kedokteran Ika Daigaku di Jakarta dan Perguruan Tinggi Teknik Kogyo Daigaku di Bandung. Jepang juga membuka akademi pamong praja Konkoku Gakuin di Jakarta, serta Perguruan Tinggi Hewan di Bogor. Pada saat itu, perkembangan perguruan tinggi benar-benar mengalami kemunduran. Satu hal keuntungan pada masa Jepang adalah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Melalui sekolah-sekolah itulah Jepang melakukan indoktrinisasi. Menurut Jepang, pendidikan kader-kader dibentuk untuk memelopori dan melaksanakan konsepsi kemakmuran Asia Raya. Namun, bagi bangsa Indonesia tugas berat itu merupakan persiapan bagi pemuda-pemuda terpelajar untuk mencapai kemerdekaan. Para pelajar juga dianjurkan untuk masuk militer. Mereka diajarkan heiho atau sebagai pembantu prajurit. Pemuda-pemuda juga dianjurkan masuk barisan seinenden dan keibodan pembantu polisi. Mereka dilatih baris berbaris dan perang meskipun hanya bersenjatakan kayu. Dalam seinenden mereka dijadikan barisan pelopor atau suisintai. Barisan pelopor itu mendapat pelatihan yang berat. Latihan militer itu kelak sangat berguna bagi bangsa kita. d. Birokrasi dan Militer Dalam bidang birokrasi, dengan dikeluarkannya UU no. 27 tentang Aturan Pemerintah Daerah dan UU tentang Aturan Pemerintah Syu dan Tokubetshu Syi, maka berakhirlah pemerintahan sementara. Kedua aturan itu merupakan pelaksanaan struktur pemerintahan dengan datangnya tenaga sipil dari Jepang di Jawa. Mereka ditempatkan di Jawa untuk melakukan tujuan reorganisasi Jepang, yang menjadikan Jawa sebagai pusat perbekalan perang di wilayah selatan. Sesuai dengan undang-undang itu, seluruh kota di Jawa dan Madura, kecuali Solo dan Yogyakarta, dibagi atas syu, syi, ken, gun, son, dan ku. Pembentukan provinsi yang dilakukan Belanda diganti dan disesuaikan dengan struktur Jepang, daerah pemerintahan yang tertinggi, yaitu Syu. Meskipun luas wilayah Syu sebesar karesidenan, namun fungsinya berbeda. Apabila residen merupakan pembantu gubernur, maka Syu adalah pemerintah otonomi dibawah shucokan yang berkedudukan sama dengan gubernur. Pada pendudukan Jepang juga dibentuk Chou Sangi yang fungsinya tidak jauh berbeda dengan Volkstraad. Dalam Volkstraad masih dapat dilakukan kritik pemerintah dengan bebas. Sementara chou sangi tidak dapat melakukan hal itu. Kedatangan tentara Jepang di Borneo Februari 1942 Pada masa pendudukan Jepang, rakyat Indonesia mendapatkan banyak manfaat dalam bidang militer. Mereka mendapat kesempatan untuk berlatih militer. Mulai dari dasar-dasar militer, baris berbaris, latihan menggunakan senjata, hingga organisasi militer, dan latihan perang. Melalui propagandanya, Jepang berhasil membujuk penduduk untuk menghadapi sekutu. Karena itulah mereka melatih menduduk dengan latihan-latihan militer. Bekas pasukan Peta itulah yang menjadi kekuatan inti Badan Keamanan Rakyat BKR, yang menjadi Tentara Keamanan Rakyat TKR dan sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia TNI. 2. Janji kemerdekaan Pada tahun 1944, Jepang terdesak, Angkatan Laut Amerika Serikat berhasil merebut kedudukan penting Kepulauan Mariana, sehingga jalan menuju Jepang semakin terbuka. Jenderal Hedeki Tojo pun kemudian digantikan oleh Jenderal Jiniaki Kaiso sebagai perdana menteri. Angkatan udara Sekutu yang di Morotai pun mulai mengadakan pengeboman atas kedudukan Jepang di Indonesia. Rakyat mulai kehilangan kepercayaannya terhadap Jepang dalam melawan Sekutu. Sementara itu Jenderal Kiniaki Kaiso memberikan janji kemerdekaan September 1944. Sejak itulah Jepang memberikan izin kepada rakyat Indonesia untuk mengibarkan bendera Merah Putih di samping bendera Jepang Hinomaru. Lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan setelah lagu Kimigayo. Sejak itu pula Jepang mulai mengerahkan tenaga rakyat Indonesia untuk pertahanan. Mereka disiapkan untuk menghadapi musuh. Pada saat itu suasana kemerdekaan terasa semakin dekat. Rakyat menyambut janji kemerdekaan dari Jepang Selanjutnya, Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI pada 1 Maret 1945. Badan itu dibentuk untuk menyelidiki dan mengumpulkan bahan-bahan penting tentang ekonomi, politik, dan tatanan pemerintahan sebagai persiapan kemerdekaan Indonesia. Badan itu diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Suroso sebagai wakil ketua merangkap kepala Tata Usaha dan seorang Jepang sebagai wakilnya Tata Usaha, yaitu Masuda Toyohiko dan Mr. R. M. Abdul Gafar Pringgodigdo. Semua anggotanya terdiri dari 60 orang dari tokoh-tokoh Indonesia, ditambah tujuh orang Jepang yang tidak punya suara. Sidang BPUPKI dilakukan dua tahap, tahap pertama berlangsung pada 28 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945. Sidang pertama tersebut dilakukan di Gedung Chou Shangi In di Jakarta yang sekarang dikenal sebagai Gedung Pancasila. Pada masa penjajahan Belanda gedung ini digunakan sebagai gedung Volksraad. Meskipun badan itu dibentuk oleh pemerintah militer Jepang, jalannya persidangan baik wakil ketua maupun anggota istimewa dari kebangsaan Jepang tidak pernah terlibat dalam pembicaraan persiapan kemerdekaan. Semua hal yang berkaitan dengan masalah-masalah kemerdekaan Indonesia merupakan urusan pemimpin dan anggota dari Indonesia. Pada pidato sidang BPUPKI,Radjiman menyampaikan pokok persoalan mengenai Dasar Negara Indonesia yang akan dibentuk. Pada sidang tahap kedua yang berlangsung dari tanggal 10-11 Juni 1945, dibahas dan dirumuskan tentang Undang-Undang Dasar. Dalam kata pembukaannya Rajiman Wedyodiningrat meminta pandangan kepada para anggota mengenai dasar negara Indonesia. Orang-orang yang membahas mengenai dasar negara adalah Muhammad Yamin, Supomo, dan Sukarno. Dalam sidang pertama, Sukarno mendapat kesempatan berbicara dua kali, yaitu tanggal 31 Mei dan 1 Juni 1945. Namun pada saat itu, seperti apa yang disampaikan oleh Radjiman, selama dua hari berlangsung rapat, belum ada yang menyampaikan pidato tentang dasar negara. Menanggapi hal itu, pada tanggal 1 Juni pukul WIB, Sukarno menyampaikan pidato pentingnya. Pada saat itu, Gedung Chuo Shangi In mendapat penjagaan ketat dari tentara Jepang. Sidang saat itu dinyatakan tertutup, hanya beberapa wartawan dan orang teertentu yang diizinkan masuk. Dalam pidatonya, Sukarno mengusulkan dasar-dasar negara. Pada mulanya Sukarno mengusulkan Panca Dharma. Nama Panca Dharma dianggap tidak tepat, karena Dharma berarti kewajiban, sedangkan yang dimaksudkan adalah dasar. Sukarno kemudian meminta saran pada seorang teman, yaitu Muh. Yamin yang merupakan ahli bahasa, selanjutnya dinamakan Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itu didirikan Negara Indonesia, supaya kekal dan abadi. Pidato Sukarno itu mendapat sambutan sangat meriah, tepukan tangan para peserta, suatu sambutan yang belum pernah terjadi selama persidangan BPUPKI. Para wartawan mencatat sambutan yang diucapkan Sukarno itu dengan cermat. Cindy Adam, penulis buku autobiografi Sukarno, menceritakan bahwa ketika ia diasingkan di Ende, Flores saat ini menjadi Propinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 1934-1937, Sukarno sering merenung tentang dasar negara Indonesia Merdeka, di bawah pohon sukun. Pada kesempatan tersebut Ir. Sukarno juga menjadi pembicara kedua. Ia mengemukakan tentang lima dasar negara. Lima dasar itu adalah 1 Kebangsaan Indonesia, 2 Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, 3 Mufakat atau Demokrasi, 4 Kesejahteraan Sosial, 5 Ketuhanan Yang Maha Esa. Pidato itu kemudian dikenal dengan Pancasila . Sementara itu dalam pidatonya juga mengemukakan Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia. Menurut Yamin ada lima azas, yaitu 1 Peri Kebangsaan, 2 Peri Kemanusian, 3 Peri Ketuhanan, 4 Peri Kerakyatan, dan 5 Kesejahteraan rakyat. Selanjutnya, sebelum sidang pertama berakhir BPUPKI membentuk panitia kecil yang terdiri dari sembilan orang. Pembentukan panitia sembilan itu bertujuan untuk merumuskan tujuan dan maksud didirikannya Negara Indonesia. Panitia kecil itu terdiri atas, Ir. Sukarno, Drs Muh. Yamin, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Maramis, Abdul Kahar Muzakkar, Wahid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Panitia kecil itu menghasilkan rumusan yang menggambarkan maksud dan tujuan Indonesia Merdeka. Kemudian disusunlah rumusan bersama dasar negara Indonesia Merdeka yang kita kenal dengan Piagam Jakarta. PIAGAM JAKARTA Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya. menurut dasar kemanusian yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dalam permusyawaratan/ perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 3. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI BPUKPI kemudian dibubarkan setelah tugas-tugasnya selesai. Selanjutnya dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI pada 7 Agustus 1945. Badan itu beranggotakan 21 orang, yang terdiri dari 12 orang wakil dari Jawa, tiga orang wakil dari Sumatera, dan dua orang dari Sulawesi dan masing-masing satu orang dari Kalimantan, Sunda Kecil, Maluku, dan golongan penduduk Cina, ditambah enam orang tanpa izin dari pihak Jepang. Panitia inilah yang kemudian mengesahkan Piagam Jakarta sebagai pendahuluan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, 18 Agustus 1945. SIMPUL SEJARAH Kedatangan Jepang yang dianggap sebagai Saudara Tua pada mulanya disambut dengan penuh harapan. Namun, perlakuan yang kejam terhadap rakyat Indonesia menimbulkan kebencian rakyat Indonesia pada Jepang. Dampak pendudukan Jepang di Indonesia menjadikan rakyat semakin sengasara, serta kehidupan yang semakin sulit. Semua gerak dikontrol oleh pemerintah Jepang. Selama itu pula, Jepang menerapkan kebijakan ekonomi berdasarkan azas ekonomi perang, yaitu menerapkan berbagai peraturan, pembatasan, dan penguasaan produksi oleh negara untuk kemenangan perang. Mobilisasi massa menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan, bahkan korban jiwa, yaitu romusa yang kemudian oleh pemerintah Jepang disebut sebagai prajurit pekerja. Pada masa pendudukan Jepang, pembentukan organisasi massa dilakukan atas mobilisasi pemerintah militer Jepang. Meskipun demikian pergerakan terus dilakukan oleh kaum nasionalis baik secara terang-terangan maupun di bawah tanah. Program militer pertama Jepang adalah Heiho, yaitu perekrutan serdadu pembantu lapangan, yang melibatkan pemuda-pemuda Indonesia dalam kegiatan militer. Keikutsertaan dalam pendidikan militer itu yang kemudian menjadi bekal pemuda-pemuda Indonesia dalam perang revolusi kemerdekaan. Dasar negara dibentuk melalui Badan Penyidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Akhirnya, kali ini admin telah selesai membagikan artikel yang berhubungan dengan Tirani Matahari Terbit Masuknya Jepang Ke Indonesia. Dan sebelum kami mengakhiri, kami ingin anda membaca artikel penting juga mengenai Perang Melawan Kolonialisme. Semoag bermanfaat dan menjadi sumber bacaan yang bermanfaat buat kita bersama. Insya Allah.
BAB V TIRANI MATAHARI TERBITKompetensi Menganalisis sifat pendudukan Jepang dan respon bangsa Menalar sifat pendudukan Jepang dan respon bangsa Indonesia dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarahSejarah IndonesiaPETA KONSEP TIRANI MATAHARI TERBITAmbisi Imperialisme dan Fasisme Jepang pada saat Perang Dunia II Kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur RayaKedatangan Saudara TuaPerkembangan OrganisasiKebijakan ekonomi perang & Pergerakan Masapengerahan romusa Pendudukan Jepangpenderitaan rakyatProyekPengerahan dan Penindasan versus Perlawanan206 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKARTI PENTINGBelajar sejarah Indonesia pada masa pendudukan Jepang ini sangat penting karena di samping mendapatkan pemahaman tentang berbagai perubahan seperti dalam tata pemerintahan dan kemiliteran, juga mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai keuletan, kerja keras dari para pejuang, serta pengorbanan dan keteguhan untuk mempertahankan kebenaran dan hak asasi Ke-16 90 menit “Perang Dunia II dan Datangnya Jepang ke IndonesiaA. PengantarPertemuan minggu ke-16 ini merupakan wahana dialog untuk lebih memantapkan proses pembelajaran Sejarah Indonesia yang akan dilakukan pada waktu-waktu berikutnya. Pertemuan minggu kesembilanbelas ini merupakan pertemuan pertama dari tengah tahun kedua. Pada pertemuan pertama tengah tahun kedua ini akan membahas kaitan antara Perang Dunia II dengan datang Jepang ke Indonesia. Pada pertemuan ini guru dapat menunjukkan bagaimana dominannya pengaruh Jepang di negara kita sekarang, terutama dalam bidang ekonomi. Sebut saja produk-produk Jepang yang membanjiri pasar di Indonesia seperti berbagai macam alat transportasi dengan merk-merk yang begitu familiar di kalangan masyarakat seperti Honda, Yamaha, Toyota. Bahkan sekarang juga termasuk jenis makanan Jepang. Hal ini dapat digunakan untuk apersepsi lihat Buku Siswa. Pembelajaran ini juga memberikan gambaran bagi para siswa bahwa negara yang wilayahnya tidak begitu luas tetapi dengan semangat kerja keras dan teknologi yang dikuasai dapat mengalahkan beberapa negara IndonesiaB. Tujuan PembelajaranSetelah mengkuti kegiatan pembelajaran ini siswa mampu1. Menganalisis latar belakang Jepang melibatkan diri dalam PD Menganalisis beberapa kemenangan Jepang dan proses masuknya ke Indonesia3. Menganalisis keterkaitan antara PD II dengan masuknya Jepang ke Indonesia4. Menyusun karangan sejarah dengan judul “PD II Pintu Pembuka Datangnya Jepang ke Indonesia”C. Materi Pembelajaran1. Latar belakang Jepang melibatkan diri dalam PD II2. Beberapa kemenangan Jepang dan proses masuknya ke Indonesia3. Keterkaitan antara PD II dengan masuknya Jepang ke Indonesia Materi pembelajaran ini secara garis besar terdapat pada Buku SiswaBS pada bab V sub A. Guru juga dapat menggunakan buku dan bahan lain yang Model dan Pembelajaran• Model learning community dengan diskusi kelompok atau group resumeKegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan tiga tahap pendahuluan, kegiatan inti, dan Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKKegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan 10 menita. Guru meminta salah seorang siswa untuk Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar kerapian, kebersihan ruang kelas, presensi, media, dan alat serta buku yang diperlukan.c. Guru menyampaikan topik tentang Perang Dunia II dan datangnya Jepang ke Guru memberikan motivasi kepada siswa agar bersyukur bisa bersekolah, apalagi kalau dibandingkan dengan zaman penjajahan Jepang Guru membagi kelas dalam kelompok kecil 5 – 6 orang, menjadi kelompok I, II, III, IV, V dan Inti 65 menita. Para siswa sudah siap di kelompok Guru menayangkan beberapa gambar misalnya seperti contoh Guru meminta siswa mengamati baik-baik gambar yang ditayangkan/ ditunjukkan guru Guru mendorong agar siswa bertanya seputar gambar tersebutSumber Indonesia Dalam Arus Sejarah , 2012 Gambar Pemboman Pearl HabourSejarah IndonesiaSumber Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, 2011. Gambar Kedatangan Jepang ke Indonesiae. Guru secara singkat merespon berbagai pertanyaan yang muncul dari siswa, dan menegaskan kembali pentingnya topik tentang kedatangan Jepang ke Indonesia. Begitulah Tuhan Yang Maha Esa menguji kesabaran dan daya juang bangsa Indonesia. Setelah ratusan tahun dijajah bangsa Barat kemudian datang bangsa satu rumpun Asia, tetapi juga berperilaku sebagai penjajah. Sungguh kita patut bersyukur karena bangsa ini lulus diuji kesabarannya dengan tetap kerja keras dan gigih berjuang untuk meraih cita-cita kemerdekaan. Buktinya rakyat Indonesia di bawah para tokoh pejuang tetapi istiqomah berjuang melawan penjajahan sampai terwujud cita-cita bersama yakni kemerdekaan. Kalau tidak sabar pasti bangsa ini sudah banyak yang menjadi antek-antek penjajah dan lebih baik menyerah kepada penjajah. Nah, buktinya kebanyakan rakyat Indonesia tidak mau menyerah apalagi menjadi antek Guru menegaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan, yakni dengan model learning community dan melalui diskusi Setiap kelompok mendapatkan tugas melakukan eksplorasi dan menganalisis melalui diskusi Kelompok 1 dan 2 bertugas mendiskusikan dan merumuskan materi tentang latar belakang mengapa Jepang melibatkan diri dalam PD Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK2. Kelompok 3 dan 4 berdiskusi dan menunjukkan berbagai kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya dan proses masuknya Jepang ke Kelompok 5 dan 6 mendiskusikan dan merumuskan tentang keterkaitan antara PD II dengan masuknya Jepang ke Presentasi masing-masing kelompok dalam rangka mengomunikasikan hasil karya kelompok masing-masing masalah diwakili satu kelompok, misalnya untuk masalah I tentang latar belakang mengapa Jepang melibatkan dalam PD II diwakili kelompok 2, dan begitu seterusnya. Pada saat kelompok tertentu presentasi kelompok yang lain dapat bertanya, demikian sampai masing-masing mendapat Penutup 15 menita. Klarifikasi dan kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi tentang Perang Dunia II dan masuknya Jepang ke Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran dan pelajaran apa yang akan diperoleh setelah belajar tentang topik pembelajaran Guru sekali lagi menegaskan agar para siswa tetap bersyukur kepada Tuhan Yang Esa yang telah memberikan kesabaran dan keuletan rakyat Indonesia dalam melawan penjajah sehingga tidak mudah Sebagai umpan balik guru mengajukan pertanyaan secara acak kepada siswa, misalnya sebagai berikut1 Mengapa Jepang melibatkan diri dalam PD II 2 Mengapa Jepang begitu cepat menguasai Kepulauan Indonesia?TugasBuatlah peta jalur gerakan masuknya tentara Jepang dari Asia Tenggara kemudian memasuki Kepulauan Indonesia! Kamu dapat mempelajari buku- buku sejarah yang ada di perpustakaan IndonesiaE. Penilaian Hasil BelajarPenilaian dilakukan menggunakan penilaian otentik yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Format penilaian Penilaian SikapSikap SosialSkor No NamaKerjaMensyukuri JujurHarga diriKeterangana. Sikap Spiritual Indikator sikap spiritual “mensyukuri”• Rajin menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. •Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. •Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut.• Mengucapkan syukur atas karunia Tuhan, dan menerima dengan senang apa yang telah pemberian skor sikap spiritual4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut212 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 212 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK1 Sikap jujur Indikator sikap sosial “jujur”• Tidak bohong, mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu sesuai dengan apa yang diyakininya• Mau bercerita tentang kesulitan dan kelemahannya, mau menerima pendapat temannya• Tidak menyontek/tidak meniru pekerjaan temannya dalam mengerjakan tugas/tidak plagiarisme• Terus terang, menyatakan dengan sesungguhnya apa yang telah terjadi atau yang dialaminyaRubrik pemberian skor sikap santun4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut 2Sikap kerja sama Indikator sikap sosial “kerja sama”• Senang membantu sesama •Selalu aktif dalam kegiatan sekolah •Bersikap ramah dan bersahabat •Menjaga toleransi Rubrik pemberian skor4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut3 Sikap harga diri sebagai orang Indonesia Indikator sikap “harga diri” •Bersikap menolak intervensi asing •Mencintai produk dalam negeriSejarah Indonesia• Menghargai dan memelihara karya-karya sekolah •Menjaga nama baik diri sendiri dan institusinya Rubrik pemberian skor4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut2. Penilaian PengetahuanNoButir Instrumen1 Jelaskan latar belakang Jepang melibatkan diri dalam PD II!2 Jelaskan posisi Pearl Harbour bagi Jepang!3 Jelaskan tentang berbagai kemenangan Jepang dalam PD II di kawasan Pasifik, kemudian sampai ke Asia Tenggara dan akhirnya memasuki Indonesia!4 Jelaskan keterkaitan antara PD II dengan datangnya Jepang ke Indonesia!Apa yang dimaksud dengan Hakko ichiu? Nilai = jumlah skor3. Penilaian KeterampilanSiswa diminta untuk melakukan pengamatan, wawancara dan membuat laporan tentang situs dan atau peristiwa yang terjadi pada masa penjajahan Jepang yang ada di Jumlah No Nama SiswaRelevansi Kelengkapan1-41-41-4 skor214 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK5 dstNilai = Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Kegiatan mengamati dalam hal ini dipahami sebagai cara siswa mengumpulkan informasi faktual dengan memanfaatkan indera penglihatan, pembau, pendengar, pengecap dan peraba. Maka secara keseluruhan yang dinilai adalah HASIL pengamatan berupa informasi bukan CARA Relevansi, kelengkapan, dan kebahasaan diperlakukan sebagai indikator penilaian kegiatan mengamati. •Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati dengan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Kompetensi Dasar.• Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput atau semakin sedikit sisa residu fakta yang tertinggal.• Kebahasaan menunjukan bagaimana siswa mendeskripsikan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam bahasa tulis yang efektif tata kata atau tata kalimat yang benar dan mudah dipahami.b. Skor terentang antara 1 – 44 = Sangat Baik4. Penilaian untuk Kegiatan Diskusi Mende- Berargu- Berkon- Jumlah NO Nama nikasikan ngarkan mentasitribusi skorSejarah Indonesia5 dstNilai = Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Keterampilan mengomunikasikan adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan atau menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan yang Keterampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan siswa untuk tidak menyela, memotong, atau menginterupsi pembicaraan seseorang ketika sedang mengungkapkan Kemampuan berargumentasi menunjukkan kemampuan siswa dalam mengemukakan argumentasi logis ketika ada pihak yang bertanya atau mempertanyakan Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan siswa memberikan gagasan-gagasan yang mendukung atau mengarah ke penarikan kesimpulan termasuk di dalamnya menghargai perbedaan Skor terentang antara 1 – 44 = Sangat Baik5. Penilaian PresentasiMemvisual-Merespon Jumlah No Nama1-4 skor1-4216 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK5 dstNilai= Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Keterampilan menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi dan diskusi secara Keterampilan memvisualisasikan berkaitan dengan kemampuan siswa untuk membuat atau mengemas informasi seunik mungkin, semenarik mungkin, atau sekreatif Keterampilan merespon adalah kemampuan siswa menyampaikan tanggapan atas pertanyaan, bantahan, sanggahan dari pihak lain secara Skor terentang antara 1 – 44 = Sangat BaikEkuivalensi kurang = 1 - 55; cukup = 56 - 65; baik = 66 - 79; sangat baik = 80 - 100Pembelajaran Ke-17 90 menit “Awal Pemerintahan Fasis Jepang di Indonesia”A. PengantarPertemuan minggu kedua, ini bertepatan dengan pertemuan minggu ke-17 yang akan mengkaji masa awal pemerintahan Fasis Jepang di Indonesia. Guru dalam hal ini perlu menegaskan tentang kedatanganSejarah IndonesiaJepang yang pada awalnya memberi hati kepada rakyat Indonesia, sehingga kedatangannya diterima baik oleh rakyat. Dengan propaganda “Jepang sebagai saudara tua” berhasil memikat rakyat, tetapi semua hanya tipu daya kaum penjajah. Karena pada akhirnya Jepang juga begitu kejam tidak ada bedanya dengan Belanda. Hal ini perlu disadari oleh para siswa pentingnya belajar dari sejarah, bukan sekedar belajar pelajaran sejarah. Pada zaman Belanda dulu awalnya para penjajah bersikap baik, tetapi ternyata seiring berjalannya waktu penjajah sangat licik. Itu adalah pengalaman sejarah yang harus diingat dan ternyata hal ini terjadi lagi di zaman Jepang. Sekali lagi ini sebuah pengalaman sejarah yang harus menjadi pelajaran buat kita semua. Melalui topik pembelajaran “Awal pemerintahan Fasis Jepang di Indonesia” para siswa akan menyadari betul tentang pentingnya sadar Tujuan PembelajaranSetelah mengkuti kegiatan pembelajaran ini siswa mampu1. Menganalisis propaganda “saudara tua” dan “ Pan Asia”.2. Menganalisis pembentukan pemerintahan Menganalisis pembentukan pemerintahan Materi Pembelajaran1. Propaganda “ saudara tua” dan “Pan Asia”2. Pembentukan pemerintahan militer3. Pembentukan pemerintahan sipil Materi yang disampaikan pada minggu kedua ini ada pada Buku SiswaBab I Subbab Model dan Pembelajaran• Model berbasis masalahDalam melaksanakan pembelajaran secara umum dibagi tiga tahapan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKKegiatan PembelajaranKegiatan Pendahuluan 10 menita. Guru meminta salah seorang siswa maju memimpin doa. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi/absensi, menyiapkan media dan alat serta buku yang diperlukanb. Guru menyampaikan topik tentang awal pemerintahan saudara tua dan menjelaskan pentingnya topik ini sebagai sarana untuk membangun kesadaran Guru membagi kelas menjadi enam kelompok siswa yakni kelompok I,II, III, IV, V, dan Inti 65 menita. Guru menegaskan kembali tentang topik pembelajaran dan menyampaikan tujuan yang akan dicapaib. Guru menegaskan tentang model pembelajaran yang akan digunakan yakni model pembelajaran berbasis masalah. Langkah-langkahnya sebagai berikut 1 merumuskan masalah, 2 mendeskripsikan masalah, 3 merumuskan hipotesis, 4 mengumpulkan data dan analisis data untuk membuktikan hipotesis, 5 merumuskan Sebelum pembelajaran dilanjutkan, guru menayangkan beberapa gambar, seperti Siswa diminta untuk mengamati gambar-gambar Indonesia Dalam Arus Sejarah, 2012 Gambar Latihan SeinendanSejarah IndonesiaSumber Indonesia dalam Arus Sejarah , 2012 Gambar . Pelatihan calon tentara Petad. Guru mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan gambar-gambar Guru memberikan komentar secara singkat terkait dengan pertanyaan siswa yang muncul dan kemudian menegaskan model diskusi kelompok dalam pelaksanaan pembelajaran. Setiap kelompok mendapatkan tugas melakukan eksplorasi dan mengasosiasi melalui diskusi kelompok, Guru mengingatkan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan siswa di masing-masing kelompok sehingga menemukan rumusan jawaban dari masing-masing tugas yang diberikan 1. Kelompok I dan II bertugas membahas masalah terkait denganpropaganda saudara tua dan Pan Asia. 2. Kelompok III dan IV membahas masalah tentang pembentukan pemerintahan militer oleh Jepang. 3 Kelompok V dan VI membahas masalah terkait dengan pembentukkan pemerintahan sipil oleh Presentasi hasil masing-masing kelompok dalam rangka mengomunikasikan hasil karya kelompok. Pada saat kelompok tertentu presentasi kelompok yang lain dapat bertanya, demikian sampai masing-masing mendapat Penutup 15 menita. Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi tentang awal pemerintahan fasis Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 220 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKc. Guru melakukan mengajukan pertanyaan secara acak kepada siswa sebagai bentuk umpan balik seperti contoh berikut. 1. Mengapa Jepang menyebut dirinya saudara tua? 2. Mengapa lagu Indonesia Raya awalnya diizinkan untukdinyanyikan tetapi kemudian dilarang?TugasBuatlah karya tulis dengan judul “Saudara tua Antara kawan dan lawan”.E. PenilaianPenilaian dilakukan menggunakan penilaian otentik yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Format penilaian sebagai Penilaian SikapSikap SosialSkor No Nama Mensyukuri JujurKerjaHarga diriSejarah IndonesiaKeterangana. Sikap Spiritual Indikator sikap spiritual “mensyukuri”• Rajin menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. •Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. •Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut.• Mengucapkan syukur atas karunia Tuhan, menerima dengan senang apa yang telah pemberian skor sikap spiritual4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebutb. Sikap Sosial 1. Sikap jujurIndikator sikap sosial “jujur” •Tidak bohong, mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu sesuai dengan apa yang diyakininya• Bersedia bercerita tentang kesulitan dan kelemahannya, bersedia menerima pendapat temannya• Tidak menyontek/tidak meniru pekerjaan temannya dalam mengerjakan tugas/tidak plagiarisme• Terus terang, menyatakan dengan sesungguhnya apa yang telah terjadi atau yang dialaminyaRubrik pemberian skor sikap santun4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut222 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK2. Sikap kerja sama Indikator sikap sosial “kerja sama”• Senang membantu sesama •Selalu aktif dalam kegiatan sekolah •Bersikap ramah dan bersahabat •Menjaga toleransi Rubrik pemberian skor4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut 3. Sikap harga diri sebagai orang IndonesiaIndikator sikap harga diri •Bersikap menolak intervensi asing •Mencintai produk dalam negeri •Menghargai dan memelihara karya-karya sekolah •Menjaga nama baik diri sendiri dan institusinya Rubrik pemberian skor4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut2. Penilaian Pengetahuan NoButir Instrumen1 Mengapa Jepang mempropagandakan dirinya saudara Apa tujuan gerakan “3 A” Apa yang dimaksud dengan “Ramalan Jayabaya”apabila3 dikaitkan dengan pendudukan Jepang di Indonesia?Apa isi Osamu seirei Undang-undang yang dikeluarkan oleh4 Panglima Tentara Keenambelas.Sejarah IndonesiaCoba gambarkan struktur pemerintahan sipil dari tingkat5 karesidenan sampai tingkat desa pada masa pemerintahan Jepang!Nilai = jumlah skor3. Penilaian KeterampilanSiswa diminta untuk melakukan pengamatan, wawancara dan membuat laporan tentang situs atau peristiwa yang terjadi pada masa penjajahan Jepang yang ada di Jumlah No Nama SiswaRelevansi Kelengkapan1-41-41-4 skor5 dstNilai = Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Kegiatan mengamati dalam hal ini dipahami sebagai cara siswa mengumpulkan informasi faktual dengan memanfaatkan indera penglihatan, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba. Maka secara keseluruhan yang dinilai adalah HASIL pengamatan berupa informasi bukan CARA Relevansi, kelengkapan, dan kebahasaan diperlakukan sebagai indikator penilaian kegiatan mengamati. •Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati dengan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Kompetensi Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK• Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput atau semakin sedikit sisa residu fakta yang tertinggal.• Kebahasaan menunjukan bagaimana siswa mendeskripsikan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam bahasa tulis yang efektif tata kata atau tata kalimat yang benar dan mudah dipahami.b. Skor terentang antara 1 – 44 = Sangat Baik4. Penilaian untuk Kegiatan Diskusi Mende- Berar-gu Berkon- Jumlah NO Nama nikasikan ngarkan mentasitribusi skorNilai = Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Keterampilan mengomunikasikan adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan atau menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan yang Keterampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan siswa untuk tidak menyela, memotong, atau menginterupsi pembicaraan seseorang ketika sedang mengungkapkan Indonesiad. Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan siswa memberikan gagasan-gagasan yang mendukung atau mengarah ke penarikan kesimpulan termasuk di dalamnya menghargai perbedaan Skor terentang antara 1 – 44 = Sangat Baik5. Penilaian PresentasiMemvisual-Merespon Jumlah No Nama1-4 skor1-45 dstNilai= Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Keterampilan menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi dan diskusi secara Keterampilan memvisualisasikan berkaitan dengan kemampuan siswa untuk membuat atau mengemas informasi seunik mungkin, semenarik mungkin, atau sekreatif Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 226 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKd. Skor terentang antara 1 – 44 = Sangat BaikEkuivalensi kurang = 1 - 55; cukup = 56 - 65; baik = 66 - 79; sangat baik = 80 - 100Pembelajaran Ke-18 dan Ke-19 2x90 menit “Perkembangan Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang”A. PengantarPada pertemuan minggu keduapuluh satu dan keduapuluh dua akan mengkaji tentang perkembangan perkembangan organisasi pergerakan pada zaman penjajahan Jepang. Topik pembelajaran ini penting untuk disajikan. Keberadaan organisasi-organisasi pergerakan yang diikuti tokoh-tokoh pribumi ini sekalipun pembentukannya prakarsa Jepang, telah menunjukkan kepiawian, kesabaran, dan keuletan dalam menjalankan perjuangan itu. Mereka tidak lagi mempertajam perbedaan strategi dalam melawan penjajah tetapi bagaimana yang penting cita-cita perjuangan untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Apalagi pada waktu itu rakyat dan beberapa tokoh percaya adanya ramalan Jayabaya, bahwa kekuasaan Jepang itu hanya selama seumur jagung untuk menggambarkan waktu yang hanya sebentar. Hal ini menambah motivasi kepada para pejuang untuk terus berjuang sekalipun harus dengan strategi kooperatif. Dalam ini penting untuk mengembangkan berpikir kritis dan IndonesiaB. Tujuan PembelajaranSetelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini siswa mampu1. Mengevaluasi perkembangan organisasi Menganalisis upaya Jepang menggerakkan para Menganalisis perkembangan organisasi Mengevaluasi perkembangan organisasi Materi Pembelajaran1. Perkembangan organisasi sipil2. Upaya Jepang menggerakkan para pemuda3. Perkembangan organisasi semimiliter4. Perkembangan organisasi militer Materi yang disampaikan pada minggu keduapuluh dua dan duapuluhtiga ini ada pada Buku Siswa Bab V Subbab C. Dapat juga digunakan buku- buku lain yang Model dan Pembelajaran• Model discovery learning •Pendekatan saintifik, dengan langkah-langkah mengamati, menanya, mengeksplorasi/mengumpulkan informasi, mengasosiasikan/mengolah atau menganalisis, dan PembelajaranKegiatan Pendahuluan 2 x 10 menita. Guru meminta salah seorang siswa unuk memimpin Guru menyampaikan topik tentang perkembangan organisasi pergerakan masa penjajahan Guru memberikan motivasi dan menegaskan pentingnya topik pembelajaran Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 228 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKI, II, III, IV, V, VI masing-masing kelompok sekitar 5–6 orang dan menyampaikan model pembelajaran yang akan Inti 2 x 70 menit, untuk minggu ke-21 dan 22a. Para siswa sudah berada di kelompok Guru menegaskan kembali model pembelajaran yang akan dilaksanakan, dengan model discovery learning. Pertama, setiap kelompok merumuskan masalah sesuai topik masing-masing, mengumpulkan data, dan memecahkan masalah melalui kegiatan diskusi Guru menunjukkan atau menayangkan/menunjukkan contoh gambar/ foto sebagai PETA Tentara Sukarela Pembela Sumber Indonesia Dalam Arus Sejarah Tanah Air di Jawa dan Sumatera 1942-jilid 6 Perang dan Revolusi, 2012. 1945, Latihan militer dalam Gambar Chudancho sedang memberikan pelajaranSumber Album Pahlawan Bangsa, 2004. Gambar Tokoh Empat Indonesiae. Guru memberi pengantar dengan menegaskan kembali pentingnya topik ini. Guru menegaskan kesabaran dan keuletan para pejuang Indonesia. Para pejuang itu kemudian memasuki berbagai organisasi yang dibentuk atas prakarsa Jepang. Ada organisasi yang bersifat sipil, semimiliter, dan ada juga yang bersifat militer. Nah, bagaimana perkembangan berbagai organisasi pergerakan itu silakan kamu menggali lebih dalam melakukan penalaran untuk kemudian menarik kesimpulan melalui diskusi bersama anggota kelompok. Jangan lupa, yang pertama kali harus dirumuskan adalah masalahnya sesuai dengan tema masing-masing kelompok!f. Kelompok I dan III merumuskan masalah dan mendiskusikan untuk memecahkan masalah terkait dengan perkembangan organisasi yang bersifat sipil; kelompok II dan IV merumuskan masalah dan mendiskusikan untuk memecahkan masalah yang terkait dengan upaya Jepang dalam menggerakkan tenaga pemuda; kelompok V dan VII merumuskan masalah dan mendiskusikan untuk memecahkan masalah yang terkait dengan perkembangan organisasi semimiliter; kelompok VI dan VIII merumuskan masalah dan mendiskusikan untuk memecahkan masalah yang terkait dengan perkembangan organisasi yang bersifat Setelah selesai diskusi kelompok, kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Pada pertemuan minggu ke-18 ini yang melakukan presentasi adalah kelompok I dan III secara panel. Kelompok yang lain memberi komentar dan Untuk presentasi kelompok II, IV, V, VI, VII, dan VIII dilaksanakan pada pertemuan berikutnya minggu ke-19.Kegiatan Penutup 10 menit untuk minggu ke-21a. Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru menyimpulkan materi yang baru saja Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran dan pelajaran apa yang diperoleh setelah belajar tentang perkembangan organisasi pergerakan pada masa Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 230 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKTugasSebagai tindak lanjut pembelajaran, siswa diberi tugas secara individu untuk membuat karangan sejarah dengan judul “Peran dan perjuangan Sukarno di masa Penjajahan Jepang”.Pertemuan Minggu ke- 22Pada pertemuan minggu ke-22, dilakukan kegiatan pembelajaran dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti sampai kegiatan Kegiatan pendahuluan setelah berdoa guru memberi motivasi pentingnya topik Kegiatan inti presentasi kelompok dengan panel secara bergantian yakni kelompok II dan IV, kelompok V dan VII, kelompok VI dan VIII. Pada waktu ada dua kelompok presentasi yang lain memberi tanggapan dan Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa juga menarik kesimpulan materi yang sudah selesai didiskusikan. Sebagai umpan balik guru juga memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa, misalnya bertanya 1apa maksud dan tujuan seishin dan bushido? 2mengapa dibentuk Putera?TugasSiswa menulis karya tulis dengan judul “Seandainya Aku Menjadi Pemuda di masa Penjajahan Jepang”.Sejarah IndonesiaE. Penilaian Hasil BelajarPenilaian dilakukan menggunakan penilaian otentik yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Format penilaian sebagai berikut1. Penilaian SikapSikap SosialSkor No NamaKerjaMensyukuri JujurHarga diriKeterangana. Sikap Spiritual Indikator sikap spiritual “mensyukuri”• Rajin menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. •Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. •Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut.• Mengucapkan syukur atas karunia Tuhan, menerima dengan senang apa yang telah pemberian skor sikap spiritual4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut232 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 232 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKIndikator sikap sosial “jujur” •Tidak bohong, mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu sesuai dengan apa yang diyakininya• Bersedia bercerita tentang kesulitan dan kelemahannya, bersedia menerima pendapat temannya• Tidak menyontek/tidak meniru pekerjaan temannya dalam mengerjakan tugas/tidak plagiarisme• Terus terang, menyatakan dengan sesungguhnya apa yang telah terjadi atau yang dialaminyaRubrik pemberian skor sikap santun4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut 2. Sikap kerja samaIndikator sikap sosial “kerja sama” •Senang membantu sesama •Selalu aktif dalam kegiatan sekolah •Bersikap ramah dan bersahabat •Menjaga toleransi Rubrik pemberian skor4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut 3. Sikap harga diri sebagai orang IndonesiaIndikator sikap “harga diri” •Bersikap menolak intervensi asing •Mencintai produk dalam negeriSejarah Indonesia• Menghargai dan memelihara karya-karya sekolah •Menjaga nama baik diri sendiri dan institusinya Rubrik pemberian skor4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut2. Penilaian Pengetahuan NoButir InstrumenBagaimana penilaian kalian terhadap pergerakan kebangsaan pada zaman Jepang ada yang bersifat kooperatif dan ada yang bergerak di bawah tanah? Apakah tokoh-tokoh yang1 mengambil cara kooperatif dan menjadi pengurus organisasibuatan Jepang itu rasa nasionalismenya menjadi luntur? Jelaskan!Jelaskan apa alasan Jepang menghidupkan kembali MIAI yang pernah dibekukan di zaman Belanda! Mengapa Jepang2 melarang MIAI mendirikan masjid Agung dan universitas?Coba jelaskan! Mengapa Jepang begitu getol membentuk organisasi militer3 dan semi-militer? Apa tujuan dibentuknya seinendan?Mengapa Jepang membentuk organisasi seinendan? Apatujuannya? Mengapa pada zaman Jepang dibentuk Peta? Apatujuannya? Nilai = jumlah skorUntuk mengerjakan soal-soal tersebut, di samping Buku Siswa juga dapat digunakan buku-buku Sejarah Indonesia lain yang Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK3. Penilaian KeterampilanSiswa diminta untuk melakukan pengamatan teks, membaca dan menelaah bacaan atau wawancara dengan nara sumber yang terkait dengan peran para tokoh yang pernah ikut atau aktif dalam organisasi yang dibentuk Jepang. kemudian dibuat No Nama SiswaRelevansi Kelengkapan KebahasaanNilai = Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Kegiatan mengamati dalam hal ini dipahami sebagai cara siswa mengumpulkan informasi faktual dengan memanfaatkan indera penglihatan, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba. Maka secara keseluruhan yang dinilai adalah HASIL pengamatan berupa informasi bukan CARA Relevansi, kelengkapan, dan kebahasaan diperlakukan sebagai indikator penilaian kegiatan mengamati. •Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati dengan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Kompetensi Dasar.• Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput atau semakin sedikit sisa residu fakta yang tertinggal.• Kebahasaan menunjukan bagaimana siswa mendeskripsikan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam bahasa tulis yang efektif tata kata atau tata kalimat yang benar dan mudah dipahami.Sejarah Indonesia4 = Sangat Baik4. Penilaian untuk Kegiatan Diskusi KelompokBerkon- Jumlah NO Nama nikasikan ngarkan mentasiMengomu- Mende- Berargu-tribusi skorNilai = Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Keterampilan mengomunikasikan adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan atau menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan yang Keterampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan siswa untuk tidak menyela, memotong, atau menginterupsi pembicaraan seseorang ketika sedang mengungkapkan Kemampuan berargumentasi menunjukkan kemampuan siswa dalam mengemukakan argumentasi logis ketika ada pihak yang bertanya atau mempertanyakan Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan siswa memberikan gagasan-gagasan yang mendukung atau mengarah ke penarikan kesimpulan termasuk di dalamnya menghargai perbedaan Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 236 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK4 = Sangat Baik5. Penilaian PresentasiMemvisual-Merespon Jumlah No NamaNilai= Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Keterampilan menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi dan diskusi secara Keterampilan memvisualisasikan berkaitan dengan kemampuan siswa untuk membuat atau mengemas informasi seunik mungkin, semenarik mungkin, atau sekreatif Keterampilan merespon adalah kemampuan siswa menyampaikan tanggapan atas pertanyaan, bantahan, sanggahan dari pihak lain secara Skor terentang antara 1 – 44 = Sangat Baik Ekuivalensi kurang = 1 - 55; cukup = 56 - 65; baik = 66 - 79;sangat baik = 80 - 100Sejarah IndonesiaPembelajaran Ke-20 90 menit “Antara Kekejaman dan Penderitaan”A. PengantarPada pertemuan minggu ke-20 ini akan membahas tindakan pemerintah militer Jepang yang begitu kejam dengan menguras tuntas sumber daya Indonesia, baik yang menyangkut sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Akibatnya, telah melahirkan penderitaan rakyat yang sangat luar biasa. Sementara pendidikan mengalami kemunduran. Jepang membiarkan rakyat Indonesia tertinggal. Terkait dengan persoalan itu pembelajaran ini mengangkat topik antara kekejaman dan penderitaan. Topik pembelajaran ini sangat penting. Guru perlu menekankan kepada para siswa memiliki hati nurani yang peka terhadap nasib sesama dan bersikap kritis terhadap realitas sejarah Jepang di Indonesia. Jepang semakin tidak berperikemanusiaan karena di tengah-tengah kesengsaraan rakyat itu rakyat masih harus kerja paksa sebagai romusa. Korban berjatuhan, miskin, sengsara, sakit dan meninggal tanpa terurus. Guru dapat mengungkapkan hal ini secara mendalam pada para siswa, agar hati para siswa bersyukur tidak mengalami hal itu dan agar tersentuh nuraninya sehingga peduli dan mau berkorban untuk Tujuan PembelajaranSetelah mengkuti kegiatan pembelajaran ini siswa mampu1. Menganalisis tentang kebijakan ekonomi Mengevaluasi kebijakan pengendalian kegiatan pendidikan dan Menganalisis pengerahan Menganalisis dampak tindak kekejaman Jepang terhadap kehidupan Merumuskan nilai-nilai dan mengambil pelajaran dari berbagai tindak kekejaman Jepang di Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKC. Materi Pembelajaran1. Kebijakan ekonomi Kebijakan pengendalian kegiatan pendidikan dan Pengerahan Dampak tindak kekejaman Jepang terhadap kehidupan rakyat5. Nilai dan pelajaran di balik kekejaman Jepang di Indonesia. Materi ajar itu terdapat pada Buku Siswa Bab V Subbab C dan DD. Model dan Pembelajaran• Model eksplorasi nilai •Pendekatan saintifik, dengan langkah-langkah mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasikan, dan melaksanakan pembelajaran secara umum dibagi tiga tahapan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan PembelajaranKegiatan Pendahuluan 10 menita. Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin Guru bersama siswa mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, media dan alat, serta buku yang diperlukan.c. Guru menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran serta kompetensi yang perlu Guru menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan, yakni eksplorasi nilai. Setiap kelompok mengkaji peristiwa sejarah sesuai tema yang diberikan, kemudian menelaah secara mendalam, merenungkan, dan kemudian merumuskan nilai-nilai apa yang dapat dipetik dari belajar materi ajar IndonesiaV, VI, VII, dan Inti 65 menita. Siswa sudah duduk di kelompok Guru menayangkan atau menunjukkan beberapa gambar atau foto seperti contoh Indonesia Dalam Arus Sejarah Sumber Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 Perang dan Revolusi, 6 Perang dan Revolusi, 2012. Gambar Pengerahan rakyat untuk Gambar Romusha sedang hasil panenyang sedang Guru meminta para siswa mengamati gambar-gambar yang ditayangkan itu dengan Guru mendorong siswa untuk bertanya tentang sesuatu seputar gambar-gambar yang baru saja ditayangkan. Beberapa pertanyaan yang muncul harus relevan dan signifikan kaitannya dengan topik pembelajaran akan diskusikan di Para siswa melakukan eksplorasi nilai dengan mengkaji materi terlebih dulu kemudian merumuskan nilai-nilai apa yang dapat dipetik dari belajar peristiwa sejarah sesuai tema masing-masing. Guru memberikan pengantar singkat terutama memberikan motivasi dan sentuhan hati para siswa terkait dengan kebijakan Jepang yang begitu menyengsarakan rakyat. Boleh dikatakan sebuah kekayaan dikuras untuk kepentingan perang, sehingga rakyat jatuh miskin. Bahkan pakaian terbuat dari goni. Pendidikan juga sangat dibatasi sehingga rakyat menjadi kurang wawasan. Kondisi ini menyebabkan rakyat merasa lebih sengsara lagi, sudah miskin harus menderita karena sebagai romusa. Pelajaran dan nilai-nilai apa yang kita dapat dari240 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 240 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKf. Para siswa presentasi untuk mengomunikasikan hasil karya kelompok. Kelompok lain memberikan tanggapan/ Penutup 15 menita. Guru memberikan ulasan singkat tentang materi yang baru saja Guru dapat menanyakan apakah siswa sudah memahami materi Guru sekali lagi menegaskan tentang kebijakan Jepang yang kejam dan tidak mengenal peri kemanusiaan. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam presentasi per kelompok?d. Guru memberikan pertanyaan lisan secara acak kepada siswa untuk mendapatkan umpan balik atas pembelajaran yang baru saja berlangsung, misalnya 1 Mengapa Jepang menerapkan kebijakan ekonomi perang? 2 Pengerahan romusha adalah bentuk penindasan yang tidakmengenal perikemanusiaan, jelaskan! 3 Apa seikerei itu?e. Sebagai refleksi guru bersama siswa menyimpulkan tentang pelajaran yang baru saja berlangsung serta menanyakan kepada siswa apa manfaat yang dapat kita peroleh setelah belajar topik IndonesiaTugas1. Coba amati berbagai situs atau pengaruh budaya terkait dengan kebijakan dan kekejaman Jepang di Indonesia yang ada di lingkungan kamu. Kemudian buatlah laporan telaah mu tentang hal itu?2. Coba buatlah karya tulis dengan judul “Romusa”E. Penilaian Hasil BelajarPenilaian dilakukan menggunakan penilaian otentik yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Format penilaian sebagai berikut1. Penilaian SikapSikap SosialSkor No NamaKerjaMensyukuri JujurHarga diriKeterangana. Sikap Spiritual Indikator sikap spiritual “mensyukuri”• Rajin menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. •Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. •Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK• Mengucapkan syukur atas karunia Tuhan, menerima dengan senang apa yang telah pemberian skor sikap spiritual4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebutb. Sikap Sosial 1. Sikap jujurIndikator sikap sosial “jujur” •Tidak bohong, mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu sesuai dengan apa yang diyakininya• Bersedia bercerita tentang kesulitan dan kelemahannya, bersedia menerima pendapat temannya• Tidak menyontek /Tidak meniru pekerjaan temannya dalam mengerjakan tugas/ tidak plagiarisme• Terus terang, menyatakan dengan sesungguhnya apa yang telah terjadi atau yang dialaminyaRubrik pemberian skor sikap santun4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut 2. Sikap kerja samaIndikator sikap sosial “kerja sama” •Senang membantu sesama •Selalu aktif dalam kegiatan sekolah •Bersikap ramah dan bersahabat •Menjaga toleransiSejarah IndonesiaRubrik pemberian skor4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut 3. Sikap harga diri sebagai orang Indonesia Indikator sikap harga diri •Bersikap menolak intervensi asing •Mencintai produk dalam negeri •Menghargai dan memelihara karya-karya sekolah •Menjaga nama baik diri sendiri dan institusinya Rubrik pemberian skor4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut2. Penilaian PengetahuanNoButir InstrumenApa yang dimaksud dengan kebijakan ekonomi perang?1 Mengapa Jepang menerapkan kebijakan itu?Mengapa perkebunan dan pendidikan zaman Jepangmengalami kemunduran? Jelaskan apa yang dimaksud romusa? Bagaimana dampakdilkasanakannya pengerahan romusa ke berbagai daerah3 terutama luar Jawa? Nilai-nilai apa yang dapat kita perolehdari belajar peristiwa ini? Jelaskan dampak dari kekejaman Jepang terhadap kehidupan4 masyarakat! Nilai-nilai apa yang dapat kita petik dari kenyataan sejarah ini?Bagaimana pendapatmu tentang sifat-sifat pendudukanJepang di Indonesia? Nilai = jumlah skor244 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKUntuk mengerjakan soal-soal tersebut, di samping Buku Siswa juga dapat digunakan buku-buku Sejarah Indonesia lain yang relevan3. Penilaian KeterampilanSiswa diminta untuk melakukan pengamatan dan membuat laporan tentang objek sejarah/situs atau peristiwa terkait dengan kekejaman Jepang baik soal romusha maupun pengurasan kekayaan Indonesia pada masa penjajahan Jepang yang ada atau dekat dengan lingkungan No Nama SiswaRelevansi Kelengkapan KebahasaanNilai = Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Kegiatan mengamati dalam hal ini dipahami sebagai cara siswa mengumpulkan informasi faktual dengan memanfaatkan indera penglihatan, pembau, pendengar, pengecap,, dan peraba. Maka secara keseluruhan yang dinilai adalah HASIL pengamatan berupa informasi bukan CARA Relevansi, kelengkapan, dan kebahasaan diperlakukan sebagai indikator penilaian kegiatan mengamati. •Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati dengan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Kompetensi Indonesia• Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput atau semakin sedikit sisa residu fakta yang tertinggal.• Kebahasaan menunjukan bagaimana siswa mendeskripsikan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam bahasa tulis yang efektif tata kata atau tata kalimat yang benar dan mudah dipahami.b. Skor terentang antara 1 – 44 = Sangat Baik4. Penilaian untuk kegiatan Diskusi Jumlah NO Nama nikasikan ngarkan mentasiMengomu- Mende- Berargu-tribusi skorNilai = Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Keterampilan mengomunikasikan adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan atau menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan yang Keterampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan siswa untuk tidak menyela, memotong, atau menginterupsi pembicaraan seseorang ketika sedang mengungkapkan Kemampuan berargumentasi menunjukkan kemampuan siswa dalam mengemukakan argumentasi logis ketika ada pihak yang bertanya atau mempertanyakan Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 246 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKe. Skor terentang antara 1 – 44 = Sangat Baik5. Penilaian PresentasiMemvisual-Merespon Jumlah No NamaNilai= Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Keterampilan menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi dan diskusi secara Keterampilan memvisualisasikan berkaitan dengan kemampuan siswa untuk membuat atau mengemas informasi seunik mungkin, semenarik mungkin, atau sekreatif Keterampilan merespon adalah kemampuan siswa menyampaikan tanggapan atas pertanyaan, bantahan, sanggahan dari pihak lain secara Indonesia4 = Sangat BaikEkuivalensi kurang = 1 - 55; cukup = 56 - 65; baik = 66 - 79; sangat baik = 80 - 100Pembelajaran Ke-21 90 menit “Perang Melawan Sang Tirani”A. PengantarPengurasan kekayaan alam dan hasil bumi serta pengerahan romusha merupakan bentuk penindasan yang luar biasa yang dilakukan Jepang terhadap rakyat Indonesia. Akibatnya rakyat menjadi miskin dan sengsara. Di samping itu ada praktik-praktik yang oleh orang Islam dianggap haram, yakni seikerei. Semua itu telah menyangkitkan hati rakyat Indonesia. Oleh karena itu, wajar kalau kemudian timbul perlawanan di berbagai daerah. Pada pertemuan minggu ke-24 ini akan dibahas materi yang terkait dengan berbagai perlawanan itu dengan topik “Perang Melawan Sang Tirani”. Topik pembelajaran ini sangat penting untuk dipahami para siswa. Perlawanan itu merupakan upaya para pejuang Indonesia untuk mempertahankan harga diri sebagai orang Indonesia. Rakyat Indonesia memang cinta damai tetapi lebih mencintai kemerdekaan. Oleh karena itu, setiap bentuk penjajahan harus dilawan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Disamping itu, kegiatan pembelajaran ini juga untuk melatih berpikir kritis, obyektif, dan Tujuan PembelajaranSetelah mengkuti kegiatan pembelajaran ini siswa mampu1. Menganalisis perlawanan rakyat Mengevaluasi perlawanan rakyat Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK3. Menganalisis perlawanan rakyat Menganalisis perlawanan rakyat Kalimantan5. Menganalisis perlawanan rakyat Papua/ Mengevaluasi perlawanan Peta di Materi Pembelajaran1. Menganalisis perlawanan rakyat Mengevaluasi perlawanan rakyat Menganalisis perlawanan rakyat Menganalisis perlawanan rakyat Kalimantan5. Menganalisis perlawanan rakyat Papua/ Mengevaluasi perlawanan Peta di Blitar. Materi pelajaran ini ada pada Buku Siswa Bab V subbab Model dan Pembelajaran• Model pembelajaran berbasis masalah •Pendekatan saintifik, dengan langkah-langkah mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasikan, dan pembelajaran ini secara umum dibagi tiga tahapan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan PembelajaranKegiatan Pendahuluan 10 menita. Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin Guru bersama siswa mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, menyiapkan media dan alat serta buku yang Guru menyampaikan topik pembelajaran dan tujuan serta kompetensi yang perlu dimiliki kepada Guru membagi kelas menjadi enam kelompok; Kelompok I, II, III, IV, V, dan IndonesiaKegiatan Inti 65 menita. Siswa sudah berada di kelompok masing-masingb. Guru menunjukan contoh gambar pahlawan yang memimpin perang melawan Album 86 Pahlawan Sumber Album 86 Nasional, Nasional, Gambar Kiai Zainal Gambar Supriyadic. Siswa diminta untuk mengamati secara Siswa diminta untuk bertanya terkait beberapa gambar Guru memberi komentar terkait dengan berbagai pertanyaan yang muncul dari siswa. Guru menegaskan kembali tentang pentingnya mempelajari topik ini sebagai bagian dari upaya mempertahankan harga diri sebagai rakyat Indonesia, bentuk kecintaan terhadap Guru kemudian menjelaskan cara kerja masing-masing kelompok. Kegiatan pembelajaran ini menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Maka yang pertama setiap kelompok harus merumuskan masalah sesuai dengan materi masing-masing. Kemudian mendeskripsikan masalah dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab sesuai materi masing-masing. Masing-masing kelompok juga diminta merumuskan hipotesis bila diperlukan. Kemudian dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang telah Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 250 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKIV terkait dengan perlawanan rakyat Kalimantan, kelompok V terkait dengan perlawanan rakyat Papua/Irian, dan kelompok VI terkait perlawanan Peta di Masing-masing kelompok bekerja bisa di dalam kelas, atau ke perpustakaan sekolah. Siswa diberi waktu sekitar 35 Setelah semua kembali ke kelas, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Kalau waktu cukup semua kelompok tampil, misalnya dengan panel 3 kelompok, 3 kelompok yang ke depan masing-masing kelompok bisa mewakilkan satu atau dua orang. Kelompok yang tidak tampil tetap memberikan tanggapan dan Penutup 15 menita. Guru memberikan ulasan singkat tentang materi yang baru saja Guru dapat menanyakan apakah siswa sudah memahami materi Guru memberikan pertanyaan lisan secara acak kepada siswa untuk mendapatkan umpan balik atas pembelajaran yang baru saja berlangsung, misalnya 1. mengapa terjadi perlawanan rakyat Singaparna terhadapJepang? 2. siapakah Supriyadi itu?d. Sebagai refleksi, guru bersama siswa menyimpulkan tentang pelajaran yang baru saja berlangsung serta menanyakan kepada siswa apa manfaat yang dapat kita peroleh setelah belajar topik Para siswa diminta membuat poster tentang salah satu perang melawan Jepang yang muncul di berbagai daerah!Sejarah Indonesia2. Para siswa diminta mengidentifikasi dan merumuskan nilai-nilai yang dapat dipetik dari belajar sejarah berbagai perlawanan rakyat terhadap PenilaianPenilaian dilakukan menggunakan penilaian otentik yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Format penilaian sebagai berikut1. Penilaian SikapSikap SosialSkor No NamaKerjaMensyukuri JujurHarga diriKeterangana. Sikap Spiritual Indikator sikap spiritual “mensyukuri”• Rajin menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. •Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. •Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut.• Mengucapkan syukur atas karunia Tuhan, dan menerima dengan senang apa yang telah Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKRubrik pemberian skor sikap spiritual4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebutb. Sikap Sosial 1. Sikap jujurIndikator sikap sosial “jujur” •Tidak bohong, mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu sesuai dengan apa yang diyakininya• Mau bercerita tentang kesulitan dan kelemahannya, mau menerima pendapat temannya• Tidak menyontek/tidak meniru pekerjaan temannya dalam mengerjakan tugas/tidak plagiarisme• Terus terang, menyatakan dengan sesungguhnya apa yang telah terjadi atau yang dialaminyaRubrik pemberian skor sikap santun4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut 2. Sikap kerja samaIndikator sikap sosial “kerja sama” •Senang membantu sesama •Selalu aktif dalam kegiatan sekolah •Bersikap ramah dan bersahabat •Menjaga toleransi Rubrik pemberian skor4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan tersebut3 = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebutSejarah Indonesia3. Sikap harga diri sebagai orang Indonesia Indikator sikap “harga diri” •Bersikap menolak intervensi asing •Mencintai produk dalam negeri •Menghargai dan memelihara karya-karya sekolah •Menjaga nama baik diri sendiri dan institusinya Rubrik pemberian skor4 = jika siswa melakukan 4 dari empat kegiatan = jika siswa melakukan 3 dari empat kegiatan tersebut2 = jika siswa melakukan 2 dari empat kegiatan tersebut1 = jika siswa melakukan salah satu dari empat kegiatan tersebut2. Penilaian PengetahuanNoButir InstrumenJelaskan latar belakang terjadinya perlawanan rakyat Acehterhadap Jepang! “Lebih baik mati melawan Jepang dari pada mati kelaparan”.2 Coba jelaskan tentang semboyan itu! Kemudian renungkan makna semboyan tersebut, bagaimana pendapat Anda?Jelaskan proses terjadinya perlawanan rakyat Kalimantan danakhir perlawananya Jelaskan tentang perlawanan rakyat Papua dan bagaimanahasilnya! Mengapa Supriyadi memimpin perlawanan Peta di Blitarmelawan Jepang, pada hal Supriyadi komandan Peta. Coba5 jelaskan secara rasional! Apa pelajaran yang dapat kalianperoleh? Jelaskan dampak pendudukan Jepang dalam berbagaibidang kehidupan! Nilai = jumlah skorUntuk mengerjakan soal-soal tersebut, di samping Buku Siswa juga dapat digunakan buku-buku Sejarah Indonesia lain yang relevan.254 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK3. Penilaian KeterampilanSiswa diminta melakukan pengamatan pada situs atau peristiwa yang pernah terjadi terkait dengan gerakan melawan kekejaman Jepang yang ada di daerahnya atau yang paling dekat dengan lingkunganya, misalnya monumen, makam, tokoh, dan No Nama SiswaRelevansi Kelengkapan KebahasaanNilai = Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Kegiatan mengamati dalam hal ini dipahami sebagai cara siswa mengumpulkan informasi faktual dengan memanfaatkan indera penglihatan, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba. Maka secara keseluruhan yang dinilai adalah HASIL pengamatan berupa informasi bukan CARA Relevansi, kelengkapan, dan kebahasaan diperlakukan sebagai indikator penilaian kegiatan mengamati. •Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati dengan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Kompetensi Dasar.• Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput atau semakin sedikit sisa residu fakta yang tertinggal.• Kebahasaan menunjukan bagaimana siswa mendeskripsikan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam bahasa tulis yang efektif tata kata atau tata kalimat yang benar dan mudah dipahami.Sejarah Indonesia4 = Sangat Baik4. Penilaian untuk Kegiatan Diskusi KelompokBerkon- Jumlah NO Nama nikasikan ngarkan mentasiMengomu- Mende- Berargu-tribusi skorNilai = Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Keterampilan mengomunikasikan adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan atau menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan yang Keterampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan siswa untuk tidak menyela, memotong, atau menginterupsi pembicaraan seseorang ketika sedang mengungkapkan Kemampuan berargumentasi menunjukkan kemampuan siswa dalam mengemukakan argumentasi logis ketika ada pihak yang bertanya atau mempertanyakan Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan siswa memberikan gagasan-gagasan yang mendukung atau mengarah ke penarikan kesimpulan termasuk di dalamnya menghargai perbedaan Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 256 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK4 = Sangat Baik5. Penilaian PresentasiMemvisual-Merespon Jumlah No NamaNilai= Jumlah skor dibagi 3Keterangana. Keterampilan menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi dan diskusi secara Keterampilan memvisualisasikan berkaitan dengan kemampuan siswa untuk membuat atau mengemas informasi seunik mungkin, semenarik mungkin, atau sekreatif Keterampilan merespon adalah kemampuan siswa menyampaikan tanggapan atas pertanyaan, bantahan, sanggahan dari pihak lain secara Skor terentang antara 1 – 44 = Sangat Baik Ekuivalensi kurang = 1 - 55; cukup = 56 - 65; baik = 66 - 79;sangat baik = 80 - 100Sejarah IndonesiaPENGAYAANGuru perlu memberikan pengayaan kepada para siswa yang telah menguasai materi pada bab V terkait dengan masa penjajahan Jepang di Indonesia. Bagi mereka yang sudah menguasai materi ini diminta untuk melakukan kegiatan-kegiatan keilmuan yang dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan terkait dengan berbagai peristiwa dan situs yang menyangkut masa penjajahan Jepang di Indonesia. Hal ini penting untuk melatih berpikir siswa lebih komprehensif dan membuka peluang untuk berpikir kegiatan pengayaan itu antara lain siswa dapat membuat kliping atau membuat poster. Mungkin untuk bahan perlu mencermati beberapa media. Pengumpulan informasi tentang penjajahan Jepang itu juga dapat diperluas sampai pada bentuk-bentuk penjajahan dan dominasi asing yang sekarang masih dirasakan oleh rakyat. Dengan demikian sesuai dengan tuntutan pembelajaran Sejarah Indonesia, di samping menambah wawasan, dan memantapkan rasa nasionalisme, para siswa juga dilatih untuk berpikir kritis. Di samping bentuk kliping atau poster, siswa yang diberi pengayaan itu dapat diminta ke perpustakaan untuk membaca dan mempelajari tema- tema tertentu terkait dengan masa penjajahan Jepang. Kemudian siswa membuat resumenya. Bisa juga guru menyediakan bacaan semacam artikel atau yang lain kemudian siswa diminta remedial dilakukan dan diberikan kepada para siswa yang belum menguasai materi Bab V dan belum menguasai kompetensi seperti telah diterangkan di atas. Bentuk remedial yang dilakukan antara lain siswa secara terencana mempelajari kembali Buku Siswa Sejarah Indonesia pada bagian-bagian tertentu yang terkait dengan penjajahan Jepang258 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAK 258 Buku Guru kelas XI SMA/MA/SMK/MAKINTERAKSI GURU DENGAN ORANG TUAKegiatan interaksi guru dan orang tua ini dimaksudkan sebagai sebuah proses pertanggungjawaban bersama antara guru dengan orang tua para siswa untuk mengantar siswa agar sukses dalam belajar. Dalam pelaksanaannya diminta para siswa itu memperlihatkan hasil pekerjaan atau tugas yang telah dinilai dan diberi komentar oleh guru kepada orang tua/ wali siswa. Orang tua/wali diharapkan dapat memberikan komentar hasil pekerjaan siswa. Bahkan menyangkut zaman Jepang mungkin orang tua mengetahui sehingga bisa dijadikan nara sumber. Orang tua/wali juga dapat menuliskan apresiasi kepada anak sebagai wujud perhatian dan komitmen orang tua/wali untuk ikut bertanggung jawab dalam keberhasilan aktivitas belajar anaknya. Wujud apresiasi orang tua ini akan menambah semangat siswa untuk mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya baik dalam konteks pemahaman materi, maupun dalam hal pengembangan sikap dan perilaku jujur, disiplin, kerja keras, kerja sama, harga diri sebagai warga bangsa. Hasil penilaian yang telah diparaf oleh guru dan orang tua/wali kemudian disimpan dan menjadi bagian portofolio siswa. Untuk itu pihak sekolah akan menyediakan format tugas/pekerjaan para Indonesia
100% found this document useful 3 votes721 views17 pagesOriginal TitlePPT SEJARAH WAJIB "TIRANI MATAHARI TERBIT" Kelas XICopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 3 votes721 views17 pagesSEJARAH WAJIB "TIRANI MATAHARI TERBIT" Kelas XIOriginal TitlePPT SEJARAH WAJIB "TIRANI MATAHARI TERBIT" Kelas XIJump to Page You are on page 1of 17 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 15 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
materi tentang tirani matahari terbit